ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 14 Juli 2024
Akses Pendidikan Anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) Ladang Sawit di Sabah Malaysia
Oleh:
Muhammad Fauzan Ilham, Estri Chintya Prameswara, Dhani Irmawan
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Hubungan antara Indonesia dan Malaysia meliputi berbagai aspek, termasuk peningkatan kerja sama kedua negara sebagai langkah strategis yang perlu dibangun melalui berbagai cara. Salah satu wujud dari hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia adalah kerja sama dalam meningkatkan perdagangan dan investasi, pengiriman tenaga kerja, serta terkait pendidikan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sabah, Malaysia. Di Indonesia, migrasi menjadi fenomena yang cukup membantu bagi banyak masyarakat. Faktor kemudahan bermigrasi dan terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri menjadi alasan banyak Warga Negara Indonesia (WNI) memilih bekerja di luar negeri (Novia, 2023). Malaysia memperkirakan lebih dari 50.000 anak PMI yang bekerja di negara bagian Sabah tidak memiliki identitas. Anak-anak PMI yang berada di Malaysia ini menimbulkan masalah baru dalam hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Minimnya sarana pendidikan memaksa anak-anak PMI, serta tuntutan perekonomian membuat anak harus bekerja membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika anak-anak PMI di Malaysia sulit mendapatkan pendidikan, hal ini juga menjadi persoalan bagi Malaysia. Tidak menutup kemungkinan sebagian PMI akan meninggalkan Malaysia demi pendidikan anak-anaknya. Sementara itu, Malaysia bergantung pada PMI yang bekerja di perusahaan-perusahaan ladang sawit (Hartati & Andawiyah, 2020).
Upaya Pemerintah Indonesia Terhadap Pentingnya Akses Pendidikan Bagi Anak PMI di Malaysia
Pemerintah Indonesia dan Malaysia mengadakan pertemuan untuk menyepakati layanan pendidikan bagi anak-anak PMI di Sabah, Malaysia. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan berupa pendirian Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) pada tahun 2008 yang menjadi pusat bagi Community Learning Center (CLC) yang kini jumlahnya mencapai ratusan. Selain SIKK dan CLC, terdapat juga organisasi non-pemerintah (NGO) yang berperan dalam menyediakan pendidikan bagi anak-anak PMI di Sabah, Malaysia. Salah satu NGO tersebut adalah Humana Child Aid Society yang juga menyediakan layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Sabah. Meskipun Indonesia secara resmi telah memiliki SIKK dan CLC yang diakui oleh Malaysia, Humana tetap berusaha memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak PMI di Sabah (Muyamin, 2019).
Anak Pekerja Migran Indonesia Terkait Hak-haknya Ketika Menjadi Migran
Dengan kondisi orang tua yang menjadi buruh migran di luar negeri, tanggung jawab pengasuhan dan pemenuhan hak-hak anak kemudian jatuh kepada keluarga terdekat. Hal ini dapat menyebabkan hak-hak anak tidak terpenuhi secara maksimal karena ketiadaan orang tuanya. Perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak buruh migran di luar negeri bukan hanya kewajiban orang tua atau satu negara saja, tetapi juga tanggung jawab negara pengirim dan komunitas internasional secara keseluruhan (Wirasasmita, 2015; Sholina, 2022). CLC sebenarnya dapat dianggap sebagai bagian dari implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat sekitar, yang dalam praktiknya berada di bawah pengawasan Pemerintah Indonesia dan Malaysia. Oleh karena itu, CLC merupakan inisiatif tiga pihak: Pemerintah Indonesia, Pemerintah Malaysia, dan perusahaan perkebunan kelapa sawit sebagai penyedia lahan dan fasilitas CLC. Hingga tahun 2019, tercatat ada 250 CLC yang tersebar di berbagai wilayah di Negeri Sabah (CLC SIKK Kinabalu, 2020; Hidayat & Hariyani, 2022).
