ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 17 September 2024
Fenomena Filicide dalam Perspektif Psikologi Forensik
Oleh:
Arizal Primadasa
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Pada tahun 2015, Indonesia dikejutkan dengan kasus kematian anak bernama Engeline. Pada kasus tersebut, Engeline dibunuh oleh ibu angkatnya. Hingga saat ini, setidaknya ada tiga terbaru mengenai kasus yang hampir serupa. Media Indonesia (2023) memberitakan sepasang orang tua membunuh anak kandung mereka di Tasikmalaya. Selain itu, dikutip dari Kompas (2023), seorang ayah membunuh empat anaknya secara bergilir di Jakarta Selatan. Kemudian, Detik News (2024) mengabarkan seorang ibu pengidap skizofrenia membunuh anak kandungnya di Bekasi. Berbagai kasus yang telah terjadi ini merupakan fenomena pembunuhan dilakukan oleh orang tua terhadap anak mereka, baik dilakukan oleh orang tua angkat maupun orang tua kandung.
Kasus pembunuhan anak oleh orang tua merupakan sebuah fenomena yang dinamakan filicide. Secara bahasa, kata filicide berasal dari bahasa Latin yaitu ‘filius’ yang berarti anak dan ‘cida’ yang berarti pembunuh. Secara istilah, filicide didefinisikan sebagai pembunuhan satu atau lebih anak yang umumnya berusia lebih dari satu tahun oleh orang tua kandung, orang tua tiri, maupun figur orang tua lain (Mariano et al., 2014; Ozdemir & Evinc, 2021; West, 2007). Penggunaan istilah filicide dapat mengacu lebih spesifik pada salah satu peran orang tua sebagai pelaku pembunuh anak. Maternal filicide mengacu pada pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu, sedangkan paternal filicide mengacu pada pembunuhan serupa yang dilakukan oleh ayah (Raymond et al., 2021).
Fenomena filicide ini telah ada sejak lama. Dahulu, fenomena filicide merupakan tindakan pengorbanan anak dalam berbagai suku-suku di Amerika Selatan, Afrika, hingga di Timur Tengah (Bukuluki, 2004; Faux, 2012; Miedema, 2004). Pengorbanan anak tersebut didasarkan terhadap keyakinan dan praktik budaya serta sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan individu maupun komunitas (Bukuluki, 2004; Faux, 2012; Miedema, 2004). Selain faktor praktik dan keyakinan budaya zaman dahulu, motif awal fenomena filicide dilakukan untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga dan menyingkirkan anak yang lemah, disabilitas, tidak sah, hingga membatasi jumlah perempuan (Liem & Koenraadt, 2008). Namun, beberapa motif seperti anak disabilitas, tidak sah, gender, dan kurangnya sumber daya masih relevan hingga saat ini (West, 2007).
Fenomena filicide memiliki kategori-kategori yang disusun berdasarkan motif dibaliknya. Resnick (1969; 2016) mengungkap lima kategori filicide. Pertama, altruistic filicide, yaitu pembunuhan terhadap anak untuk mencegah penderitaan mereka. Kategori ini terbagi lagi menjadi dua yaitu filicide-suicide, yaitu pembunuhan terhadap anak yang diikuti dengan bunuh diri orang tua (Debowska et al., 2015) dan filicide to relieve or prevent suffering, yaitu pembunuhan terhadap anak untuk mencegah penderitaan baik nyata maupun khayalan (Friedman et al., 2005). Kedua, acute psychotic filicide, yaitu pembunuhan terhadap anak oleh orang tua yang menderita gangguan psikotik tanpa motif yang jelas dan disertai dengan gejala delusi atau halusinasi (Valenca & Nascimento, 2011). Ketiga, unwanted child filicide, yaitu pembunuhan terhadap anak karena mereka tidak diinginkan, biasanya disebabkan oleh faktor tekanan finansial (Moodley et al., 2019). Keempat, child maltreatment filicide, yaitu pembunuhan terhadap anak yang terjadi akibat penganiayaan secara fatal (Hunter et al., 2019). Terakhir, spousal revenge filicide, yaitu pembunuhan terhadap anak sebagai bentuk balas dendam terhadap pasangan yang dipicu oleh faktor perselingkuhan atau perselisihan hak asuh anak (Myers et al., 2021).
