ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 15 Agustus 2024

 

Autisme pada Anak Mudah Dikenali, Bagaimana dengan Autisme pada Individu Dewasa?

Oleh:

B. Primandini Yunanda Harumi

Program Studi Psikologi, Universitas Udayana

Autisme merupakan satu dari beberapa bentuk gangguan perkembangan pada individu yang secara umum digambarkan adanya hambatan dalam kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi. Kekhasan lainnya ditunjukkan dengan adanya ketertarikan pada suatu minat dan kegiatan yang terbatas, seperti menunjukkan minat hanya pada satu atau sedikit benda yang jika tidak terpenuhi justru menyebabkan individu tersebut merasakan “kekacauan” emosi dan pikiran. Berkembangnya penelitian dan pengetahuan mengenai autisme menjadikan informasi mengenai gejala autisme semakin berkembang dan mudah untuk diamati. Seperti yang disampaikan dalam pada DSM V, autisme kemudian disebut sebagai autism spectrum disorder (ASD) yang saat ini merujuk pada spektrum gejala dan sifat-sifat autisme yang melekat pada individu sehingga individu dengan gejala autisme merujuk dirinya sebagai individu autistik.

Sebagai salah satu bentuk gangguan perkembangan, “idealnya” autisme dideteksi selama masa perkembangan anak hingga remaja. Secara khusus, gejala autisme yang muncul sering kali nampak bahkan sebelum anak memasuki sekolah, sehingga berpotensi menghambat perkembangan anak pada aspek sosial, personal, akademik, bahkan ketika anak memasuki usia remaja hingga dewasa yang berkaitan dengan keberfungsian vokasional maupun okupasional. Hal ini menunjukkan bahwa gejala autisme yang muncul sejak masa kanak-kanak juga tetap ada hingga masa dewasa. World Health Organization (WHO) pada tahun 2023 menyebutkan tidak semua gejala autisme tidak selalu dapat teridentifikasi bahkan tidak dapat tertangani yang dapat memengaruhi keberfungsian individu dewasa dengan gejala autisme.

Berangkat dari tidak semua gejala autisme dapat teridentifikasi pada kecil, terdapat beberapa kondisi yang menjadikan individu dewasa justru “baru” memahami kondisinya dengan gejala autisme bahkan mendapatkan diagnosis diusianya yang tidak lagi anak-anak. Kondisi ini bukanlah kondisi yang umum, bahkan tidak ditemukan panduan yang menjelaskan adanya variasi maupun spesifikasi gejala autisme yang terfokus pada onset masa dewasa. Lalu bagaimana dengan individu-individu yang terdiagnosis autisme pada usia dewasa?

Hal pertama, gejala autisme dapat terlewat atau tidak terdiagnosis karena kurangnya informasi mengenai gangguan perkembangan yang muncul pada konteks keluarga mengingat tidak semua individu maupun anggota keluarga memahami yang dimaksud dengan autisme atau autistik maupun pemahaman kondisi gangguan yang dialami anggota keluarga. Hal ini menjadikan perilaku anak yang tampil justru tidak dikenali sebagai gejala autisme. Kondisi lainnya yang terkadang menjadikan kerancuan dalam mengenal gejala atau karakteristik autisme adalah beberapa individu anak maupun dewasa autistik mampu untuk berkomunikasi secara verbal, dapat berinteraksi dengan teman sebagai, dan memiliki interaksi dengan lingkungan sekitar yang sama dengan individu normal lainnya hingga kemudian ketika bertambahnya usia, muncul isu-isu terkait dengan dengan tanggung jawab pekerjaan dan individu maupun relasi dengan orang lain yang lebih luas yang mulai sulit dikendalikan.

Dirangkum dari Verywell Health, terdapat beberapa kondisi lainnya yang dapat menjelaskan diagnosis autisme justru mulai nampak dan dikenali ketika memasuki usia remaja bahkan dewasa.

  1. Berdasarkan performa perkembangan dan akademiknya, kondisi autistik sering kali tidak terdiagnosis karena mampu menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan usianya, sehingga tidak ditemukan hal mayor yang diduga dapat mengganggu perkembangan anak. Hal kompleks justru mulai muncul ketika anak memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tuntutan yang lebih besar dibanding sebelumnya yang justru mulai memunculkan gejala autisme seperti adanya perilaku obsesi, stimming, dan ekolalia.
  2. Kondisi sosial dan ekonomi keluarga berkaitan dengan persepsi gambaran perilaku dan informasi yang dapat diperoleh keluarga. Kondisi ini umumnya tidak menguntungkan bagi keluarga yang berasa dari kalangan sosial dan ekonomi yang terbilang rendah. Hal ini berkaitan pula dengan kemampuan orangtua dalam mencari informasi mengenai kondisi anak, mencapai layanan kesehatan, serta pemahaman pada perkembangan anak yang dapat terhambat karena kondisi sosial dan ekonomi kurang beruntung.
  3. Individu dewasa yang mulai menyadari dan berusaha memahami kondisinya. Hal ini umumnya terjadi pada individu dewasa yang dicurigai memiliki gejala autisme dengan kondisi kognitif, emosi, dan sosial yang memadai untuk melakukan aktivitas mandiri diusia dewasa, termasuk bekerja dan berkeluarga. Kondisi ini justru dapat memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi individu dewasa yang menjadikannya menunda untuk mendapatkan bantuan atau pemeriksaan karena biaya, stigma, serta menjelaskan situasinya pada keluarga.

Beberapa bentuk keluhan gejala autisme yang muncul pada individu dewasa diantaranya sulit untuk memahami perasaan dan reaksi yang ditampilkan lawan bicara, cenderung cemas pada situasi sosial, kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan pertemanan, tampil sebagai individu yang terlalu jujur dan kurang memahami bahwa tindakannya menyakiti orang lain, hingga terjebak dengan rutinitas yang sama dan tidak nyaman ketika rutinitasnya terganggu atau berubah. Kondisi lainnya, tidak semua individu yang “membawa” gejala autisme memiliki keberfungsian yang buruk mengingat adanya kondisi high-functioning autistic, sehingga gejala autisme pada individu dewasa berpotensi misdiagnosis menjadi gangguan kesehatan lainnya, seperti depresi, cemas, atau stres. Pada individu wanita, gejala autisme yang muncul dapat tertutupi karena cenderung mampu mempelajari cara-cara untuk menyembunyikan gejala yang dimilikinya sebagai upaya untuk dapat melakukan aktivitas sosial. Maka dari itu, tidak ada salahnya jika individu yang mencurigai dirinya mengalami gejala permasalahan psikologis tertentu untuk memeriksakan kondisinya untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.

Referensi:

American Psychiatrist Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM-IV TR). Washington, DC: American Psychiatric Association.

American Psychiatrist Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM 5). Virginia: American Psychiatry Association.

Can autism develop later in life? (n.d.). Retrieved from https://www.drakeinstitute.com/can-you-develop-autism-later-in-life#_edn6

Harumi, B. P. Y., Hartini, N. & Cahyanti, I. K. (2021).Efektivitas Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada Dewasa Autistik yang Mengalami Depresi: Systematic Literature Review. Jurnal Diversita, 7(2): 259-266.

National Health Service. (2022). Signs of autism in adults. Retrieved from https://www.nhs.uk/conditions/autism/signs/adults/

Rudy, L. J. (2024). 5 reasons why an autism diagnosis is missed. Retrieved from https://www.verywellhealth.com/high-functioning-autism-260305 

World Health Organization. (2023). Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders#:~:text=It