ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 15 Agustus 2024

Perkembangan Masa Kanak-Kanak

Oleh:

Marchelina Febe, Angeline Wijaya

Fakultas Psikologi, Universitas Bunda Mulia 

Masa kanak-kanak adalah masa yang menyenangkan baik bagi anak itu sendiri maupun orangtua sang anak. Melihat anak bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat adalah sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai bagi orangtua. Namun, orangtua harus tahu apa saja hal yang perlu dilakukan untuk dapat terus merasakan kebahagiaan tersebut. Masa kanak-kanak awal disebut juga sebagai masa prasekolah. Menurut Hurlock (1980), masa kanak-kanak awal dimulai dari usia 2 tahun hingga 6 tahun. Lalu, dilanjut dengan masa kanak-kanak akhir dimulai dari usia 6 tahun hingga 11 tahun sehingga disebut juga sebagai tahun-tahun sekolah dasar menurut Santrock (1995). Kemudian, terdapat masa remaja dengan rentang usia 11-20 tahun menurut Papalia dkk. (2008). Lebih detailnya untuk perkembangan anak-anak terbagi ke dalam beberapa scene seperti dibawah ini:

Perkembangan Fisik, Motorik, dan Sensori 

Masa kanak-kanak awal disebut sebagai golden age atau masa keemasan, karena di masa ini anak mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan anak meliputi empat aspek yakni aspek struktur fisik, sistem saraf, kekuatan otot, dan kelenjar endokrin (Hurlock dalam Retno 1995). Yang dimaksud dengan struktur fisik ialah tinggi, berat, dan proporsi tubuh. Sistem saraf meliputi pertumbuhan sel-sel pada otak yang berpengaruh terhadap intelektual dan emosi anak. Kekuatan otot berkaitan erat dengan kemampuan motorik anak, baik motorik kasar seperti berjalan dan melompat maupun motorik halus yang memerlukan koordinasi dan kontrol seperti menulis dan menggenggam. Kelenjar endokrin bekerja untuk memproduksi hormon yang berpengaruh terhadap organ-organ tubuh lain sehingga menjadi penyebab munculnya pola perilaku baru pada anak.

Selain fisik dan motorik, perkembangan sensori integrasi juga berkembang pada tujuh tahun pertama anak. Menurut Jean Ayres, terdapat tujuh bagian penting dalam sensori integrasi yakni visual (penglihatan), auditory (pendengaran), olfactory (pembau), gustatory (perasa), tactile (peraba), proprioceptive (otot dan persendian), dan vestibular (keseimbangan). Kelima indra pertama dikenal sebagai panca indra sehingga merupakan wawasan umum. Propioseptif memiliki otot, sendi, ligamen, dan tulang yang berguna bagi seorang individu untuk dapat mengenali bagian-bagian tubuhnya, pergerakan tubuhnya, dan posisi tubuh tubuhnya dalam sebuah ruangan. Vestibular merupakan indra yang terdapat di telinga bagian dalam yang berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai gravitasi dan gerakan kepada otak yang berkaitan erat dengan keseimbangan dan kesigapan tubuh.

Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berkaitan dengan intelegensi atau tingkat kecerdasan seseorang. Kognitif adalah proses berpikir sehingga memiliki kesinambungan dengan sistem saraf yang juga bagian dari otak sebagai organ yang berfungsi untuk berpikir.  Jean Piaget (1952) mengemukakan empat tahap perkembangan kognitif yakni sensori-motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (di atas 12 tahun). Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Jean Piaget, masa kanak-kanak awal termasuk pada tahap pra-operasional dimana anak belum siap dalam operasi mental yang memerlukan pemikiran logis. Di tahap ini, anak tidak perlu melihat suatu benda tepat di depan matanya untuk bisa memikirkan benda tersebut seperti di tahap sensori-motor. Anak berpikir secara simbolis alias menggunakan simbol untuk dapat memikirkan hal yang tidak berada di depannya. Tak hanya itu, anak juga mampu mengklasifikasi objek atau orang ke dalam suatu kategori tertentu. Masa kanak-kanak akhir termasuk pada tahap operasional konkret dimana anak sudah memiliki kemampuan untuk beroperasi secara mental. Menghitung matematika sederhana dan memecahkan masalah secara logis menjadi mungkin di tahap ini.