Penelitian terdahulu telah melakukan analisis dan prevalensi faktor-faktor yang melatarbelakangi fenomena filicide. Secara umum, penelitian Friedman et al., (2005) mengidentifikasi delapan tema besar yang berkontribusi terhadap fenomena filicide yang meliputi berbagai faktor berupa demografi, riwayat yang meliputi riwayat kriminal, penggunaan zat, medis, serta karakteristik yang meliputi karakteristik pelanggaran hukum, gangguan mental, keluarga, dan perkembangan psikososial pelaku. Berbagai penelitian terdahulu mengungkap bahwa gangguan mental lebih umum terjadi sebagai faktor yang melatarbelakangi fenomena filicide. Faktor gangguan mental tersebut meliputi riwayat percobaan bunuh diri, kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, gejala psikotik, dan kurangnya dukungan sosial (Farooque & Ernst, 2003; Lysell et al., 2013; Murfree et al., 2022; Nagy & Rychner, 2021; Shafti et al., 2023).
Jenis kelamin juga ditemukan sebagai faktor yang melatarbelakangi fenomena filicide. Setiap jenis kelamin pelaku filicide memiliki latar belakang yang berbeda. Secara historis, maternal filicide telah menerima lebih banyak perhatian dibandingkan dengan paternal filicide. Berdasarkan penelitian terdahulu, maternal filicide umumnya dilatarbelakangi oleh masalah gangguan mental seperti depresi, percobaan bunuh diri, riwayat kekerasan, kurangnya dukungan sosial (Friedman et al., 2008; Giacco et al., 2023; Harris et al., 2007; Kauppi et al., 2010; Krischer et al., 2007; Leveille et al., 2007; Liem & Koenraadt, 2008; Lysell et al., 2014; Raymond et al., 2021). Sementara itu, paternal filicide umumnya dilatarbelakangi oleh masalah perpisahan perkawinan, kekerasan fisik, dan riwayat kriminal, dorongan kemarahan dan keputusasaan, serta dorongan balas dendam (Azores-Gococo et al., 2017; Campion et al., 1988; Eriksson et al., 2014; Leveillee & Doyon, 2019).
Evaluasi terhadap fenomena filicide memerlukan pendekatan multidimensi yang mempertimbangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi seperti riwayat masa lalu, konteks sosial, kondisi kesehatan mental, dan motif yang lebih spesifik mengingat di Indonesia kasus ini mengalami peningkatan. Selain itu, asesmen dan intervensi terhadap fenomena ini perlu dilakukan untuk mencegah violent recidivism, yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kecenderungan individu untuk melakukan perilaku kejahatan kembali. Demi mencapai hal ini, kolaborasi antara lembaga hukum dengan lembaga kesehatan mental maupun sosial diperlukan sehingga kasus ini dapat ditangani dan dicegah secara tepat.
Referensi
Azores-Gococo, N. M., Brook, M., Teralandur, S. P., & Hanlon, R. E. (2017). Killing a child: Neuropsychological profiles of murderers of children. Criminal Justice and Behavior, 44(7), 946-962. https://doi.org/10.1177/0093854817699437
Bukuluki, P., & Mpyangu, C. M. (2014). The African conception of sacrifice and its relationship with child sacrifice. International Letters of Social and Humanistic Sciences, 41, 12-24. https://doi.org/10.18052/www.scipress.com/ILSHS.41.12
Debowska, A., Boduszek, D., & Dhingra, K. (2015). Victim, perpetrator, and offense characteristics in filicide and filicide–suicide. Aggression and Violent Behavior, 21, 113-124. https://doi.org/10.1016/j.avb.2015.01.011
Detik News. (2023). Polisi: Ibu pembunuh anak kandungnya di Bekasi mengidap skizofrenia. Detik News. https://news.detik.com/berita/d-7232128/polisi-ibu-pembunuh-anak-kandungnya-di-bekasi-mengidap-skizofrenia
Eriksson, L., Mazerolle, P., Wortley, R., & Johnson, H. (2016). Maternal and paternal filicide: Case studies from the Australian Homicide Project. Child Abuse Review, 25(1), 17-30. https://doi.org/10.1002/car.2358
Farooque, R., & Ernst, F. A. (2003). Filicide: a review of eight years of clinical experience. Journal of the National Medical Association, 95(1), 90-94. PMID: 12656455; PMCID: PMC2594368.
