ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 22 November 2024

Melatih Berpikir Kritis Pada Penduduk Digital

 Oleh:

Puji Tania Ronauli

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Generasi Z tumbuh di era yang ditandai dengan perubahan teknologi yang cepat, tantangan sosial yang beragam, dan akses terhadap informasi dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itulah sebabnya generasi yang lahir di era tahu 1995 – 2010 ini dikenal sebagai penduduk asli digital (digital natives) (Francis & Hoefel, 2018),  yaitu generasi yang sejak masa mudanya, sudah mengenal internet, jejaring sosial, dan sistem seluler. Generasi ini mampu berinteraksi secara global secara real-time melalui platform digital yang memang sudah tersedia tanpa dibatasi ruang dan waktu. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 210 juta orang atau 77,02% populasi di Indonesia telah terhubung dengan internet. Angka ini didominasi oleh kelompok generasi Z sebagi pengguna teknologi informasi (Damri et al., 2024).

Karakteristik unik Generasi Z mencakup keterampilan digital yang mumpuni, gaya hidup yang fleksibel, serta ketergantungan pada teknologi sebagai sumber informasi dan sarana interaksi sosial. Generasi ini lebih memilih komunikasi daring dan visual yang menawarkan efisiensi sekaligus kenyamanan. Dikenal dengan karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang terhubung dengan teknologi sejak dini, yang memengaruhi cara berpikir, bekerja, belajar dan berinteraksi dengan orang lain (Sawitri, 2022).

Hari ini akses informasi dapat dengan mudah diperoleh. Kebebasan individu untuk mempublikasikan informasi secara bebas di berbagai media sosial juga sangat mudah. Siapapun dapat secara bebas mengunggah dan mengunduh informasi dengan berbagai tujuan dan maksud. Tidak semua informasi di sosial media itu kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan, banyak informasi yang sebenarnya tidak berinduk atau dikenal dengan istilah homeless media (Remotivi,2024). Jumlah akun yang tidak berinduk itu hari semakin banyak sehingga semakin banyak pula informasi yang tidak kredibel berseliweran di media sosial tempat para generasi z nongkrong secara digital. Mereka dapat menemukan jawaban – jawaban dari pertanyaan mereka di media sosial dengan akun yang tidak berinduk tersebut.

Teknologi digital yang serba terbuka dan mudah sesungguhnya sangat berguna dan membantu individu tetapi di sisi yang lain jika tidak hati – hati, teliti dan kritis terhadap setiap informasi yang diakses maka tidak tertutup berpotensi merugikan dan membahayakan penggunanya. Kemudahan dan Kenyamanan dalam melakukan mengumpulkan dan melakukan referensi dari berbagai sumber informasi secara online perlu disertai dengan ketelitian dan berpikir kritis agar mampu mengintegrasikan segala pengalaman virtual maupun offline  sehingga mendapat informasi yang dapat dipercaya (Baskoro et al., 2023).

Jika kita melihat karakteristik yang dimiliki oleh Gen – Z, maka kita bisa menemukan ada beberapa karakteristik mereka yang bermanfaat untuk melatih berpikir kritis antara lain,

Melek Informasi: Tumbuh dengan internet dan media sosial dengan informasi yang berseliweran dapat mendorong banyak Generasi Z melatih kemampuan dirinya untuk menyaring informasi dalam jumlah besar, melakukan referensi silang sumber, dan mengidentifikasi berita palsu. Hal ini sering kali mendorong pemikiran kritis tentang ‘apa’ yang mereka baca dan ‘siapa’ di baliknya.

Perspektif yang Beragam: Internet telah memaparkan Generasi Z pada beragam sudut pandang, sehingga menumbuhkan keterbukaan terhadap beragam perspektif. Pengalaman ini membantu mereka berpikir kritis tentang keyakinan mereka dan motivasi di balik narasi masyarakat.

Kesadaran Sosial: Banyak Generasi Z yang sangat terlibat dengan isu-isu sosial, sehingga memerlukan pendekatan kritis terhadap struktur masyarakat, konteks sejarah, dan pertimbangan etis. Keterlibatan ini dapat membantu mereka mengevaluasi secara kritis sistem yang ada dan melakukan advokasi terhadap perubahan.

Kemampuan beradaptasi: Keterlibatan Gen Z dalam dunia yang berkembang pesat, terutama dengan teknologi baru dan norma-norma yang berubah, telah menyebabkan banyak orang mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pola pikir yang mempertanyakan masa depan, mendorong pemikiran kritis mereka untuk mencakup kemampuan beradaptasi dan inovasi.

Penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis Generasi Z menyajikan gambaran yang kompleks. Meskipun Gen Z menunjukkan kenyamanan yang tinggi terhadap teknologi, multitasking, dan media sosial, kemampuan mereka dalam menganalisis informasi online secara kritis cenderung tertinggal (Shanti et al., 2022). Penelitian menunjukkan bahwa mereka lebih kesulitan dalam memahami sumber-sumber yang kredibel dan mungkin kurang percaya diri dalam keterampilan berpikir kritis terkait evaluasi keandalan informasi, terutama mengingat pengaruh konten digital instan seperti media sosial. Selain itu, ketergantungan pada teknologi untuk mendapatkan jawaban yang cepat terkadang dapat menyebabkan pemrosesan informasi yang dangkal dibandingkan keterlibatan dan analisis yang lebih mendalam (Jenkins, 2021).

 Beberapa tantangan bagi generasi Z dalam berpikir kritis adalah:

Kelebihan Informasi: Dengan banyaknya konten online, sulit membedakan sumber yang kredibel dengan informasi yang bias atau salah. Kecepatan mereka dalam mengonsumsi informasi juga dapat menghambat pemikiran yang mendalam dan reflektif.

Pengaruh Media Sosial: Platform media sosial dapat memperkuat resonansi tempat mereka berinteraksi dengan opini yang selaras dengan opini mereka. Hal ini dapat menciptakan hambatan dalam mempertimbangkan perspektif alternatif atau terlibat dalam perdebatan konstruktif.

Budaya Kepuasan Instan: Tumbuh di dunia digital, Gen Z terbiasa dengan respons instan dan jawaban cepat. Hal ini kadang-kadang dapat menghambat kemampuan mereka untuk melakukan kesabaran dan kedalaman yang diperlukan untuk analisis kritis.Tekanan Kesehatan Mental: Tingginya prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z dapat berdampak pada pemikiran kritis mereka karena stres, kecemasan, atau kelelahan informasi dapat mengurangi ketahanan kognitif.

Gen Z masih perlu untuk mengembangkan dasar yang kuat dalam berpikir kritis, dibentuk oleh pola pikir yang paham teknologi, sadar sosial, dan mudah beradaptasi, khususnya dalam memerangi kelebihan informasi dan tekanan sosial di ruang digital. Sistem pendidikan yang mendorong literasi media, analisis kritis, dan pemikiran reflektif dapat lebih mendukung Gen Z dalam mengasah keterampilan ini. Beberapa pakar pendidikan menekankan pentingnya mengajarkan secara eksplisit strategi berpikir kritis kepada generasi ini, seperti pengecekan fakta, pemeriksaan sumber, dan analisis bias. Para pakar kepemimpinan merekomendasikan untuk membantu Gen Z membangun keterampilan ini dengan mendorong mereka untuk mencari informasi, bukan sekedar validasi atas pandangan mereka, yang dapat mendorong pendekatan yang lebih bernuansa dan kritis terhadap konsumsi informasi online (Shanti et al., 2022). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z memiliki potensi, terutama mengingat kemampuan beradaptasi digital mereka, mereka diharapkan terus mengembangkan keterampilan berpikir kritis agar dapat memperoleh manfaat dari panduan dan praktik terstruktur dalam menavigasi dan menganalisis konten digital yang sering mereka temui

Referensi:

Baskoro, G., Mariza, I., & Sutapa, I. N. (2023). Innovation to Improve Critical Thinking Skills in the Generation Z using Peeragogy as a Learning Approach and Artificial Intelligence (AI) as a Tool. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Keilmuan Dan Aplikasi Teknik Industri, 25(2), 121–130. https://doi.org/10.9744/jti.25.2.121-130

Damri, R., Oksanda, E., & Rusdi, A. (2024). Gratitude and self-regulation as predictors of fear of missing out among Generation Z in Indonesia. PSIKODIMENSIA, 23(1), 78-87. https://doi.org/10.24167/psidim.v23i1.11979

Francis, T. & Hoefel, F. (2018). True Gen: Generation Z and its implication for Companies., Mc.Kinsey & Company. November 12, 2018.

McKinsey Explainers. (2023) “What is gen Z?,” McKinsey & Company., March 2023, p. 5, 2023.

Remotivi. (2024). Memahami Homeless Media: Kajian atas Berita Lokal Informal Berbasis Media Sosial di Lima Kota di Indonesia. Pusat Kajian Media dan Komunikasi, September 2024.

Shanti, M., R., S., Istiyono, E., Munadi, S. (2022). The effectiveness of learning to improve students' higherorder thinking skills. Cypriot Journal of Educational Science. 17(5), 1576-1587. https://doi.org/10.18844/cjes.v17i5.722