ISSN 2477-1686  

Vol. 10 No. 18 September 2024

 

Gentle Parenting dalam Meminimalisir Gejala Stres pada Proses Perkembangan Anak Usia 5-11 Tahun

Oleh:

Teresa Ayu L., Maharani Tyas K

Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Masa perkembangan pada usia anak-anak akan menentukan bagaimana perilaku anak di masa yang akan datang. Masa ini disebut sebagai masa keemasan atau golden age yang membuat anak-anak mudah untuk menyerap informasi yang ada di sekitar lingkungannya (Avisca & Afif, 2022). Erikson mengembangankan teori mengenai tahapan perkembangan anak yang dibagi menjadi 8 tahapan. Dalam teori ini, anak-anak pada usia 5-11 tahun sudah mencapai tahap industry vs inferiority (Teti, 2018). Anak-anak pada usia ini tidak akan berkembang jika mereka tidak mendapatkan dukungan dari sikap dan perilaku orang tua. Sebaliknya, anak-anak yang mengalami makian dan penolakan cenderung mengembangkan perasaan rendah diri. Hal ini biasanya disebut dengan emotional abuse. PubMed Central menyebutkan bahwa emotional abuse merupakan tindakan seseorang dengan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, berteriak, selalu mengkritik, dan memperlakukan orang lain secara tidak setara. Pola parenting yang seperti ini akan menimbulkan masalah kesehatan mental pada anak, seperti menjadi pribadi yang curiga, merasa cemas, dan malu (Bakhrudin, et al., 2024). Oleh karena itu, pola parenting dalam memberikan penguatan (reinforcement) pada anak akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan anak untuk menjadi pribadi yang berkompeten dan berani dalam menghadapi tantangan.

Data dari PubMed Central menunjukkan bahwa sekitar 36% anak-anak cenderung mengalami emotional abuse dibanding dengan kekerasan secara fisik dan seksual. Orang tua yang memberikan pola parenting berupa emotional abuse cenderung membentuk kepribadian anak yang kurang merasa memiliki harga diri yang tinggi, tidak peka terhadap dukungan sosial, cepat bosan, dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan mental berupa depresi, kecemasan, gangguan pada makan, gangguan kepribadian, dan lainnya. Anak pada usia 5-11 tahun cenderung belajar dari lingkungan sekitarnya. Jika anak banyak menerima emotional abuse dari orang tuanya, anak cenderung akan menunjukkan kepribadian yang sama ketika dewasa nanti. Ada beberapa faktor yang membuat orang tua untuk melakukan emotional abuse, salah satunya adalah pemberian hukuman agar anak mau mendengarkan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Orang tua cenderung memberikan hukuman yang tidak wajar kepada anak dan hal ini membuat anak untuk menarik diri dari lingkungannya, tidak percaya diri, dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua terkadang tidak sadar ketika mereka berperilaku seperti menyalahkan anak, berteriak, mengancam, dan menakut-nakuti sehingga hal ini dapat menyakiti hati dan perasaan anak.

Emotional abuse yang dilakukan oleh orang tua cenderung disebabkan oleh pelampiasan rasa frustasi orang tua kepada anak sehingga dapat berdampak pula pada kekerasan fisik terhadap anak. Saat anak mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya, anak akan merasa gagal dan memiliki ketakutan untuk berubah menjadi lebih baik. Perilaku tersebut juga akan membawa dampak bagi anak untuk melakukan perilaku kekerasan kepada teman-temannya karena anak akan meniru perilaku orang tuanya. Selain itu, jika orang tua terus menggunakan pola parenting tersebut, nantinya akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak yang tidak pernah mendapatkan perhatian, selalu diintimidasi atau diremehkan memiliki kecenderungan untuk berperilaku kurang pantas. Oleh karena itu, diperlukan pola parenting yang baik dari orang tua kepada anak-anaknya, yaitu gentle parenting.

Orang tua berperan penting dalam pada proses perkembangan sosio- emosional anak. Hurlock (1990) menyebutkan bahwa orang tua harus memberikan pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anak agar anak tersebut mudah untuk menerima pola asuh yang diberikannya dengan baik sehingga anak juga dapat termotivasi untuk belajarnya. Setiap orang tua pasti memiliki cara yang berbeda untuk mengasuh anak-anaknya. Gentle parenting dapat dijadikan sebagai pola asuh yang efektif dalam perkembangan anak. Gentle parenting terbagi atas tiga prinsip yaitu, respek, empati, serta memahami. Pertama, respek dapat dilakukan ketika orang tua memberikan ruang kepada anak untuk mengambil keputusannya secara mandiri. Dengan itu, anak akan berlatih untuk mengembangkan pemikiran logisnya. Kedua, orang tua secara bebas dapat memperhatikan dan mendengarkan anak dalam melakukan komunikasi dua arah. Ketiga, orang tua memiliki peran untuk memahami apa yang sedang dialami anak di dalam kehidupan sehari-harinya. Dibandingkan dengan berfokus pada pemberian reward dan punishment, gentle parenting berfokus pada pengembangan kesadaran dan pemahaman diri anak pada dirinya sendiri. Gentle parenting dilakukan dengan tenang dan tegas. Pola parenting yang tenang dapat memberikan ruang kepada anak untuk meresponi segala konflik yang terjadi di lingkungan mereka.

Oleh karena itu, pentingnya menerapkan gentle parenting dalam mengasuh dan mendidik anak adalah untuk membantu proses perkembangan sosio-emosional anak. Pola asuh yang sesuai dapat mendorong anak untuk belajar dalam mengembangkan kemampuannya untuk mengambil keputusan dan berpikir secara mandiri. Dengan menerapkan hal tersebut, anak dapat mengenali dan memahami dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

Referensi:

Avisca, S. F., & Afif, K. (2022). Pengaruh Pengalaman Traumatis Berupa Perilaku Abusive Orangtua Kepada Anak Terhadap Psychological Well-Being. Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri. https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.92

Cleveland Clinic (2022). What Is Gentle Parenting? https://health.clevelandclinic.org/what-is-gentle-parenting

Faisal, M. (2022). Parenting Communication: Penerapan Komunikasi Empatik dalam Pola Pengasuhan Anak. IKOMIK: Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi, Vol. 2, No. 2, 116-126.

Indah, M. D. (2021). Hubungan antara Pola Asuh Keluarga dan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 5, No. 3, 8447-8452, http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2461701&val=133 65&title=Hubungan%20antara%20Pola%20Asuh%20Keluarga%20dan%20Ka rakter%20Anak

Teti, R. (2018). Perkembangan dan Tahapan Parenting dalam Perkembangan. Jurnal Online Universitas Islam Nusantara, Vol. 4, No. 1, https://core.ac.uk/download/pdf/228601398.pdf

Widyawati., Ade, I. N H., & Dede, S. (2023). Parenting Pola Asuh Orang Tua untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sumber Daya Unggul, Vol. 1, No. 1, 35-41, https://doi.org/10.37985/pmsdu.v1i1.30