ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 21 November 2024

 

Mengarungi Gelombang Stres Digital: Cara Cerdas Mengatur Waktu Layar Anak

Oleh:

Sesilia Widya Kristianti, Jessica Jetta Pangaribuan

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

 

Bayangkan anak-anak sebagai pelaut muda yang baru memulai perjalanan di lautan teknologi. Setiap aplikasi di perangkat mereka adalah pulau-pulau yang menawarkan petualangan seru, namun juga bisa menjadi jebakan jika tidak berhati-hati. Dalam perjalanan ini, jika mereka berlayar terlalu lama tanpa istirahat atau terlalu dekat dengan pulau-pulau berbahaya, ombak teknologi bisa mengancam keseimbangan mereka. Oleh karena itu, seperti pelaut yang memerlukan peta dan kompas untuk navigasi, anak-anak membutuhkan strategi untuk mengelola waktu layar mereka agar tidak terjebak dalam badai stres digital.

Paparan layar berlebihan merugikan tidur anak-anak. Cahaya biru dari gadget mengganggu produksi melatonin, mengacaukan siklus tidur. Anak-anak sulit tidur nyenyak, juga terpengaruh mental dan cemas. Studi di AS pada 12. 000 anak usia 9-10 tahun menunjukkan, paparan layar dapat mempengaruhi kesehatan mental, perilaku, dan akademik. Studi British Heart Foundation Menemukan bahwa 1 dari 10 balita lebih suka main gadget daripada beraktivitas fisik.

Mari kita bantu anak-anak mengatur waktu layar mereka dengan cara yang lebih cerdas dan menyenangkan. Dalam menghadapi stres digital, kita bisa memadukan dua teori utama, yaitu Teori Stres dan Koping oleh Lazarus dan Folkman serta Teori Self-Determination oleh Deci dan Ryan. Teori Stres dan Koping menjelaskan bahwa untuk mengatasi stres terdapat dua pendekatan utama: pertama, mengatasi masalah secara langsung (problem-focused coping) seperti dengan membatasi waktu layar anak-anak; dan kedua, mengelola dampak emosional (emotional-focused coping), misalnya melalui teknik pernapasan untuk membantu mereka merasa lebih tenang. Sementara itu, Teori Self-Determination menekankan pentingnya dukungan emosional dan motivasi internal, yaitu memberi dorongan dan membuat anak merasa dihargai saat mereka membuat pilihan sehat.

Salah satu langkah awal yang penting yaitu menetapkan batasan waktu layar yang sehat. Misalnya aturan sederhana seperti “tidak ada perangkat di meja makan” dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas interaksi sosial. Buatlah aturan yang jelas tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan perangkat. Diskusikan aturan ini dengan anak menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, seperti “membagi waktu seperti membagi makanan, kita butuh sedikit dari semuanya untuk merasa seimbang.” Konsistensi adalah kunci. Ketika anak mengikuti aturan yang sama, mereka akan lebih termotivasi untuk mematuhinya.

Teknologi tidak hanya bisa menjadi sumber stres, tapi juga alat bantu. Aplikasi meditasi seperti Headspace for Kids dan Calm Kids bisa berfungsi sebagai “kapal penyelamat” dalam lautan digital yang penuh tantangan. Penelitian menunjukkan bahwa teknik mindfulness melalui aplikasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan emosional anak-anak. Headspace for Kids menyediakan panduan meditasi dengan tema seperti ketenangan dan fokus, lalu juga Calm Kids yang menawarkan latihan pernapasan dan visualisasi. Pastikan konten aplikasi sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Tetapkan jadwal rutin seperti meditasi sebelum tidur, untuk membangun kebiasaan yang menenangkan. Berlatih bersama anak tidak hanya memberikan contoh positif tetapi juga mempererat ikatan emosional.

