ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 18 September 2024

 

 

Dari Stres ke Kekuatan: Bagaimana Keyakinan Orang Tua

Membantu Anak Penderita Kanker Selama Hospitalisasi

Oleh:

Karyna Dewi Santoso, Debora Cintya Widyastuti Jianto

Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

 

Beberapa kasus pada pasien kanker perlu menjalani hospitalisasi, dimana pasien diharuskan untuk tinggal di rumah sakit agar mendapatkan perawatan dan terapi. Hospitalisasi pada anak-anak yang mengalami kanker dapat menjadi pengalaman yang sangat menegangkan dan berdampak negatif bagi perkembangan psikologis mereka. Contohnya seperti gangguan emosional yaitu kecemasan dan rasa tidak percaya diri, sehingga hospitalisasi dapat menimbulkan efek stress pada pasien maupun keluarganya. Hal ini diakibatkan karena banyaknya stressor yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi. Menurut Kencana (2023), stressor ini disebabkan karena anak yang mengalami kanker akan mengalami perubahan secara fisik seperti mengalami kerontokan rambut, penurunan kadar hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih serta kelelahan. Tak hanya itu mereka akan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial sehingga mengakibatkan penurunan kognitif. Mereka akan mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, rasa sakit, dan rasa mual. Timbulnya stres dan cemas secara berlebihan dapat menghambat proses pemulihan anak.

Seperti disebutkan dalam Rumana et al., (2022) ketika anak-anak diharuskan untuk dirawat di rumah sakit, mereka akan berpisah dari lingkungan yang nyaman dan penuh kasih sayang, seperti rumah dan teman-teman mereka, yang akibatnya dapat mengganggu perkembangan psikologis anak. Berdasarkan penelitian Kurniasih (2015), mengenai hubungan peran orang tua dengan tingkat stress hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD Soeroto Ngawi, ditemukan bahwa terdapat 85% anak yang menjalani hospitalisasi mengalami stress dengan tingkat sedang, yang menunjukkan betapa signifikannya dampak emosional dari perawatan rumah sakit. Melalui hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa anak yang mengalami stress hospitalisasi tingkat sedang akan sulit untuk beristirahat, merasa sedih dan tertekan, timbul rasa takut tanpa alasan dan mudah marah karena permasalahan sepele.

Peran orang tua sangat penting dalam mendukung pengobatan anak yang menderita kanker dan mengalami stres hospitalisasi karena orang tua adalah pusat penting perawatan (family centered care). Mereka dapat memberikan cinta kasih kepada anak dimana itu adalah kebutuhan utama anak. Orang tua yang memiliki self efficacy yang tinggi diharapkan dapat menjalani tugasnya dalam menemani anak menjalani pengobatan. Self efficacy pada orang tua sangat mempengaruhi anak dalam menjalani pengobatan serta membuat anak merasa diperhatikan dan dicintai.

Self efficacy berupa dukungan yang orang tua berikan tidak hanya membantu mengurangi tingkat kecemasan anak, tetapi dapat meningkatkan semangat hidup anak untuk menjalani proses pengobatan. Ketika orang tua memiliki efikasi diri yang tinggi, mereka lebih percaya diri dalam menghadapi situasi sulit, seperti perawatan di rumah sakit. Ini memungkinkan mereka untuk tetap tenang dan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak. Sebagai hasilnya, anak yang melihat orang tua mereka tenang dan yakin akan merasa lebih aman dan terlindungi. Hal ini dapat mengurangi stres yang anak alami selama di rumah sakit, sehingga mereka bisa lebih mudah menerima perawatan medis dan menjaga kondisi mental yang lebih stabil. Dengan demikian, tingkat efikasi diri orang tua yang tinggi dapat membantu anak lebih tahan terhadap tekanan emosional selama hospitalisasi.