Sudut Pandang Psikologi Terhadap Pentingnya Pendidikan Bagi Anak
Dilihat dari perspektif psikologi, pendidikan memainkan peran vital dalam perkembangan kognitif, inovatif, dan kreatif anak. Teori perkembangan kognitif Piaget (1936) menekankan bahwa pendidikan formal memfasilitasi perkembangan struktur mental anak, memungkinkannya untuk memproses informasi secara lebih kompleks dan abstrak seiring pertumbuhan. Pendekatan konstruktivis dalam pendidikan, yang berakar pada teori Piaget, mendorong pembelajaran aktif dan penemuan, sehingga merangsang inovasi dan pemikiran divergen. Vygotsky (1978) dengan teorinya Zone of Proximal Development juga menyoroti pentingnya interaksi sosial dan bimbingan dalam pendidikan untuk mengoptimalkan potensi kognitif anak. Teori multiple intelligences Gardner (1983) menunjukkan bahwa pendidikan yang beragam dapat mengembangkan berbagai kecerdasan, termasuk kreativitas. Penelitian neurosains kognitif terkini (sejak 1990-an) mengonfirmasi bahwa pengalaman pendidikan yang kaya dapat meningkatkan plastisitas otak, mendukung perkembangan kognitif dan kreativitas. Dengan demikian, pendidikan yang dirancang dengan baik menjadi katalis penting untuk perkembangan kognitif, inovatif, dan kreatif anak.
Kesimpulan
Akses pendidikan bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di ladang sawit Sabah, Malaysia, merupakan isu penting yang melibatkan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia serta organisasi non-pemerintah. Inisiatif pendirian Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan ratusan Community Learning Center (CLC) menunjukkan upaya konkret untuk mengatasi tantangan pendidikan ini. Ketiadaan orang tua yang bekerja sebagai buruh migran menempatkan tanggung jawab pendidikan pada komunitas sekitar, namun inisiatif bersama ini membantu memastikan hak-hak anak tetap terpenuhi. Melalui sudut pandang psikologi, pendidikan yang baik sangat penting untuk perkembangan kognitif dan kreatif anak-anak, yang diakui melalui teori-teori perkembangan kognitif seperti milik Piaget dan Vygotsky. Oleh karena itu, kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, perusahaan, dan NGO sangat penting untuk menyediakan akses pendidikan yang layak bagi anak-anak PMI, yang berdampak positif pada masa depan dan hubungan bilateral kedua negara.
Referensi:
CLC SIKK Kinibalu. (2020). Laporan Akhir Tahun 2019 Divisi CLC SIKK. Kinibalu.
Gardner, H. (1983). Frames of Mind: A Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
Hartati, A. Y., & Andawiyah, R. A. (2020). Diplomasi indonesia dalam menangani masalah pendidikan anak tki di sabah malaysia. Spektrum, 17(2), 1-22. doi: http://dx.doi.org/10.31942/spektrum.v17i2.4358.
Hidayat, M. N., & Hariyani, N. (2022). Mewujudkan pemerataan pendidikan: clc di perbatasan indonesia-malaysia. Global Focus, 2(2), 138-148. doi: https://doi.org/10.21776/ub.jgf.2022.002.02.4
Muyamin, M. (2019). Peran aktif ngo humana dalam memfasilitasi pendidikan anak-anak tenaga kerja indonesia (tki) di sabah malaysia. Indonesian Perspective, 4(2), 100-117. doi: https://doi.org/10.14710/ip.v4i2.26703.
Novia, H. (2023). Dinamika diplomasi indonesia terkait pemenuhan akses pendidikan anak pekerja migran indonesia di sarawak malaysia. Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan, 15(2), 1-22. doi: https://doi.org/10.31315/jsdk.v15i2.8393.
Piaget, J. (1936). Origins of intelligence in the child. London: Routledge & Kegan Paul.
Sholina, C. A. (2022). Pemenuhan hak-hak asasi anak tenaga kerja indonesia di perkebunan sawit di wilayah tawau, sabah, malaysia. Jurnal Pembangunan Manusia, 3(1), 18. doi: https://doi.org/10.7454/jpm.v3i1.1029.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Wirasasmita, Anthony dkk. (2015). Perlindungan hukum terhadap hak anak yang menjadi tenaga kerja migran indonesia di negara lain. Journal Ilmu Hukum, [S.L.], Jan, 2015.
Woolfolk, A. (2016). Educational psychology (13th ed.). Pearson Education Limited.