Faux, J. L. (2012). Hail the conquering gods: Ritual sacrifice of children in Inca society. Journal of Contemporary Anthropology, 3(1), 1. https://docs.lib.purdue.edu/jca/vol3/iss1/1
Friedman, S. H., Hrouda, D. R., Holden, C. E., Noffsinger, S. G., & Resnick, P. J. (2005). Filicide-suicide: common factors in parents who kill their children and themselves. Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law Online, 33(4), 496-504. PMID: 16394226.
Friedman, S. H., Sorrentino, R. M., Stankowski, J. E., Holden, C. E., & Resnick, P. J. (2008). Psychiatrists' knowledge about maternal filicidal thoughts. Comprehensive Psychiatry, 49(1), 106-110. https://doi.org/10.1016/j.comppsych.2007.07.001
Giacco, S., Tarter, I., Lucchini, G., & Cicolini, A. (2023). Filicide by mentally ill maternal perpetrators: a longitudinal, retrospective study over 30 years in a single Northern Italy psychiatric-forensic facility. Archives of Women's Mental Health, 26(2), 153-165. https://doi.org/10.1007/s00737-023-01303-6
Harris, G. T., Hilton, N. Z., Rice, M. E., & Eke, A. W. (2007). Children killed by genetic parents versus stepparents. Evolution and Human Behavior, 28(2), 85-95. https://doi.org/10.1016/j.evolhumbehav.2006.08.001
Hunter, A. A., DiVietro, S., Schwab-Reese, L., & Riffon, M. (2021). An epidemiologic examination of perpetrators of fatal child maltreatment using the national violent death reporting system (NVDRS). Journal of Interpersonal Violence, 36(17-18), NP9035-NP9052. https://doi.org/10.1177/0886260519851787
Kauppi, A., Kumpulainen, K., Karkola, K., Vanamo, T., & Merikanto, J. (2010). Maternal and paternal filicides: a retrospective review of filicides in Finland. Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law Online, 38(2), 229-238. PMID: 20542944.
Kompas. (2023). Pengakuan ayah yang bunuh 4 anak di Jagakarsa, membunuh secara bergilir. Kompas. https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/09/12565691/pengakuan-ayah-yang-bunuh-4-anak-di-jagakarsa-membunuh-secara-bergilir?page=all
Krischer, M. K., Stone, M. H., Sevecke, K., & Steinmeyer, E. M. (2007). Motives for maternal filicide: Results from a study with female forensic patients. International Journal of Law and Psychiatry, 30(3), 191-200. https://doi.org/10.1016/j.ijlp.2007.03.003
Léveillée, S., & Doyon, L. (2019). Understanding the motives behind male filicides to better intervene. Revue Européenne de Psychologie Appliquée, 69(2), 73–81. https://doi.org/10.1016/j.erap.2019.03.002
Léveillée, S., Marleau, J. D., & Dubé, M. (2007). Filicide: A comparison by sex and presence or absence of self-destructive behavior. Journal of Family Violence, 22, 287-295. https://doi.org/10.1007/s10896-007-9081-3
Liem, M., & Koenraadt, F. (2008). Filicide: A comparative study of maternal versus paternal child homicide. Criminal Behaviour and Mental Health, 18(3), 166-176. https://doi.org/10.1002/cbm.695
Liem, M., de Vet, R., & Koenraadt, F. (2010). Filicide followed by parasuicide: A comparison of suicidal and non-suicidal child homicide. Child Abuse & Neglect, 34(8), 558-562. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2010.01.010
