ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 16 Agustus 2024

Menggenggam Masa Depan: Peran Grit dan Religiusitas dalam Mencapai Tujuan

Oleh:

Murni Widya Ningsih

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana 

 

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai hal-hal yang telah ditetapkan sebagai tujuan hidup. Setidaknya terdapat dua faktor yang menjadi andalan dalam meraih keberhasilan terhadap tujuan, yakni grit dan religiusitas. Dua faktor andalan ini memberikan peran penting untuk mengalirkan kekuatan, keteguhan, dan pemaknaan tersendiri dalam upaya meraih tujuan hidup, terutama tujuan yang bersifat jangka panjang.

Menghadapi Rintangan dengan Grit?

Grit menurut Duckworth et al. (2007) merupakan kombinasi yang berasal dari keteguhan hati, kebulatan tekad, dan ketahanan diri terhadap tantangan dalam mencapai tujuan jangka panjang. Temuan Eskreis-Winkler et al. (2014)  juga ikut menyepakati bahwa grit merupakan kegigihan yang berkaitan erat dengan kehati-hatian terhadap rintangan dalam mencapai tujuan. Ini berarti bahwa seseorang dengan grit yang tinggi cenderung mempunyai kemampuan untuk fokus dan tabah meskipun menghadapi berbagai rintangan yang berat. Seseorang dengan grit yang baik dapat menjadikan tantangan dan rintangan sebagai peluang, sampai mengartikan kegagalan sebagai pembelajaran yang berharga.

Duckworth et al. (2007) serta Eskreis-Winkler et al. (2014) menyebutkan bahwa grit merupakan sebuah kepribadian yang dapat diasah dan dikembangkan  melalui berbagai latihan, kesabaran, dan tekad yang kuat. Misalnya dengan mengatur tujuan yang jelas, seseorang dapat mengembangkan grit. Tidak hanya itu saja, tetapi melalui kegagalan seseorang mengambil pembelajaran dan dapat memperkuat koneksi emosional terhadap tujuan jangka panjang yang masih menjadi sasaran.

Kekuatan Spiritual dalam Menginspirasi Aksi

Kekuatan spiritual yang dalam hal ini adalah religiusitas, merupakan kedalaman ketaatan seseorang terhadap agama yang dianut. Religiusitas turut berperan dalam upaya meraih tujuan. Keyakinan terhadap agama yang dimanifestasikan dalam praktik keagamaan dapat memberi landasan moral dan spritual yang kuat, sehingga tindakan yang dilakukan bersesuaian dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Praktik keagamaan tersebut meliputi meditasi, berdo’a, atau dalam bentuk ritual keagamaan lain juga dapat membantu seseorang untuk tetap fokus dan tenang dalam menghadapi tantangan. Melalui religiusitas, terdapat kekuatan yang besar untuk mengatasi setiap rintangan dan mampu menumbuhkan harapan meskipun dalam situasi sulit, dan memberi arti tertentu terhadap setiap langkah yang diambil.

Penelitian Hill & Pargament (2008) serta Hansen-Morgan (2017) telah menunjukkan bahwa seseorang yang terhubung kuat dengan dimensi spiritual memiliki kecenderungan untuk lebih optimis, mudah mengatasi stres, dan termotivasi untuk menggapai tujuan hidup. Hodge & Choi (2019) menambahkan bahwa spiritual dan harapan merupakan faktor yang dapat dimanfaatkan pula untuk meningkatkan grit, sehingga dapat lebih menginspirasi dalam aksi sebagai upaya mencapai tujuan.

Menuju Sukses Berkelanjutan dengan Mensintesis Grit dan Religiusitas

Mengacu pada uraian di atas, maka dengan menggabungkan antara grit dan religiusitas terciptalah pondasi yang kuat untuk dapat mencapai tujuan hidup secara signifikan. Adanya grit pada diri seseorang memberikan keteguhan dan ketahanan baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi berbagai rintangan. Selanjutnya adanya religiusitas pada diri seseorang memberikan kedalaman spiritual dan harapan yang tidak mudah digoyahkan, meskipun harus berhadapan dengan kondisi yang memicu rasa putus asa. Kedua elemen ini dapat saling melengkapi dan membentuk seseorang untuk lebih kuat, tegar, dan penuh dengan pemaknaan hidup.

Seseorang harus berhadapan dengan banyaknya ketidakpastian dan tantangan yang hadir silih berganti dalam upaya menggenggam masa depan. Kondisi ini memerlukan kombinasi keteguhan hati dan keyakinan spiritual. Dengan memperkuat grit dan menyelami dimensi spiritual secara mendalam, maka setiap orang dapat menghadapi rintangan dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan hidup yang menjadi cita-cita.

Referensi:

Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit: perseverance and passion for long-term goals. Journal of personality and social psychology92(6), 1087. 

Eskreis-Winkler, L., Shulman, E. P., Beal, S. A., & Duckworth, A. L. (2014). The grit effect: Predicting retention in the military, the workplace, school, and marriage. Frontiers in Psychology5, 36. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2014.00036

Hansen-Morgan, K. M. (2017). Spirituality, Grit, and Graduation: Examining Persistence at a Public University. Ball State University.

Hill, P. C., & Pargament, K. I. (2008). Advances in the conceptualization and measurement of religion and spirituality: Implications for physical and mental health research. Psychology of Religion and Spirituality, (1).

Hodge, D. R., Hong, P. Y. P., & Choi, S. (2019). Spirituality, employment hope, and grit: Modeling the relationship among underemployed urban African Americans. Social Work Research43(1), 43-52. https://doi.org/10.1093/swr/svy034