ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 15 Agustus 2024
Langkah Kecil Menuju Aceh Bebas Diabetes Melitus
Oleh:
Nurhatifah Febriyanti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Penyakit tidak menular (PTM), yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang dan merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Menurut Global Status Report on Noncommunicable Diseases, penyakit tidak menular dapat disebabkan oleh kurang olahraga, merokok, dan pola makan yang tidak efisien, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, dan lipid darah (H.Kurniasih et al., 2022). Salah satu penyakit PTM yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (Kemenkes, RI, 2014).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa (gula darah) yang lebih tinggi dari nilai normal pada umumnya, khususnya kadar gula darah sesaat sama dengan atau lebih besar dari 200 mg/dl dan pada darah puasa lebih besar atau sama dengan 126.mg/dl (Misnadiarly, 2006). Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), diabetes adalah kelainan metabolisme kronis yang disebabkan olehpankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketidakmampuan tubuh menggunakan jumlah insulin yang diproduksi secara efektif. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018), prevalensi diabetes yang didiagnosis dokter di Provinsi Aceh pada penduduk segala usia menurut kabupaten/kota adalah sebesar 1,68%. Kabupaten Aceh Barat menempati urutan ke 8 dari 23 kabupaten dengan angka 1,82%, tertinggi adalah Kabupaten Sabang sebesar 2,73% dan angka diabetes terendah terdapat di Kabupaten Gayo Lues sebesar 0,33% (Kementerian Kesehatan, 2018). Lalu pada tahun 2019, penderita diabetes di Aceh berjumlah 138.291 orang, sedangkan jumlah masyarakat yang mendapat pelayanan standar sebanyak 95,0,5 atau 69%. Kabupaten Aceh Barat menjadi salah satu kabupaten dengan jumlah kasus diabetes tertinggi yakni sebanyak 13.803 orang. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2019).
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula secara berlebihan seperti minuman bersoda, makanan olahan manis, dan cemilan kaya karbohidrat yang seringkali tidak diimbangi dengan rutinitas aktivitas fisik yang cukup dapat menjadi salah satu pemicu diabetes. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat mengontrol kadar gula darah, yang dimana glukosa diubah menjadi energi. Diabetes Melitus terjadi ketika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi (Nani Cahyo Sudarsono, 2017). Riwayat keluarga dan genetik memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan diabetes, namun hal ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Secara genetik, risiko diabetes melitus meningkat pada kembar identik penderita diabetes melitus, ibu yang memiliki bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, dan ras atau etnis tertentu yang mempunyai angka kejadian diabetes melitus lebih tinggi (Restyana, 2015). Dibandingkan dengan penderita penyakit lain, penderita diabetes melitus mempunyai risiko yang semakin tinggi untuk mengalami gangguan depresi. Ada hubungan sebab akibat antara diabetes melitus dan depresi. Pertama, depresi pada pasien diabetes melitus dua kali lebih parah dibandingkan pasien lain. Depresi salah satu tekanan yang dapat memperparah diabetes. Studi lain menyatakan apabila manajemen depresi efektif maka gula darah dapat terkontrol.
Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang berkembang dan memerlukan perhatian khusus pada seluruh lapisan masyarakat. Melalui kampanye sosial yang efektif, langkah nyata dapat diambil untuk mengurangi risiko diabetes melitus. Menurut Pangestu (2019: 162), kampanye sosial merupakan kegiatan komunikasi non komersial yang bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan secara efektif terkait isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran dan memberikan informasi rinci tentang berbagai aspek penyakit, termasuk faktor dan risiko yang dapat menyebabkan terkena diabetes melitus, gejala awal yang harus diwaspadai dan deteksi sejak dini. Perubahan gaya hidup, masyarakat lebih dapat lebih memahami dan proaktif mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatannya, seperti pola makan seimbang, olahraga teratur dan pemeriksaan kesehatan rutin. Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi tantangan kesehatan utama di Indonesia, terutama di provinsi Aceh. Penyakit ini ditandai oleh kadar glukosa darah yang tinggi dan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta faktor genetik dan lingkungan. Data menunjukkan bahwa prevalensi diabetes di Aceh cukup tinggi, dengan variasi antar kabupaten/kota. Untuk mengatasi meningkatnya kasus diabetes, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup edukasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan perubahan gaya hidup. Konsumsi makanan tinggi gula dan kurangnya aktivitas fisik adalah pemicu utama diabetes yang dapat dicegah melalui kampanye sosial yang efektif. Kampanye ini harus fokus pada peningkatan kesadaran masyarakat mengenai risiko dan gejala diabetes, serta pentingnya pola makan sehat dan olahraga teratur.
Selain itu, penting untuk memperhatikan faktor genetik dan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko diabetes, serta hubungan antara diabetes dan gangguan mental seperti depresi. Upaya pencegahan dan penanganan diabetes harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, sektor kesehatan, dan komunitas. Melalui kolaborasi dan kampanye sosial yang berkesinambungan, kita dapat mengurangi prevalensi diabetes melitus dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang lebih sadar dan proaktif dalam menjaga kesehatan akan berperan besar dalam upaya pencegahan penyakit ini.
Referensi:
Donsu, J. D. (2014, Desember ). Peran Faktor-faktor Psikologis terhadap Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. JURNAL PSIKOLOGI, VOLUME 41, NO. 1. Retrieved from file:///C:/Users/Hp/Downloads/6953-12198-1-PB.pdf
Grace Tabita Sonya Ruri, I. F. (2017, Januari). Kuterima Kekuranganku (Studi Fenomenologis Deksriptif Tentang Pengalaman Psikologis Penderita Diabetes Mellitus Pasca-Amputasi). Jurnal Empati, Volume 6(1),. Retrieved from file:///C:/Users/Hp/Downloads/15213-30864-1-SM.pdf
Kurniawan, Y. A. (2023). PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL CEGAH DIABETES MELITUS UNTUK ASIA 16-24 TAHUN. UPN Veteran Jawa Timur. Retrieved From http://repository.upnjatim.ac.id/id/eprint/10467
Nurmaili, F. F. (2023, Januari). Analisis Faktor Risiko Penyebab Kejadian Diabetes Mellitus Pada Wanita Usia Produktif (15-49 Tahun) Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kualabhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2022. Journal of Health and Medical Science, Volume 2, Nomor 1. Retrieved from https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/home
Sartiah Y, H. B. (2024, juni ). PENYULUHAN AYO SEHAT DIABETES (STARTEGI EFEKTIF HINDARI ANCAMAN TERKENA DIABETES) DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN DI DESA WATUNGGARANDU KABUPATEN KONAWE TAHUN 2024. Jurnal GEMBIRA (Pengabdian Kepada Masyarakat), Vol. 2, No. 3. Retrieved from file:///C:/Users/Hp/Downloads/54.+PENYULUHAN+AYO+SEHAT+DIABETES+(STARTEGI+EFEKTIF+HINDARI+ANCAMAN+TERKENA+DIABETES)+DAN+PEMERIKSAAN+KESEHATAN+DI+DESA+WATUNGGARANDU+KABUPATEN+KONAWE+TAHUN+2024.pdf
Zakiyuddin, R. T. (2024). Permasyarakatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa Dalam Preventif Diabetes Mellitus Di Kabupaten Aceh Barat. JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT BANGSA, Volume 1, No. 11. Retrieved from https://jurnalpengabdianmasyarakatbangsa.com/index.php/jpmba/index