Lysell, H., Runeson, B., Lichtenstein, P., & Långström, N. (2013). Risk factors for filicide and homicide: 36-year national matched cohort study. The Journal of Clinical Psychiatry, 74(2), 18403. https://doi.org/10.4088/JCP.13m08372
Mariano, T. Y., Chan, H. C. O., & Myers, W. C. (2014). Toward a more holistic understanding of filicide: A multidisciplinary analysis of 32 years of US arrest data. Forensic Science International, 236, 46-53. https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2013.12.019
Media Indonesia. (2023). Tok orang tua bunuh anak kandung di Tasikmalaya jadi tersangka. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/jabar/berita/634704/tok-orang-tua-bunuh-anak-kandung-di-tasikmalaya-jadi-tersangka
Miedema, D. (2004). Child sacrifice in the western world. CedarEthics: A Journal of Critical Thinking in Bioethics, 4(1), 2. https://digitalcommons.cedarville.edu/cedarethics/vol4/iss1/2/
Moodley, S., Subramaney, U., & Hoffman, D. (2019). A qualitative study of mentally ill women who commit filicide in Gauteng, South Africa. Frontiers in Psychiatry, 10, 757. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2019.00757
Murfree, L., DeMaria, A. L., & Schwab-Reese, L. M. (2022). Factors contributing to filicide-suicide: differences between male and female perpetrators. Child Abuse & Neglect, 129, 105637. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2022.105637
Myers, W. C., Lee, E., Montplaisir, R., Lazarou, E., Safarik, M., Chan, H. C., & Beauregard, E. (2021). Revenge filicide: An international perspective through 62 cases. Behavioral Sciences & the Law, 39(2), 205-215. https://doi.org/10.1002/bsl.2505
Nagy, V., & Rychner, G. (2021). Longitudinal analysis of Australian filicide perpetration trends: Filicide in Victoria, 1860-1920. International Journal for Crime, Justice and Social Democracy, 10(2), 50-66. https://doi.org/10.5204/ijcjsd.1642
Özdemir, D. F., & Evinç, Ş. G. (2021). Killing one’s own baby: A psychodynamic overview with clinical approach to filicide cases. Turk Psikiyatri Dergisi, 32(3), 201. https://doi.org/10.5080/u25786
Raymond, S., Ducasse, M. V., Azoulay, M., & Gasman, I. (2021). Maternal filicide and mental illness: A descriptive study of 17 women hospitalized in a French secure unit over a 24‐year period. Journal of Forensic Sciences, 66(5), 1818-1828. https://doi.org/10.1111/1556-4029.14780
Resnick, P. J. (1969). Child murder by parents: a psychiatric review of filicide. American Journal of Psychiatry, 126(3), 325-334. https://doi.org/10.1176/ajp.126.3.325
Resnick, P. J. (2016). Filicide in the United States. Indian Journal of Psychiatry, 58(Suppl 2), S203-S209. https://doi.org/10.4103/0019-5545.196845
Shafti, M., Taylor, P., Forrester, A., Handerer, F., & Pratt, D. (2023). A systematic review of the co-occurrence of self-harm and aggression: Is dual harm a unique behavioural construct?. Frontiers in Psychiatry, 14, 1083271. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2023.1083271
Valença, A. M., Mendlowicz, M. V., Nascimento, I., & Nardi, A. E. (2011). Filicide, attempted filicide, and psychotic disorders. Journal of Forensic Sciences, 56(2), 551-554. https://doi.org/10.1111/j.1556-4029.2010.01645.x
West, S. G. (2007). An overview of filicide. Psychiatry (Edgmont), 4(2), 48-57. PMID: 20805899; PMCID: PMC2922347.