ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 18 September 2024
Bertahan dalam Rasa Kesepian pada Hubungan Jarak Jauh Sebagai Pasangan Pelaut
Oleh:
Herfany Alya Raihan, Fatma Nur Aqmarina
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Pelaut merupakan orang yang bekerja diatas kapal, sebagaimana yang telah tertulis di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau keterampilan sebagai awak kapal dalam bekerja. keseharian mereka dihabiskan di atas kapal mengarungi lautan luas yang penuh dengan tantangan yang mengharuskan mereka untuk berjauhan dari keluarga, serta orang yang mereka cintai di darat dengan rentang waktu yang cukup lama. Selain itu seorang pelaut dituntut untuk menyelesaikan kontrak kerja sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian kerja laut, ketika seorang pelaut telah menyelesaikan masa kontrak kerjanya, maka pelaut tersebut berhak mendapatkan mutasi off untuk turun dari kapal (Renny Hermawati, 2020). Hal ini tentu nya tidak mudah untuk menjalani kehidupan nya dan menjadi sebuah tantangan yang besar bagi pelaut dan pasangan pelaut nya, pada pasangan pelaut sering kali diwarnai rasa kesepian dan keraguan yang dapat menguji kekuatan cinta dan komitmen mereka.
Hubungan jarak jauh yang dirasakan oleh pasangan pelaut menjadi sebuah tantangan yang tidak mudah untuk dijalani dan dilalui, tidak ada yang menginginkan kehidupan seperti ini berjauhan dari pasangan yang sangat dia cintai, namun apa yang pelaut lakukan merupakan bentuk rasa sayang dan tanggung jawab kepada keluarga dan pasangan nya mereka berupaya memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Bagi sebagian besar orang hubungan jarak jauh merupakan tantangan besar, namun bagi pasangan pelaut tantangan ini menjadi lebih menonjol karena lautan yang memisahkan mereka. Kesepian ini dimulai sejak saat pasangan pelaut merasakan perpisahan yang tak terhindarkan ketika kapal meninggalkan pelabuhan. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa beberapa bulan atau bahkan tahun akan terpisah dari orang yang mereka cintai, ketika kapal berlayar menjauh pasangan yang ditinggalkan merasa terperangkap dalam keterpisahan dan kerinduan yang menyakitkan, pasangan pelaut harus membiasakan kehidupan sehari-hari tanpa kehadiran fisik orang yang mereka cintai, dan dipaksa untuk mandiri serta kuat didalam situasi apapun.
Menjalin hubungan jarak jauh sebagai pasangan pelaut dapat menghadirkan berbagai tantangan, salah satunya adalah rasa kesepian bagi yang ditinggalkan. Kesepian bukan hanya tentang kehilangan sosok yang dicintai tetapi juga tentang kehilangan bagian dari diri mereka sendiri, minimnya interaksi fisik dan emosional, komunikasi yang terputus-putus akibat perbedaan waktu dan keterbatasan akses jaringan, serta ketidakpastian dan kecemasan akan kondisi pasangan nya di laut dapat menimbulkan kerinduan mendalam, kesalahpahaman, dan kecemasan. Meski dihadapkan dengan rasa kesepian pasangan pelaut tetap tegar dan optimis untuk mempertahankan hubungan mereka agar selalu harmonis dan berjalan sampai mereka menua bersama. Di dalam hubungan ini diperlukan komitmen yang tinggi dan rasa saling percaya antar pasangan, mereka yakin bahwa cinta mereka akan mampu mengatasi segala tantangan dan harapan akan pertemuan di masa depan di pelabuhan yang penuh dengan kebahagiaan dan kelegaan. Ketika mereka kembali bertemu di darat kisah cinta mereka adalah sebuah pengingat bahwa cinta sejati mampu bertahan dalam segala situasi bahkan di tengah lautan luas yang penuh dengan rintangan, kekuatan cinta mereka adalah bukti bahwa cinta itu abadi melekat didalam hati dan selalu ada harapan di tengah keputusasaan.
