ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 23 Desember 2024
Pembangunan Karakter dalam Capaian Pembelajaran
pada Mata Kuliah Dasar Umum: Sebuah Refleksi Integratif
Oleh:
Airin Yustikarini Saleh & Eko Aditiya Meinarno
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Pengantar
Pembangunan karakter merupakan aspek penting dalam pendidikan, khususnya di pendidikan tinggi melalui Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Selain memberikan pengetahuan dasar, MKDU bertujuan menumbuhkan kesadaran kritis, moral, dan sosial melalui mata kuliah seperti Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam kurikulum ini, mahasiswa diajak untuk menginternalisasi nilai-nilai seperti toleransi, kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial (Meinarno & Sulistyowati, 2022). Dengan pendekatan refleksi integratif yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, MKDU tidak hanya bertujuan menghasilkan lulusan yang cerdas secara akademik tetapi juga memiliki kualitas moral yang tinggi (Susanto & Kumala, 2019).
Pendidikan karakter dalam MKDU mendorong mahasiswa untuk tidak hanya memahami nilai-nilai etis, tetapi juga menjadikannya prinsip hidup yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari (Meinarno & Sulistyowati, 2022). Mahasiswa diajarkan untuk memandang integritas sebagai pondasi dari segala tindakan, di mana kejujuran dan konsistensi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan menjadi ciri utama individu yang berkarakter (Saleh & Meinarno, 2023). Pendekatan ini juga menekankan pentingnya empati dan kepedulian terhadap lingkungan sosial, memupuk rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap masyarakat, dan mendorong partisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang adil dan harmonis (Galtung & Webel, 2018).
Dalam konteks capaian pembelajaran, pembangunan karakter memainkan peran penting dalam membentuk generasi yang berintegritas, beretika, dan memiliki keterampilan berpikir kritis yang matang (Paul & Elder, 2008). Keterampilan berpikir kritis sangat penting di era digital dan revolusi industri 4.0 (Nurmarliana & Abdullah, 2024). Mahasiswa tidak hanya diharapkan untuk memahami informasi, tetapi juga untuk memilah informasi secara objektif, mempertimbangkan dampaknya, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan berlandaskan nilai-nilai moral yang kokoh (Saleh & Meinarno, 2023). Melalui pengembangan nilai-nilai moral dan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjadi pribadi yang tidak hanya kompeten secara profesional tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dengan tanggung jawab sosial yang tinggi (Meinarno & Indrasari, 2021). Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa dan landasan utama nilai-nilai moral berperan penting dalam pendidikan karakter, menjadi fondasi bagi identitas moral dan sosial bangsa Indonesia. Pendidikan karakter yang berakar pada Pancasila memungkinkan penanaman nilai-nilai nasional seperti religio-toleransi, kemanusiaan, patriotisme, demokrasi, dan keadilan sosial. Dengan berperilaku berdasarkan Pancasila, individu diharapkan dapat membangun karakter yang selaras dengan semangat kebangsaan dan integritas moral. Nilai-nilai ini memperkuat kohesi sosial di tengah keragaman bangsa, menumbuhkan rasa persatuan dan tanggung jawab sosial yang kokoh (Meinarno & Sulistyowati, 2022).
Implementasi Pembangunan Karakter dalam Kurikulum
Implementasi pembangunan karakter dalam kurikulum dapat dilakukan melalui berbagai cara. Pertama, pembangunan karakter dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam materi Pembelajaran MKDU. Mengajarkan mahasiswa tentang konsep moralitas, etika, dan kewarganegaraan. Nilai-nilai Pancasila, misalnya, digunakan sebagai dasar perilaku untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Meinarno, 2018). Kedua, teknologi dapat digunakan untuk memperkaya pembelajaran MKDU dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Misalnya, aplikasi diskusi digital memungkinkan mahasiswa untuk berdiskusi tentang isu-isu sosial, sementara simulasi virtual dapat menghadirkan kasus-kasus nyata yang membantu mereka memahami kompleksitas moral dan etika di dunia nyata (Szymkowiak et al., 2021). Teknologi juga mempermudah mahasiswa untuk menyimpan jurnal reflektif secara digital, yang memungkinkan mereka mencatat perkembangan sikap dan pemahaman mereka sepanjang waktu (Hassoun et al., 2023). Ketiga, program ekstrakurikuler dapat menjadi sarana efektif untuk memperkuat pembangunan karakter. Kegiatan pelayanan masyarakat, proyek sosial, atau simulasi debat memperkuat kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi sosial, berpikir kritis, dan memahami pentingnya kontribusi sosial (Mulnix, 2012). Keempat, aktivitas ekstrakurikuler yang mendukung nilai-nilai karakter, seperti kegiatan sukarela di lingkungan kampus atau proyek sosial bersama komunitas lokal, memperkaya pengalaman belajar dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran MKDU.
Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kesempatan langsung untuk mempraktikkan nilai-nilai yang mereka pelajari di kelas, seperti empati, kerja sama, dan tanggung jawab (Meinarno & Indrasari, 2021). Terakhir, tidak boleh melupakan peran guru. Guru berperan penting sebagai model dalam pembangunan karakter. Diperlukan dukungan dan pelatihan yang memadai bagi guru agar mampu menjadi panutan yang baik dan membimbing mahasiswa dalam penerapan nilai-nilai karakter (Defianty & Wilson, 2022).
Strategi Efektif dalam Penerapan Pembangunan Karakter
Penerapan metode pembangunan karakter yang efektif dapat dilakukan melalui beberapa strategi. Pertama adalah penguatan melalui pembiasaan. Dengan adanya pengulangan dan pembiasaan nilai-nilai moral maka mahasiswa terbiasa menerapkan karakter positif dalam kehidupan sehari-hari (Nurmarliana & Abdullah, 2024). Pendekatan berbasis kasus juga dapat digunakan sebagai sebuah strategi untuk membangun karakter mahasiswa. Pendekatan ini memberikan pemahaman mendalam dengan memanfaatkan situasi nyata yang relevan. Kasus-kasus yang dihadirkan dalam diskusi kelas atau proyek praktis dapat membantu mahasiswa memahami konsep moral dalam konteks yang lebih realistis. Misalnya, diskusi berbasis studi kasus tentang isu-isu etis di tempat kerja memungkinkan mahasiswa mengeksplorasi dilema nyata yang mungkin mereka hadapi di dunia profesional (Meinarno & Indrasari, 2021). Strategi terakhir mencakup keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti diskusi kelompok atau penugasan berbasis proyek, dapat meningkatkan efektivitas metode pembelajaran dan mendukung penerapan karakter positif (Paul & Elder, 2008).
Evaluasi dan Pengukuran
Dalam pelaksanaan pengajaran untuk membangun karakter, perlu dilakukan evaluasi terhadap capaian pembelajaran setiap mata kuliah dasar umum. Evaluasi ini meliputi penilaian sikap dan perilaku. Penilaian sikap dan perilaku dilakukan dengan mengamati bagaimana mahasiswa mengaplikasikan nilai-nilai yang dipelajari dalam interaksi sehari-hari (Defianty & Wilson, 2022). Evaluasi juga perlu menggunakan instrumen penilaian yang holistik, artinya dapat mengevaluasi secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga memberikan gambaran yang komprehensif tentang perkembangan karakter mahasiswa (Meinarno & Indrasari, 2021).
Evaluasi sebaiknya juga dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya di semester berjalan, tetapi juga di semester berikutnya. Hal ini bermanfaat untuk mendapatkan masukan mengenai proses pembangunan karakter. Bagi mahasiswa, penilaian karakter tidak hanya menjadi capaian akhir saja tetapi harus mendukung pengembangan diri mahasiswa. Evaluasi ini mendorong mahasiswa untuk memantau kemajuan mereka dan mengidentifikasi area pengembangan dalam aspek karakter dan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, evaluasi berkelanjutan tidak hanya membantu mahasiswa memperbaiki diri, tetapi juga memperkuat internalisasi nilai-nilai yang dipelajari (Susanto & Kumala, 2019).
Pengembangan Nilai-nilai Fundamental untuk Karakter Positif
Pembangunan karakter dimulai dari pengembangan nilai-nilai fundamental terlebih dahulu. Nilai-nilai ini meliputi empati dan kepedulian, kejujuran dan integritas, penghargaan dan toleransi, dan perdamaian. Nilai empati dan kepedulian menekankan pada pemahaman perasaan orang lain dan menunjukkan kepedulian nyata. Ini memperkuat hubungan sosial dan membantu mengatasi tantangan sosial seperti ketidakpedulian (Galtung & Webel, 2018). Nilai kejujuran dan integritas menciptakan dasar kepercayaan sosial. Mahasiswa didorong untuk bertindak dengan konsistensi moral, yang mendukung tanggung jawab sosial dan kesehatan mental (Saleh & Meinarno, 2023). Nilai penghargaan (respek) dan toleransi menekankan pada menghargai orang lain dan menerima perbedaan melalui komunikasi asertif mencegah konflik, meningkatkan kohesi sosial, dan mencerminkan penghormatan terhadap hak asasi (Verkuyten & Yogeeswaran, 2017). Sementara nilai perdamaian menekankan pada usaha yang mendukung kesejahteraan individu dan masyarakat, menciptakan stabilitas yang memungkinkan perkembangan individu secara optimal (Jiga-Boy et al., 2016).
