ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 15 Agustus 2024
Psikoedukasi melalui Mading Sekolah
Oleh:
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo, Yunus Widjaja, Mohamad Trio Febriyantoro, Gracela Valencia, Debora Michelle Valencia
Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya
Program Studi Sistem Informasi Universitas Pembangunan Jaya
Program Studi Manajemen, Universitas Pembangunan Jaya
‘Basi! Madingnya udah siap terbit!’ Dialog fenomenal film Ada Apa dengan Cinta (AADC) ini diluapkan Cinta sebagai pengurus mading sekolah, diperankan Dian Sastro, ke muka Rangga yang adalah pemenang jura lomba puisi, diperankan Nicholas Saputra (Soejarwo, 2002). Dalam sebuah wawancara, Dian Sastrowardoyo mengenang sergahannya ini sebagai salah satu dialog punchline (SCTV, 2016). Sekitar dua dekade lalu, majalah dinding tak lepas dari keseharian siswa di sekolah (Lm, 2021). Bak primadona, majalah dinding selalu ditunggu-tunggu kehadirannya. Dalam blognya Annisa Steviani mengisahkan bagaimana dirinya terinspirasi ekstra kurikuler majalah dinding yang belum pernah ada sebelumnya, lalu menjalani pengalaman liputan, mengerahkan kemampuan prakarya menghias majalah dinding sampai ikut lomba – semuanya membuat dirinya memilih berkuliah jurnalistik (Stevani, 2015).
Memento majalah dinding ini menjadi salah satu bentuk penyampaian psikoedukasi sehingga individu pembaca, termasuk remaja, terinspirasi menyelesaikan permasalahannya sendiri (Moningka & Soewastika, 2022). Psikoedukasi sendiri dijelaskan dalam Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) sebagai peningkatan pemahaman dan/atau keterampilan berdasarkan kaidah ilmiah dan bukti empiris yang ditujukan bagi masyarakat dan dapat dilakukan secara tidak langsung (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010). Melalui mata kuliah Psikologi Pendidikan, mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya di bawah bimbingan dosen dari Program Studi Psikologi, Sistem Informasi juga Manajemen memberikan sumbangsih konten psikoedukasi sebagai materi majalah dinding ke sekolah almamater mereka. Kegiatan kolaborasi dosen-mahasiswa menjangkau 10.824 siswa di 12 SMA dan SMK negeri dan swasta di bilangan Jakarta dan Tangerang Selatan. Konten yang mengupas isu-isu seputar psikologi pendidikan seperti kepercayaan diri sampai orientasi masa depan juga dimanfaatkan 539 guru sekolah-sekolah tersebut sebagai bahan diskusi di kelas membina siswa dalam keseharian.
Di era digital, dimana gempuran informasi serba instan datang membombardir dari delapan penjuru mata angin, psikoedukasi lewat majalah dinding ini mungkin terkesan ‘old school.’ Membaca majalah dinding bahkan tampaknya perlu jadi momen meditatif di tengah hidup yang serba cepat karena untuk memahami isinya, pembaca perlu berhenti sejenak, berdiri sesaat di hadapan papan pengumuman, meluangkan waktu mencermati isi konten untuk menyerap muatan artikel dengan penuh kesadaran.
Sebanyak 66.67% siswa menilai konten ini sangat bermanfaat, salah satunya siswa SMA Mater Dei Pamulang yang menikmati tulisan tentang regulasi diri sampai kekerasan di sekolah karena jelas dan mudah dipahami. Salah satu mahasiswa yakni Putri Sahira Bastari menuliskan kesannya di Linkedin awal Juli lalu, mengisahkan betapa kegiatan ini membuat dirinya belajar mencari tahu dan menentukan masalah, menyusun rencana, berkoordinasi dengan teman-teman kelompok sampai akhirnya psikoedukasi tersebut terwujud (Bastari, 2024). Dalam testimoninya, Ibu Tuti Robiatul Hasanah sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) SMA 87 menyebutkan psikoedukasi via majalah dinding ini menjadi bagian perjalanan guru membersamai siswa-siswa agar dapat sampai ke bangku kuliah (Universitas Pembangunan Jaya, n.d.). Dirinya mewakili guru BK sehari-hari bekerja dengan sumber daya serba terbatas, materi psikoedukasi pun dapat ia gunakan tambahan amunisi.
Sekalipun low-tech, kolaborasi dosen-mahasiswa-guru berpendekatan nostalgia homecoming ke sekolah almamater untuk giving back tak hanya membangun rasa berdaya psikologis tetapi juga rasa memiliki serta keterikatan dengan institusi yang ikut membesarkan kita (Soerjoatmodjo et al., 2024). Selain itu, karena juga tersedia dalam bentuk digital, konten ini juga dapat disebarluaskan sekolah lewat media sosial sehingga agar tetap terkoneksi dengan maraknya isu kesehatan mental di jagad maya. Para dosen dan mahasiswa di berbagai kampus pun dapat terus mengembangkan inisiatif ini ke depannya.
Referensi:
Bastari, P. S. (2024). Pengabdian kepada Masyarakat “Psikoedukasi Remaja Melalui Mading Sekolah.” Linkedin.
Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia (1st ed.). Himpunan Psikologi Indonesia.
Lm, F. I. (2021, April 4). “Ada Apa dengan Cinta?” Nostalgia masa SMA yang penuh literasi. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/sastrasasmita/606942298ede4868142ea035/ada-apa-dengan-cinta-nostalgia-masa-sma-yang-penuh-literasi
Moningka, C., & Soewastika, A. W. (2022). Psikoedukasi untuk masyarakat melalui media sosial Info Bintaro. https://jurnal.pknstan.ac.id/index.php/KUAT/article/view/1505/819
SCTV. (2016, April 13). Cerita Dian Sastro di balik dialog “Basi! Madingnya udah siap terbit!” [Broadcast]. SCTV.
Soejarwo, R. (2002, February 7). Ada Apa dengan Cinta? [Video recording]. MIles Production.
Soerjoatmodjo, Gita Widya L., Widjaja, Y., Febriyantoro, M. T., Valencia, G., & Valencia, D. M. (2024). Merawat Ingatan, Memelihara Harapan. In Pumpunan Kajian Urban: Pemikiran Para Cendekiawan Kampus Urban. Universitas Pembangunan Jaya (dalam proses publikasi).
Stevani, A. (2015, October 13). Majalah dinding, AADC, dan Dian Sastro. Love-Faith-Hope. https://www.annisast.com/2015/11/majalah-dinding-aadc-dan-dian-sastro.html
Universitas Pembangunan Jaya. (n.d.). Dokumentasi Pengabdian kepada Masyarakat “Psikoedukasi Remaja Melalui Mading Sekolah.”