Dalam memahami bagaimana pasangan pelaut bertahan dalam rasa kesepian yang setiap hari semakin mendalam, alasan mereka bertahan didalam rasa kesepian karena mereka memiliki cinta yang kuat serta komitmen untuk selalu bersama apapun segala tantangan nya. Jika dikaitkan melalui lensa teori cinta segitiga Menurut Robert J. Sternberg cinta memiliki 3 komponen yaitu keintiman (intimacy), hasrat (passion), dan komitmen (commitment). Teori cinta segitiga Sternberg membantu memahami dinamika cinta yang terhalang oleh jarak namun dengan usaha bersama dan komitmen yang kuat pasangan pelaut dapat menjaga dan memperkuat ketiga komponen cinta ini, bahkan dalam situasi yang sangat menantang. Berikut ini implikasi dari tiga komponen teori segitiga cinta pada konteks hubungan jarak jauh pasangan pelaut:
1. Intimacy (Kedekatan): Meskipun terpisah oleh lautan, pasangan pelaut tetap memelihara kedekatan emosional melalui berbagi cerita, mengingat kenangan, saling memberikan dukungan emosional, merencanakan masa depan dan komunikasi terbuka, jujur, dan teratur, mereka meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara konsisten dengan memanfaatkan teknologi seperti telepon atau video call untuk tetap merasa dekat satu sama lain. Bagi pelaut dan pasangan nya keintiman ini adalah jembatan yang sangat membantu mereka menghubungkan dua hati yang terpisah oleh jarak.
2. Passion (Kegairahan): Meskipun tidak dapat berbagi momen fisik secara langsung pasangan pelaut tetap menjaga gairah dalam hubungan mereka, dengan mengekspresikan cinta dan rindu mereka melalui kata-kata, pesan, atau memberikan kejutan romantis seperti mengirimkan hadiah, mengirimkan video romantis, dan menjaga penampilan agar tetap menarik. Kegairahan ini menjadi sumber kekuatan yang memotivasi mereka untuk bertahan dalam rasa kesepian.
3. Commitment (Komitmen): Komitmen adalah jangkar yang menahan badai kesepian dalam hubungan jarak jauh. Pasangan pelaut harus memiliki komitmen yang tinggi yaitu keyakinan yang kuat bahwa cinta dan hubungan mereka akan bertahan meskipun jarak memisahkan, rasa tanggung jawab yang dimiliki terhadap pasangan, keinginan untuk menyelesaikan konflik, serta tekad untuk melewati masa-masa sulit bersama dan tidak meninggalkan satu sama lain. Komitmen memberikan stabilitas dan keamanan dalam suatu hubungan, hal ini memungkinkan mereka untuk tetap setia satu sama lain meskipun godaan dan rintangan muncul di sepanjang jalan.
Kesimpulan nya, menjalin hubungan jarak jauh pada pasangan pelaut menghadirkan tantangan yang dapat menguji kekuatan cinta dan komitmen mereka, rasa kesepian bagaikan badai yang menerjang sehingga banyak hal yang dapat membuat pasangan pelaut kesepian. Namun dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, pasangan pelaut dapat mempertahankan hubungan yang mereka bangun. Teori cinta segitiga Sternberg, yang terdiri dari keintiman, gairah, dan komitmen, pasangan pelaut dapat mengatasi rasa kesepian dengan memperkuat keintiman emosional, memelihara gairah dalam hubungan, memperkuat komitmen satu sama lain, dan menerapkan komunikasi terbuka, dapat membantu pasangan pelaut mengatasi rasa kesepian serta membangun hubungan yang langgeng dan penuh kasih sayang. Meskipun terbentang lautan luas cinta sejati mampu melewati badai dan mengantarkan mereka kembali ke pelabuhan kebahagiaan. Cinta para pelaut bagaikan mercusuar yang menerangi gelap nya lautan dimalam hari, menunjukkan jalan mereka untuk kembali ke pelukan orang yang mereka cintai.
Referensi:
Amana, L. N., Suryanto, S., & Arifiana, I. Y. (2020). Manajemen Kesetiaan Istri yang Menjalani Long Distance Marriage pada Istri Pelaut. Psisula: Prosiding Berkala Psikologi, 1(March 2021). https://doi.org/10.30659/psisula.v1i0.7697
Dewi, A. Z., & Listyani, R. H. (2020). Analisis Gender Peran Ganda Istri pada Keluarga Pelaut di Surabaya. Jurnal Paradigma, 8(2).
Hermawati, R., & Khamdilah, A. (2020). Analisa Dampak Keterlambatan Mutasi terhadap Kinerja Pelaut. Majalah Ilmiah Gema Maritim, 22(2), 112–116. https://doi.org/10.37612/gema-maritim.v22i2.104
Sanu, D. K., & Taneo, J. (2020). Analisis Teori Cinta Sternberg Dalam Keharmonisan Rumah Tangga. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan), 7(02), 191–207. https://doi.org/10.21009/jkkp.072.07
Dr. Mochamad Mochklas, S. M. (2019). MENGENAL PROFESI PELAUT. Banten: CV. AA. RIZKY.