ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 15 Agustus 2024
Emang Boleh, Selalu Mengikuti Tren?
Oleh:
Lutfia Yunizar Rissane, Zalsabilla Hadziatul Qudziah, Dhani Irmawan
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
“Your time is limited, don’t waste it living someone else’s life” (Steve Jobs)
Mengikuti Tren
Pernah dengar istilah “Menyala Abangku” atau “pinjam dulu seratus”? Saat ini kalimat tersebut sering terdengar maupun terbaca ketika bersosial media. Selain kalimat tersebut, masih banyak kalimat lain yang jauh lebih populer dan menyapa pendengaran kita. Jika diamati, penggunaan kalimat tersebut seperti ada masanya. Saat ini kalimat “Menyala Abangku” mungkin masih terdengar hangat di telinga kita, namun tidak menjamin beberapa tahun atau mungkin beberapa bulan kemudian kalimat tersebut menjadi asing saat didengarkan. Asal usul kalimat yang viral ini terkadang tidak jelas asalnya. Namun saat kalimat tersebut viral, orang-orang akan dengan mudahnya mengikuti tren yang sedang terjadi.
Tidak hanya penggunaan kalimat, beberapa aktivitas yang awalnya biasa saja tetapi saat meledak di sosial media dapat membuat sebuah tren yang dapat diikuti oleh manusia lainnya. Citayam Fashion Week menjadi salah satu contoh aktivitas yang menjadi tren yang fenomenal. Sebuah zebra cross di wilayah SCBD yang biasanya dilalui orang-orang untuk menyebrang jalan berubah menjadi panggung peragaan atau catwalk oleh sekumpulan remaja. Orang-orang beramai-ramai untuk berjalan di atas zebra cross tersebut dan mengunggahnya ke sosial media sehingga akhirnya viral dan menjadi tren yang diikuti banyak orang.
Tahukah kamu? Bahwa tren yang fenomenal lalu akhirnya diikuti oleh banyak orang ini disebut dengan Bandwagon Effect.
Bandwagon Effect
Bandwagon Effect merupakan suatu fenomena “ikut-ikutan” suatu tren yang fenomenal dan dilakukan oleh semua orang. Seperti gaya hidup, fashion, gaya bicara dll. Semakin banyak yang mengikuti trend viral maka semakin besar jangkauan yang akan “ikut-ikutan” juga.
Faktor penyebab Bandwagon Effect, yaitu :
1. Takut tertinggal zaman dan diolok orang lain
2. Paksaan dari kelompok dan orang sekitar
3. Keinginan diterima orang lain dan tidak ingin dikucilkan
Keterkaitan Bandwagon Effect dengan Psikologi Media dan Komunikasi
Hubungan antara bandwagon effect dengan psikologi media dan komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaruh Media dalam Membentuk Opini Publik
Media memainkan peran penting dalam membentuk opini publik (Nimmo, 2000). Ketika suatu tren mendapatkan liputan yang luas di media massa, ada kemungkinan besar bahwa orang-orang akan cenderung ikut serta (bandwagon effect). Psikologi media memahami bahwa tampilan positif atau populer dalam media dapat menciptakan tekanan untuk mengikuti arus tersebut.
2. Sosialisasi Melalui Media
Media berperan dalam proses sosialisasi, di mana individu belajar tentang norma-norma sosial dan nilai-nilai melalui representasi dalam media (Sinaga, 2023). Jika suatu tindakan atau pandangan dianggap normatif dan populer dalam media, individu cenderung merasa tekanan untuk mengikuti norma tersebut demi diterima dalam masyarakat.
3. Dorongan untuk Konformitas
Psikologi komunikasi memahami bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk konformitas, yaitu keinginan untuk sesuai dengan norma-norma sosial dan kelompok di sekitarnya (Prayitno, 2009). Ketika suatu ide atau gerakan menjadi populer dalam media, dorongan untuk konformitas dapat memicu bandwagon effect, di mana orang-orang merasa lebih nyaman atau diterima dengan mengikuti mayoritas.
4. Peran Influencer dan Opinion Leader
Psikologi komunikasi juga menyoroti peran influencer dan opinion leader dalam membentuk pandangan orang. Jika influencer yang dihormati mendukung suatu ide atau gerakan, orang-orang cenderung mengikuti pola tersebut karena dorongan untuk menjadi bagian dari kelompok yang dianggap keren atau berpengaruh (Abednego, 2021).
Dengan demikian, bandwagon effect dan psikologi media saling terkait dalam konteks pengaruh media massa, konformitas sosial dan pembentukan opini publik. Kemajuan teknologi saat ini memudahkan mengangkat hal yang sedang menjadi perbincangan melalui media sosial. Penyebaran informasi menjadi lebih cepat menyebar dengan adanya media sosial. Relasi yang dibuat antar manusia dibangun menggunakan komunikasi, jadi penyebaran hal yang sedang viral akan mudah menyebar dan dikenal di khalayak umum. Salah seorang insinyur teknologi William Davidow mengatakan jika era saat ini terlalu cepat menerima informasi tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Hal ini menjadi alasan hal yang viral tidak diketahui asal usulnya dari mana dan tidak mengerti artinya, hanya sekedar “ikut-ikutan” saja agar dianggap selalu up to date.
Jadi, apakah boleh kita selalu mengikuti tren? Tentu boleh, dengan mempertimbangkan sebelumnya apakah tren yang diikuti akan membawa dampak positif atau justru menimbulkan kerugian terhadap diri kita maupun orang lain.
Referensi:
Abednego, F. (2021, Oktober). Analisis Pemilihan Social Media Influencer pada Instagram Terhadap Perilaku Konsumen. Jurnal Riset Bisnis, 5(1), 57-73. https://doi.org/10.35814/jrb.v7i1
Kelly, R. C. (2023, Juni 29). What Is the Bandwagon Effect? Why People Follow the Crowd. Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/b/bandwagon-effect.asp
Nimmo, D. (2000). Komunikasi politik: khalayak dan efek. PT Remaja Rosdakarya.
Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Grasindo.
Sinaga, J. H. (2023, Maret). Media Massa: Proses Sosialisasi, Kultur, dan Pendidikan Indonesia. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 29(1), 57-65. http://dx.doi.org/10.24114/jpbp.v29i1.42274