ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 15 Agustus 2024

 

Menumbuhkan Kebermaknaan Kerja Pada Aparat Sipil Negara

 Oleh:

Irfan Aulia Syaiful, Regina Incka Yulita

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Aparatur sipil negara merupakan salah satu ujung tombak dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini menjadikan aparatur sipil negara seringkali menjadi sorotan publik. Dalam berita daring aparatur sipil negara selanjutnya disingkat ASN sering diberitakan dalam berbagai perspektif. Ada perspektif berita dengan nada negatif seperti ASN Nusa Tenggara Barat yang diduga gelapkan mobil (Suadyana & Viqi, 2024) dan dengan nada positif seperti  ASN Riau Rosita yang melakukan sosialisasi kesehatan di pedalaman Riau (Siregar, 2022). Hal ini menjadikan ASN mendapatkan tantangan yang cukup dari Masyarakat untuk dapat berkinerja dengan baik.

Steger dan Dik (2010) melakukan penelitian terkait kebermaknaan kerja dan menemukan bahwa pekerjaan yang bermakna terlihat pada saat individu memiliki kesadaran diri yang jelas, pemahaman yang baik tentang sifat dan harapan lingkungan serta memahami bagaimana berhubungan dengan organisasi untuk mencapai tujuan kerja. Tummer dan Knies (2013) kembali menegaskan bahwa kebermaknaan kerja merupakan faktor anteseden dan mediasi untuk sikap dan hasil kerja yang baik. Dari dua penelitian ini dapat ditarik benang merah bahwa kebermaknaan kerja merupakan faktor penting bagi pekerja termasuk ASN untu memiliki produktivitas dan performa kerja yang baik.

Kebermaknaan kerja merupakan hal penting bagi ASN dikarenakan dapat menumbuhkan dorongan intrisik. ASN yang memiliki dorongan intrisik akanvmerasakan pekerjaan bukan hanya rutinitas tetapi kontribusi nyata bagi masyarakat. Dampak lain dari kebermaknaan kerja adalah munculnya inovasi dan kreativitas. Di tengah tuntutan masyarakat yang semakin tinggi ASN diharapkan dapat menghasilkan inovasi layanan yang semakin prima.

Kebermaknaan kerja juga dapat meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bukan hanya memberikan dampak positif saat bekerja tetapi juga menurunkan tingkat stress. Hal ini sesuai dengan tren kesehatan mental di dunia kerja.  Kebermaknaan kerja mempunyai dampak positif meningkatkan kualitas layanan publik. Hal ini disebabkan ASN menjadi lebih fokus pada tujuan kerja dan inovasi. 

Van Wingerden dan Poel (2019) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara resiliensi dengan kebermaknaan kerja. Hal ini memperlihatkan bahwa pekerja yang memiliki daya adaptasi akan juga memiliki kebermaknaan kerja. Dalam konteks ASN, hal ini memperlihatkan pentingnya ASN mempunyai keterampilan resiliensi.

Resiliensi adalah keterampilan untuk beradaptasi dan bangkit kembali ketika keadaan menjadi tidak baik. Menurut Wagnild and Young (1993) resiliensi adalah sebuah kekuatan emosional dalam individu yang berfungsi untuk memunculkan keberanian serta kemampuan beradaptasi ditengah kesulitan dan kemalangan hidup.  Dari konteks ini dengan tantangan kerja yang dihadapi ASN, mulai dari situasi politik, tekanan publik, dan stress kerja, maka ASN yang menumbuhkan resiliensi akan lebih mampu mendapatkan kebermaknaan kerja. Hasil dari kebermaknaan kerja untuk ASN sebagai pekerja akan meningkatkan produktivitas dan performa kerja dalam melayani Masyarakat.

Dari sisi organisasi ada faktor yang dapat menumbuhkan kebermaknaan kerja yaitu perilaku kewargaan organisasi. Perilaku kewargaan organisasi adalah perilaku individu yang fleksibel dengan orientasi meningkatkan prosedur pemberian layanan yang lebih efektif, layanan kualitas diberikan secara lebih baik, membantu interaksi sosial yang lebih ramah, dan memberikan pemikiran yang inovatif (Paul, Bamel, & Garg, 2016).

Untuk menumbuhkan kebermaknaan kerja ASN ada beberapa jalan. Jalan pertama adalah kepemimpinan. Kepemimpinan yang transformasional dalam artian menginspirasi, memotivasi, dan memberikan teladan akan meningkatkan perilaku kewargaan organisasi untuk ASN. Jalan kedua adalah pengembangan kompetensi. Pengembangan kompetensi dapat berupa pelatihan, mentoring, dan coaching.

Jalan ketiga adalah memberikan desain kerja yang bermakna. Penelitian yang dilakukan oleh Pimenta de Devotto, de Freitas, & Wechsler (2022) menunjukkan ketika pekerja diberikan kesempatan untuk melakukan desain secara tingkah laku dan kognitif akan meningkatkan kebermaknaan kerja. Dalam konteks ASN, organisasi perlu memberikan otonomi dan kesempatan ASN untuk memaknai dan mendesain ulang rutinitas pekerjaan agar menghasilkan keluaran yang paling tinggi untuk masyarakat dan memberikan kepuasan kerja bagi ASN.

Referensi:

Paul, H., Bamel, U. K., & Garg, P. (2016). Employee resilience and OCB: Mediating effects of organizational commitment. Vikalpa41(4), 308-324.

Pimenta de Devotto, R., de Freitas, C. P. P., & Wechsler, S. M. (2022). Basic psychological need satisfaction, job crafting, and meaningful work: Network analysis. Trends in Psychology, 1-21.

Steger, M. F., & Dik, B. J. (2010). Work as Meaning: Individual and Organizational Benefits of Engaging in Meaningful Work. Oxford: Oxford University Press.

Siregar, Raja Adil. (2022, November 29). Kisah ASN Dinkes Riau Keluar Masuk Pedalaman Sosialisasi Hidup Sehat. Detik.com diambil dari https://www.detik.com/sumut/berita/d-6433488/kisah-asn-dinkes-riau-keluar-masuk-pedalaman-sosialisasi-hidup-sehat.

Suadnyana, I Wayan Sui & Viqi, Ahmad. (2024, Juni 4). Diduga Gelapkan Mobil, ASN Kejati NTB Ditangkap Polisi. Detik.com diambil dari https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-7373986/diduga-gelapkan-mobil-asn-kejati-ntb-ditangkap-polisi.

Tummers, L. G., & Knies, E. (2013). Leadership and Meaningful Work in the Public Sector. Public Administration Review, 73(6), 859–868. doi:10.1111/puar.12138

Van Wingerden, J., & Poell, R. F. (2019). Meaningful work and resilience among teachers: The mediating role of work engagement and job crafting. PloS one14(9), e0222518.

Wagnild, G. M., & Young, H. M. (1993). Development and psychometric. Journal of nursing measurement1(2), 165-17847.