Sari (2017) menyebutkan bahwa orang tua diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, mampu menjaga ketenangan di rumah, serta memberikan motivasi dan penghargaan kepada anak (Nirwana, 2011). Dengan adanya keyakinan yang kuat dalam diri orang tua dan anak, proses penyembuhan dapat menjadi lebih efektif. Self efficacy orang tua juga dapat membuat anak merasa diperhatikan, dan juga merasa dicintai. Penelitian oleh Byrne et al. (2011) tentang "pengaruh self-efficacy orang tua terhadap persepsi nyeri dan stres pada anak-anak yang menjalani prosedur medis" yang melibatkan 50 remaja yang diperkirakan akan hidup selama tiga tahun atau kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan self-efficacy tinggi, atau keyakinan kuat akan kemampuan mereka, dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan dan stres pada anak-anak yang merasakan nyeri dan menghadapi penyakit serius.

Bandura (1994) menyatakan bahwa efikasi diri, yaitu keyakinan individu tentang kemampuan mereka untuk mencapai tujuan tertentu, sangat penting dalam menghadapi tantangan. Efikasi diri ini akan mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku. Efikasi diri orang tua sangat berdampak dalam pengobatan dan perawatan anak yang sedang menjalani hospitalisasi. Orang tua yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih mampu mengatasi stres dan mendukung anak mereka selama proses pengobatan yang sedang dijalani sang anak. Mereka akan lebih mungkin terlibat aktif dalam perawatan anak dan bekerja sama dengan tenaga medis untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi pemulihan anak (Mikkelsen & Frederiksen, 2011). Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati et al., (2019) dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang tua dengan efikasi diri yang tinggi dapat berpengaruh pada pengelolaan stress anak penderita kanker. Mereka lebih percaya diri dalam merawat anak dan lebih efektif dalam memberikan dukungan selama proses pengobatan. Anak-anak yang didampingi oleh orang tua dengan efikasi diri yang tinggi cenderung memiliki respon yang lebih baik terhadap proses pengobatan sang anak dan lebih mampu mengatasi stres yang muncul selama hospitalisasi.

Hospitalisasi memang dapat menjadi pengalaman yang sangat menegangkan bagi anak-anak yang menderita kanker, tetapi tentu dengan dukungan dan keyakinan yang kuat dari orang tua, dampak negatif yang ada dapat diminimalkan. Tentu disini efikasi diri orang tualah yang memainkan peran kunci dalam membantu anak mengatasi stres hospitalisasi dan mencapai pemulihan yang lebih baik.

Referensi:

Bandura, A. (1994). Self Efficacy. http://happyheartfamilies.citymax.com/f/Self_Efficacy.pdf

Byrne, M. W., Evan, E., Goshin, L. S., Erlich, M. D., Kim, J. H. J., Saroyan, J. M., Zaltzer, L. K. (2011). Parent Self-Efficacy For Managing Pain In Seiously Ill Children And Adolescents Nearing End Of Life. Cambridge University, 137-147. https://doi.org/10.1017/S1478951511000010

Hendrawati, S., Nurhidayah, I., & Mardhiyah, A. (2019). Self Efficacy Parents In Undergoing Child Cancer Treatment At The Rumah Kanker Anak Cinta Bandung. NurseLine Journal, 4(1), 37-45.

Kencana, N. L. (2023). Gambaran Self Efficacy Orang Tua Terhadap Anak Penderita Kanker Di Yayasan Kanker Anak Sumatera Selatan. (Skripsi Sarjana, Universita Sriwijaya. https://repository.unsri.ac.id/127796/20/RAMA_14201_04021381621058_0001 078402_0018048102_01_front_ref.pdf

Mikkelsen, G & Frederiksen, K. (2011). Family-Centred Care of Children In Hospital- A Concept Analysis. Journal of Advanced Nursing 67(5), 1152-1162.

Rumana, I., Rukmasari, E. A., & Maulana, I. (2022). Peran Orang Tua Dalam Meminimalkan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah: Studi Literatur. Manaju:    Malahayati    Nursing    Journal,    4(5),    1250-1264. https://doi.org/10.33024/mnj.v4i5.6199

Sari, D. (2017). Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar Siswa. (Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana, Universitas PGRI Palembang).