ISSN 2477-1686

Vol.3. No.7, Juli 2017

Ngopi Sebagai Kegiatan Mengisi Waktu Luang

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

Di zaman yang serba sibuk ini, kadar stres masyarakat menjadi semakin tinggi.  Mereka terpapar stres yang ditimbulkan mulai dari pekerjaan, macet, relasi, hingga ketidaksesuaian antara ekspektasi dengan realitas. Dengan kondisi yang seperti itu, apa yang harus dilakukan masyarakat? Menyerah dengan stres atau melakukan sesuatu untuk menurunkan tingkat stres mereka?

Waktu Luang

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan leisure time. Dalam bahasa Indonesia, padanan kata yang paling tepat adalah penggunaan waktu luang, yang dilakukan di luar pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Converse dan Rogers pada tahun 1976 (dalam Compton & Hoffman, 2013) menyatakan bahwa waktu luang dipercaya sebagai salah satu prediktor utama kesejahteraan individu secara menyeluruh baik sosial, psikis, spiritual, kondisi medis (global well being).

Waktu luang bisa dimulai dengan menanamkan persepsi bahwa kita memerlukan hal tersebut. Compton & Hoffman (2013) menggunakan istilah kaya akan waktu (time affluence) sebagai persepsi yang dimiliki seseorang bahwa dirinya memiliki waktu luang dan melakukan kegiatan yang bermakna. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki persepsi dan pada akhirnya memilih untuk tidak meluangkan waktu-disebut miskin waktu (time poverty).Definisi miskin waktu yang bisa dilihat secara kasat mata adalah konstan sibuk dan terburu-buru. Secara singkat, dengan mengkontraskan dua istilah di atas, waktu luang adalah aktivitas yang membuat kita lebih menyadari keberadaan serta memiliki emosi yang positif (bisa dengan alam dan sesama) dan bermakna bagi pelakunya.

Manfaat waktu luang

Lalu apa gunanya kita memiliki waktu luang? Kegiatan waktuluang dipercaya bisa mendatangkan hal yang menyenangkan bagi yang melakukan (Argyle dalam Snyder & Lopez, 2007).Penelitian yang dilakukan oleh Kabanoff (dalam Compton and Hoffman, 2013) menjelaskan beberapa alasan kita memerlukan waktu luang. Dengan memiliki waktu luang,kita akan memenuhi kebutuhan otonomi, kebutuhan bebas mengintegrasikan tindakan, bebas dari kontrol orang lain dan menjadi diri sendiri. Alasan kedua, dengan memiliki waktu luang, maka kita bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga atau orang terkasih. Alasan ketiga kita perlu waktu luang adalah untuk relaksasi, membebaskan diri dari ketegangan fisik dan emosional. Alasan terakhir kita memerlukan waktu luang ialah untuk melepaskan diri dari hal-hal yang rutin.

Ngopi sebagai aktivitas waktu luang

Ada banyak cara untuk menikmati kegiatan waktu luang mulai dari melakukan relaksasi, beristirahat, makan makanan yang membawa efek menyenangkan dalam waktu singkat hingga berolahraga atau mendengarkan musik.Kegiatan yang dipilih pun tidak harus mahal tetapi lebih pada kegiatan yang dinikmati, bermakna dan menghasilkan emosi positif.

Setiap orang memiliki pilihannya sendiri untuk menikmati kegiatan waktu luang, untuk menyeimbangkan kesibukannya. Salah satu makanan atau kegiatan yang bisa dianggap sebagai contoh untuk memenuhi kegiatan waktu luang adalah dengan pergi menikmati kopi (disebut ngopi). Tren kedai kopi (coffee shop) juga semakin meningkat belakangan ini (Rajab, 2016). Mengapa memilih ngopi? Karena dengan ngopi individu biss menikmati aroma dan rasa kopi yang berbeda. Selain itu dengan ngopi, kita bisa membebaskan diri dari hal-hal rutin. Ngopi juga membantu untuk merasa rileks dan menikmati kebersamaan dengan keluarga atau yang terkasih setelah seminggu melakukan hal yang rutin. 

Tujuan akhir dari ngopi sebagai aktivitas waktu luang adalah membuat individu mengalami flow, kondisi optimal  saat seseorang menikmati suatu kegiatan dan melupakan beban dan waktu (Myers, 2013), dan mencapai kebahagiaan yang akan meningkatkan kesejahteraan mental masing-masing individu.

 

It’s not a man’s working hours that important, it is how he spends his leisure time.

 

-Marilynne Robinson

Referensi

Compton, W.C., & Hoffman, E. (2013). Positive psychology : The science of happiness and flourishing (2nd ed.). Belmont, CA : Wadsworth Cengage Learning.

Myers, D,G. (2013). Social psychology. New York : McGraw Hill.

Rajab, M. (2016). Tren pertumbuhan coffee shop terus naik, potensi pasar terbuka lebar. Diunduh dari http://bulungan.prokal.co/read/news/4027-tren-pertumbuhan-coffee-shop-terus-naik-potensi-pasar-terbuka-lebar.html

Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2007). Positive psychology : The scientific and practical explorations of human strengths. California : Sage publication.