ISSN 2477-1686

Vol.4 No. 23 Desember 2018 

Tapi Buka Dulu Topengmu

 

Oleh

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Illustrasi

Film Nappily Ever After menceriterakan mengenai Violet Jones, seorang eksekutif periklanan yang sukses. Ia memiliki karir yang bagus, memiliki pacar seorang dokter dan hidup dalam rumah yang nyaman. Sebagai wanita kulit hitam, ibunya mengajarkan Violet untuk tampil sempurna terutama dalam hal penampilan sejak dini. Ibu Violet terbiasa meluruskan rambut Violet yang ikal dengan garpu panas setiap hari. Saat kanak-kanak, Violet bahkan ragu untuk berenang karena menguatirkan rambut lurusnya yang akan kembali menjadi ikal jika terkena air. Saat dewasa, Violet melanjutkan kebiasaan meluruskan rambutnya. Dalam pemikiran Violet, rambut lurus adalah rambut yang sempurna, bahkan ia berani membayar mahal untuk mendapatkan rambut lurus pada saat genting akibat kehujanan saat akan dilamar oleh kekasihnya. Hidupnya pun haruslah sedemikian sempurna, sesempurna rambutnya. Pada suatu hari kegagalan beruntun menimpa hidupnya. Harapan untuk dilamar kekasih kandas, dan masalah di tempat kerja pun bertubi-tubi termasuk juga rambut yang dibanggakan dan menjadi topengnya selama ini.

 

Singkat cerita, Violet berhasil mengubah dirinya menjadi individu yang lebih ‘true self’ dan ini membawa perubahan dalam kehidupan karir, asmara diri dan lingkungannya.

 

Persona menurut Jung

Persona adalah salah satu dari sekian banyak archetypes yang diturunkan dari collective unconscious (Feist, Feist & Roberts, 2013). Persona merupakan bagian dari kepribadian yang kita tampilkan kepada dunia, seperti topeng yang dikenakan oleh aktor saat membawakan peran dalam pertunjukan. Jung menyatakan bahwa masing-masing dari kita memproyeksikan peran tertentu yang diekspektasikan oleh lingkungan, dan kita menggunakan energi dan proses berpikir untuk mengasah image yang akan kita representasikan pada orang lain (Monte & Sollod, 2003).

 

Apakah persona penting?

Persona diperlukan dalam kehidupan kita. Seseorang yang tidak membentuk persona yang jelas akan dikategorikan sebagai aneh (Monte & Sollod, 2003). Namun demikian, Jung mengingatkan bahwa persona bisa menjadi bagian dari diri kita, dan kita akan kehilangan diri kita yang sebenarnya jika terlalu hanyut dalam topeng tersebut (Bolea, 2013).

 

Jika kita mengidentifikasikan diri kita dengan persona, maka kita akan mengalami hambatan dalam mewujudkan self-realization. Singkatnya, jika kita mengidentifikasikan diri kita dengan persona, maka kita menjadi bergantung dengan apa yang masyarakat harapkan dari kita.  Untuk menjadi individu yang yang sehat, maka Jung mengingatkan pentingnya menyeimbangkan diri antara ekpesktasi masyarakat dan diri kita yang sebenarnya. Persona yang terlalu kuat pada diri seseorang membuat seseorang terlihat tidak genuine--tidak menggambarkan dirinya--, selalu mengejar kesempurnaan, dan berdampak pada hubungan yang tidak sehat dengan orang lain. Pada kasus Violet, ia selalu berusaha untuk tampil sempurna dalam karir dan dalam penampilan, agar sesuai dengan harapan ibunya dan masyarakat.

 

Self realization, proses membuka topeng

Jung menggunakan istilah self realization atau individuation (individuasi)  sebagai proses untuk mencapai diri yang utuh. Individu yang sudah mencapai tahapan ini menerima dengan penuh kesadaran dirinya, mengurangi persona, mengintegrasikan semua bagian dari dirinya dan menyeimbangkan semua bagian dari dirinya (Feist, Feist & Roberts, 2013).

 

Saat seseorang berproses menuju individuasi, mereka memerlukan terapis sebagai tempat yang aman untuk berbagi pikiran, perasaan dan keinginan tanpa mengkuatirkan perasaaan dihakimi dan penilaian sosial oleh masyarakat. Peran terapis dalam proses ini adalah memberikan dukungan agar individu bisa membuat batasan yang sehat, berkomunikasi dengan asertif, memiliki hubungan yang lebih baik dengan sekitar dan mengembangkan keahlian yang berujung pada pengekspresian identitas personal (Amsel, 2016). Lamanya proses terapi berkisar antara 6 minggu berturut-turut atau lebih, sangat bergantung kemajuan antara terapis dan klien (Centre of Applied Jungian Studies, 2018).

 

Proses individuasi yang tidak berhasil akan turut berkontribusi pada proses perkembangan depresi, kecemasan, stres dan meragukan diri sendiri.

 

Individuation is not a process of improvement or of getting better, but becoming more ‘you’.

 -Carl Gustav Jung-

 

 

Referensi

 

Amsel, B. (2016, June 4). Individuation. Ditemu kembali dari: https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/individuation

 

Bolea, S. (2013). The persona and the shadow in analytic psychology and existential philosophy. (Doctoral research). Babeş-Bolyai University, Cluj-Napoca.

 

Centre of Applied Jungian Studies. (2018). Twelve steps toward individuation. Ditemu kembali dari: https://appliedjung.com/12-steps/

 

Monte, C.F., & Sollod, R.N. (2003). Beneath the mask : An introduction to theories of personality (7th ed.).New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

 

Feist, J., Feist, G.J., & Roberts, T. (2013). Theories of personality (8th ed.). New York: McGraw-Hill