Penutup
Pembangunan karakter melalui capaian pembelajaran MKDU dan pengembangan keterampilan berpikir kritis berperan penting dalam membentuk generasi yang berintegritas, beretika, dan siap menghadapi tantangan global (Paul & Elder, 2008). Dengan pendekatan refleksi integratif yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, nilai-nilai seperti toleransi, integritas, dan tanggung jawab sosial dapat diinternalisasi secara efektif. Hal ini membantu membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kualitas moral yang tinggi, kemandirian, dan tanggung jawab sosial. Pembentukan karakter yang kokoh dan keterampilan berpikir kritis yang matang pada generasi muda tidak hanya mendorong pengembangan diri mereka, tetapi juga berkontribusi pada kohesi sosial dan kemajuan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Referensi
Defianty, M., & Wilson, K. (2022). Critical thinking ELT: Indonesian teachers’ understanding and practice ten years down the track. Indonesian Journal of English Education, 9(1), 27-39. https://doi.org/10.15408/ijee.v9i1.26673
Galtung, J., & Webel, C. (2018). Handbook of Peace and Conflict Studies. Routledge.
Hassoun, A., Beacock, I., Consolvo, S., Goldberg, B., Kelley, P. G., & Russell, D. M. (2023). Practicing information sensibility: how gen Z engages with online information. In Proceedings of the 2023 CHI Conference on Human Factors in Computing Systems (pp. 1-17). https://doi.org/10.1145/3544548.3581328
Jiga-Boy, G. M., Maio, G. R., Haddock, G., & Tapper, K. (2016). Value predictors of behavioral intentions: The mediating role of behavior-specific attitudes. British Journal of Social Psychology, 55(4), 640-655. https://doi.org/10.1111/bjso.12148
Khairunnisah, A., & Fitriyani, A. L. (2023). Bonus Demografi dan Visi Indonesia Emas 2045. Badan Pusat Statistik. Retrieved from https://bigdata.bps.go.id/documents
Meinarno, E. A. (2018). Mengajak Berpikir Mendalam pada Generasi Phi. Buletin Online K-PIN. Retrieved 4 November 2024 from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/298-mengajak-berpikir-mendalam-pada-generasi-phi
Meinarno, E. A., & Indrasari, S. Y. (2021). Dosen sebagai Desainer Sumber Daya Manusia Indonesia. Buletin Online K-PIN. Retrieved 4 November 2024 from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/843-dosen-sebagai-desainer-sumber-daya-manusia-indonesia.
Meinarno, EA., Susilowati, E. (2022). Pancasila: Dari Kognitif Menjadi Psikomotorik: Modul 6. Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Jakarta.
Mulnix, J. W. (2012). Thinking critically about critical thinking. Educational Philosophy and Theory, 44(5), 464-479. https://doi.org/10.1111/j.1469-5812.2010.00673.x
Nurmarliana, F., & Abdullah, M. N. A. (2024). Keterampilan 4C sebagai Strategi Pengembangan Kompetensi Critical Thinking Gen Z di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, dan Budaya Nusantar, 3(1), 66-71. https://doi.org/10.55123/sabana.v3i1.3299
Paul, R., & Elder, L. (2008). The Miniature Guide to Critical Thinking Concepts and Tools. Foundation for Critical Thinking Press.
Saleh, A. Y., & Meinarno, E. A. (2023). Orang Pintar Telaah Informasi. Buletin Online K-PIN. Retrieved 4 November 2024 from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1377-orang-pintar-telaah-informasi
Susanto, A., & Kumala, R. (2019). Membangun Karakter dan Kesadaran Multikultural pada Mahasiswa: Pendekatan Integratif. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(1), 65-80. https://doi.org/10.21831/jpk.v9i1.24327
Szymkowiak, A., Melović, B., Dabić, M., Jeganathan, K., & Kundi, G. S. (2021). Information technology and Gen Z: The role of teachers, the internet, and technology in the education of young people. Technology in Society, 65, 101565. https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2021.101565
Verkuyten, M., & Yogeeswaran, K. (2017). The social psychology of intergroup toleration: A road map for theory and research. Personality and Social Psychology Review, 21(1), 72-96. https://doi.org/10.1177/1088868316640974.