Cobalah atur waktu anak tanpa gadget seperti saat makan atau sebelum tidur untuk meningkatkan kualitas tidur anak. Waktu bersama anak sangatlah berharga. Selain meditasi, berikan mereka kegiatan seru seperti olahraga, membaca, dan bermain, untuk mencegah stres dan gunakan gadget secara bijak.

Selain itu, kita perlu menyadari kalau setiap anak itu unik! Ada yang suka ramai, ada juga yang lebih pendiam. Tugas kita sebagai orang tua adalah memahami mereka dan mendukung mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Ajak anak-anak untuk berbicara tentang perasaan mereka dan ciptakan suasana yang terbuka di rumah. Jangan lupa ajarkan juga etika sosial, seperti menghormati perbedaan dan menaati peraturan. Dengan begitu, anak-anak akan lebih mudah berinteraksi dan diterima dalam lingkungan sosial. Ingatlah, setiap anak memiliki potensi yang luar biasa, dan tugas kita adalah membantu mereka mengembangkannya.

Jangan lupa untuk memberikan pujian atas setiap usaha mereka, ya! Selain itu, dukung minat dan bakat mereka dengan sepenuh hati. Ajak mereka untuk mencoba hal-hal baru dan jangan takut untuk membuat kesalahan. Di era digital seperti sekarang, kita juga perlu mengajarkan anak-anak untuk bijak dalam menggunakan gadget. Bantu mereka untuk memahami konten yang mereka konsumsi dan jangan mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar.

Kesimpulannya, di era digital ini penting bagi anak-anak untuk memiliki strategi dalam mengelola waktu layar guna mencegah stres digital. Stres pada anak sering disebabkan oleh paparan layar berlebihan, yang mengganggu keseimbangan hidup mereka. Orang tua bisa membantu dengan menetapkan batasan waktu perangkat, memperkenalkan mindfulness, dan memberikan dukungan emosional yang konsisten. Selain itu, dorong anak untuk beraktivitas fisik dan bersosialisasi agar mereka tumbuh sehat, percaya diri, dan mampu mengatasi stres dalam dunia digital. Layaknya pelaut muda yang membutuhkan peta dan kompas, anak-anak perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bernavigasi di lautan digital. Dengan menjadi "nahkoda" yang baik, kita bisa membantu mereka mencapai tujuan tanpa tersesat dalam badai stres digital.

 

Referensi:

Bégin, C., Berthod, J., Martinez, L. Z., . (2022). Use of Mobile Apps and Online Programs of Mindfulness and Self-Compassion Training in Workers: A Scoping Review. J. technol. behav. sci. 7, 477–515 (2022). https://doi.org/10.1007/s41347-022-00267-1

Darwis, D., & Tahir, M. (2022). Kendala Ibu Dalam Menghadapi Anak Kecanduan Gadget. Jurnal Sinestesia, 12(1), 201-206.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). Theoretical perspectives on intrinsic and extrinsic motivation. In C. Sansone & J. M. Harackiewicz (Eds.), Intrinsic and extrinsic motivation: The search for optimal motivation and performance (pp. 71-90). Academic Press.

G, C. S., V, H., Tumati, K. R., & Ramisetty, U. M. (2024). The Impact of Screen Time on Sleep Patterns in School-Aged Children: A Cross-Sectional Analysis. Cureus, 16(2), e55229. https://doi.org/10.7759/cureus.55229

Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. Springer Publishing Company.

Maimanah, A., Rohali, A., Tanjung, K. H., Damanik, M. R. A., Daulay, M., Yani, R., ... & Lubis, H. Z. (2023). Metode Pengendalian Anak Usia Dini agar Tidak Kecanduan Gadget. Mimbar Kampus: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam, 22(2), 351-356.

Munawar, M., Fakhruddin, F., Rifai, A., & Prihatin, T. (2019). Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Literasi Digital Anak Usia Dini. In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (Vol. 2, No. 1, pp. 193-197).

 

Yumarni, V. (2022). Pengaruh gadget terhadap anak usia dini. Jurnal Literasiologi, 8(2), 556623.