Perkembangan Bahasa

Menurut Tarigan (2009), tahap pralinguistik dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pralinguistik pertama dan kedua. Di tahap pralinguistik pertama, bayi menghasilkan berbagai suara seperti menangis, menjerit dan tertawa. Tahap pralinguistik kedua masuk di masa kanak-kanak awal sehingga dimulai pada usia 2 tahun. Tahap ini disebut juga sebagai tahap omong kosong karena kata-kata yang diucapkan tidak memiliki makna apapun. Saat seorang anak mengucapkan kata ‘mama’ untuk pertama kalinya, orang tua mengira anaknya tersebut memanggil sang ibu padahal anak tersebut hanya mengucapkan suatu kata tanpa makna. Perkembangan kosakata anak dipengaruhi oleh orang-orang sekitarnya, karena itu penting bagi orangtua dan pengasuh untuk membantu anak melatih pelafalan kata dengan cara diulang-ulang dan mengajarkan kata-kata baru pada anak di setiap kesempatan yang ada. Di akhir masa kanak-kanak awal yaitu ketika anak berusia sekitar 6 tahun, anak sudah bisa menyusun kalimat dengan tata cara yang benar

Dalam sejarah perkembangan bahasa, terdapat aliran nativisme yang dikemukakan oleh Noam Chomsky. Menurut Chomsky (dalam Kumara, 2002), setiap anak memiliki Language Acquisition Device atau LAD yang memungkinan anak untuk mengklasifikasikan jenis-jenis kata dan juga memiliki pemahaman gramatikal sehingga bisa memahami pembicaraan orang. Namun, tentunya lingkungan tempat anak dibesarkan juga memiliki peranan penting bagi perkembangan bahasa anak. Berdasarkan pandangan Chomsky (dalam Dardjowidjojo, 2000), lingkungan menentukan macam bahasa yang diperoleh anak namun tidak berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa tersebut. 

Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial sangat penting bagi anak karena kemampuan bersosialisasi tidak didapat dari lahir sehingga untuk mengakuisisi kemampuan ini perlu untuk belajar dari lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak karena anak belajar menyesuaikan dirinya dengan sekitarnya dengan cara mengamati ketika sedang bergaul dengan orang lain. Karena itu, penting bagi anak untuk membangun relasi dengan orang-orang beragam agar ia bisa mendapatkan pengalaman atas perlakuan orang-orang yang pastinya berbeda-beda. 

Perkembangan Moral

Menurut Santrock (1995), perkembangan moral berkaitan dengan aturan yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral berkaitan dengan moralitas yang menurut Yusuf (2011) adalah sikap menerima dan melakukan peraturan, nilai, dan prinsip moral. Jika dilihat dari segi behavioristik, perkembangan moral adalah hasil pemberian stimulus dari orangtua ataupun lingkungan yang dibarangi dengan respons positif umumnya berupa pujian atau negatif umumnya berupa hukuman.

Referensi:

Bawono, Y. (2017). Kemampuan berbahasa pada anak prasekolah: Sebuah kajian pustaka. Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia1.

Daud, M., Psi, S., Siswanti, D. N., & Jalal, N. M. (2021). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak. Prenada Media.

Dudu, Y., Kusuma, F. H. D., & Widiani, E. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Psikososial Tahap Industry Vs Inferiority Anak Usia Sekolah (6–12 Tahun) Di Sdn Tlogomas 1 Kecamatan Lowokwaru Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1(2).

Gunarsa, S. D. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. BPK Gunung Mulia.

Latifah, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannya. Academica : Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185-196.

Parnawi, A. (2021). Psikologi Perkembangan. Deepublish Publisher.

Pramawaty, N., & Hartati, E. (2012). Hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri anak usia sekolah (10-12 tahun). Jurnal Keperawatan Diponegoro1(1), 87-92.

Santrock, J. W. (1995). Life Span Development. Erlangga.

Setyowati, Y. D., Krisnatuti, D., & Hastuti, D. (2017). Pengaruh kesiapan menjadi orang tua dan pola asuh psikososial terhadap perkembangan sosial anak. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen10(2), 95-106.

Sit, M. (2017). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana.

Soetjiningsih, C. H. (2018). Seri Psikologi Perkembangan: Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir. Kencana.

Sopiah. (2013). Pengaruh Kesiapan Menjadi Orangtua Dan Pola Asuh Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial Anak. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Tharir, A. (2018). Psikologi Perkembangan. Aura Publishing.  

Tomtom, M. A. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal CARE (Children Advisory And Education), 4(2).

Usman, M. (2015). Perkembangan Bahasa dalam Bermain dan Permainan: Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Deepublish.