ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 41 September 2025
Welas Diri Menghadapi Perasaan Takut akan Kegagalan
Oleh:
Amanda Victoria Tansri dan Laurentius Sandi Witarso
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan takut akan kegagalan. Perasaan ini wajar untuk dirasakan dan dalam batas tertentu dapat memotivasi seseorang untuk bekerja lebih keras. Namun demikian, jika perasaan takut akan kegagalan ini menjadi berlebihan, maka tidak jarang individu tersebut menyalahkan dirinya serta mengkritik diri sendiri secara berlebihan (Karinda, 2020). Perasaan takut yang berlebih ini disebut dengan fear of failure. Fear of failure dapat memicu emosi-emosi negatif dan jika tidak dikelola dengan baik maka dapat berpengaruh terhadap kesehatan maupun kesejahteraan jiwa (Gilbert et al., 2017).
Fear of failure adalah kecenderungan seseorang dalam menilai bahaya dan merasa khawatir dengan situasi yang berpotensi berujung pada kegagalan (Conroy et al., 2007). Ketika individu merasakan fear of failure, ada dampak negatif yang mereka dapatkan, yaitu perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa malu (Conroy et al., 2001). Fear of failure sendiri disebabkan oleh beberapa faktor seperti pola asuh orang tua yang selalu mengkritik dan membatasi aktivitas sang anak, lingkungan sekitar yang penuh dengan tuntutan untuk berprestasi, pengalaman kesuksesan yang disertai dengan imbalan menyebabkan seseorang merasa harus sukses terus menerus, dan pengalaman kegagalan yang disertai dengan dampak kurang baik menyebabkan individu tidak ingin mengalaminya lagi (Conroy, 2004).
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi fear of failure adalah dengan self-compassion atau welas diri. Welas diri adalah kebaikan terhadap diri sendiri ketika ada kegagalan dan kesalahan, dimana individu tidak menghakimi kelemahan diri dan paham bahwa hal tersebut juga dirasakan orang lain (Neff et al., 2018). Seseorang dengan welas diri, tidak berlebihan dalam mengkritik diri, melainkan menganggap kegagalan dan kelemahan yang ia alami merupakan komponen kehidupan yang harus dijalani (Karinda, 2020).
Welas diri penting untuk dimiliki setiap individu, karena dapat membantu untuk menghadapi berbagai masalah di dalam hidup dan faktor yang melindungi diri dari negative mental state (Syafitri et al., 2024). Menurut Prameswari et al. (2023), welas diri membantu seseorang dalam melalui pengalaman yang sulit dan memiliki efek positif dalam membantu individu dalam merespon situasi keseharian yang sulit serta menurunkan respon emosional negatif terhadap pengalaman kegagalan dan rasa malu. Dengan memiliki welas diri, maka seseorang dapat mengevaluasi pandangan orang lain dan pengalaman kegagalan secara bijak, sehingga kekhawatiran dan ketakutan yang mungkin muncul dapat diminimalisir (Pebriani & Wijayanti, 2021).
Mengalami fear of failure merupakan hal yang wajar, tetapi kita tidak boleh membiarkannya mengendalikan hidup kita. Dengan memiliki welas diri, kita dapat menganggap pengalaman kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Jadi, saat kalian merasa takut gagal, ingatlah bahwa terkadang, yang kita butuhkan hanyalah pelukan hangat dari diri sendiri.
Referensi
Conroy, D. E., Kaye, M. P., & Fifer, A. M. (2007). Cognitive links between fear of failure and perfectionism. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 25(4), 237-253.
Conroy, D. E. (2001). Progress in the development of a multidimensional measure of fear of failure: The Performance Failure Appraisal Inventory (PFAI). Anxiety, Stress & Coping: An International Journal, 14(4), 431-452.
Conroy, D. E. (2004). The unique psychological meaning of multidimensional fears of failing. Journal of Sport & Exercise Psychology, 26, 484-491.
Gilbert, P., Catarino, F., Duarte, C., Matos, M., Kolts, R., Stubbs, J., Ceresatto, L., Duarte, J., Pinto-Gouveia, J., & Basran, J. (2017). The development of compassionate engagement and action scales for self and others. Journal of Compassionate Health Care, 4(4).
Karinda, F. B. (2020). Belas kasih diri (self-compassion) pada mahasiswa. Cognicia, 8(2), 234-252.
Neff, K., Long, P., Knox, M. C., Davidson, O., Kuchar, A., Costigan, A., Williamson, Z., Rohleder, N., Tóth-Király, I., & Breines, J. G. (2018). The forest and the trees: Examining the association of self-compassion and its positive and negative components with psychological functioning. Self and Identity, 17(6), 627-645.
Pebriani, L. V., & W, P. A. K. (2021). Korelasi antara self-compassion dengan kecemasan sosial pada anak usia sekolah dasar di Kota Bandung. Jurnal Psikologi Sains & Profesi (Journal of Psychology of Science and Profession), 5(1), 57-65.
Prameswari, A. A., Satiadarma, M. P., & Wati, L. (2023). The influence of self-compassion on anxiety in final year students in Jakarta. International Journal of Application on Social Sciences and Humanities, 1(1).
Syafitri, N., Lubis, R., Indrawan, Y. F., & Choong, T. C. (2024). Self-compassion: Unveiling mental health through emotion regulation in high-school students. TAZKIYA Journal of Psychology, 12(1).