ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 14 Juli 2024
Gangguan Mental Bipolar pada Remaja yang dapat Mengubah Mood Secara Drastis
Oleh :
Artika Sarfiyenti, Egi Prawita
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Gangguan Bipolar merupakan salah satu gangguan mental yang kompleks dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Meskipun seringkali diasosiasikan dengan orang dewasa, gangguan bipolar juga dapat muncul pada remaja, membawa dampak signifikan terhadap perkembangan emosional, sosial, dan akademis mereka. Gangguan bipolar pada remaja adalah kondisi kesehatan mental yang serius, yang melibatkan perubahan suasana hati yang ekstrem, mulai dari episode kegembiraan berlebihan hingga depresi yang mendalam. Gangguan bipolar pada remaja seringkali sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan perubahan emosional yang umum terjadi selama masa remaja (Widiati, Saraswati, Utami, Ninggrum & Ustami, 2021). Namun, perbedaan antara gejala gangguan bipolar dan respons emosional normal dapat memiliki dampak besar terhadap kualitas hidup remaja tersebut. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang gangguan bipolar pada remaja sangat penting untuk memberikan intervensi dini dan dukungan yang diperlukan. Gangguan bipolar tidak hanya memengaruhi suasana hati remaja, tetapi juga memengaruhi pola tidur, energi, dan kemampuan konsentrasi mereka. Gangguan bipolar dapat menurunkan produktifitas dan kualitas hidup penderitanya yang terus akan menunjukkan peningkatan kerugian dan kecacatan pada remaja (Astawa & Trisnowati, 2023). Dalam banyak kasus, gangguan bipolar pada remaja dapat menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal, prestasi akademis yang menurun, dan bahkan risiko perilaku impulsif seperti penggunaan zat-zat terlarang atau perilaku merusak diri. Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat, meskipun demikian ada beberapa indikator untuk menilai kesehatan jiwa. Karl Menninger (Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2014) mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia
Gangguan mental bipolar pada remaja menjadi isu yang semakin mendapat perhatian dalam bidang kesehatan mental. Gangguan ini tergolong dalam kelompok gangguan mood yang dapat mengubah mood secara drastis, baik dari periode euforia yang tinggi hingga depresi yang mendalam. Bipolar tipe I ditandai dengan episode mania berat dan depresi berat. Gangguan bipolar tipe I ini ketika kondisi mania, penderita ini sering dalam kondisi berat dan berbahaya. Sedangkan pada bipolar tipe II, pada kondisi ini penderita masih bisa berfungsi melaksanakan kegiatan harian rutin, tidak separah tipe I. Menurut Apa (Purba & kahija, 2017) Episode hipomanik umum terjadi pada bipolar tipe I, namun tidak diperlukan untuk penegakan. Diagnosis Syclothymic disorder ialah bentuk ringan dari gangguan jiwa bipolar (Astawa & Trisnowati, 2023). Pada fase manik, remaja yang mengalami gangguan bipolar dapat merasakan kegembiraan yang berlebihan, peningkatan energi, serta kepercayaan diri yang meluap-luap. Sebaliknya, fase depresi ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, serta energi yang menurun.
Remaja yang mengalami gangguan bipolar seringkali menghadapi tantangan yang kompleks, termasuk dampaknya terhadap hubungan sosial, akademis, dan fisik. Perubahan mood yang drastis dapat memengaruhi kualitas hidup mereka dan memunculkan kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai gangguan mental bipolar pada remaja menjadi esensial untuk memberikan dukungan yang tepat dan efektif.Bipolar merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrem atau drastis. Gangguan ini sebelumnya dikenal sebagai gangguan afektif bipolar atau penyakit manik-depresif. Pada kondisi bipolar, seseorang mengalami dua kutub mood yang berlawanan, yaitu episode manik (mood tinggi atau euforia) dan episode depresif (mood rendah atau sedih). Gangguan bipolar (Bipolar Disorder) atau yang juga dikenal sebagai Gangguan Afektif Bipolar (GAB) adalah salah satu gangguan mood/afektif dalam kasus psikiatri (Yudhantara, Istiqomah, Putri, Ulya & Putri, 2022). Faktor- Faktor yang mempengaruhi gangguan bipolar menurut Wuryaningsih dan Zuhro (2023),meliputi faktor genetik, faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik dan faktor lingkungan. Penyebab terjadinya ganggan bipolar adalah yang berasal dari lingkungan yaitu sama-sama mendapatkan pola asuh yang otoriter, yaitu mendapatkan kekerasan dari orang tuanya dan juga bully di sekolah (Ramadhan dan Syahruddin, 2019).
Remaja adalah periode perkembangan manusia yang terjadi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Rentang usia remaja biasanya berkisar antara 10 hingga 19 tahun, meskipun definisi remaja dapat bervariasi sesuai dengan konteks sosial dan budaya. Menurut Utami dan Raharjo (2021), remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Menurut Santrock ( Utami dan Raharjo, 2021) Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Di dalam lingkungan pertemanan Remaja berusia 17-23 tahun banyak hal – hal yang menghambat pemulihan penderita Bipolar Disorder seperti pembully, tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan lain – lain. Dan jika hal ini tidak dipedulikan oleh Remaja, maka proses pemulihan penderita Bipolar Disorder bisa menjadi terhambat atau bahkan dapat mendorong penderita untuk bunuh diri (Sawdina, 2023).Orang-orang mengira remaja yang terkena bipolar adalah peristiwa yang lazim dan mengira itu hanyalah merupakan suatu efek samping dari pubertas pada remaja atau hanyalah sifat labil dari remaja. Selain itu, karena perkembangan teknologi dan adanya cyberbullying, merupakan salah satu faktor penyebab munculnya gejala bipolar pada remaja (Adiwijaya, Wicandra & Asthararianty, 2020).
Hubungan antara remaja dan bipolar dapat menjadi kompleks dan menuntut pemahaman yang mendalam terhadap perubahan emosional yang dialami oleh individu pada masa ini. Remaja yang sedang berada dalam fase perkembangan identitas dan kemandirian, mungkin mengalami gejala bipolar yang melibatkan fluktuasi suasana hati ekstrem, seperti episode mania yang penuh energi dan euforia, serta episode depresi yang disertai rasa sedih dan kelelahan. Perubahan hormon, tekanan sosial, dan perkembangan otak yang sedang berlangsung pada masa remaja dapat memengaruhi manifestasi gejala bipolar (Mardikaningtiyas & Andryana, 2022).
Mendiagnosis bipolar disorder pada remaja bukanlah tugas yang mudah karena beberapa gejala mungkin mirip dengan perubahan emosional yang normal selama masa ini. Oleh karena itu, penting bagi para profesional kesehatan mental untuk melakukan diagnosis yang akurat. Dampak dari bipolar disorder pada kehidupan sehari-hari remaja dapat mencakup pengaruh pada hubungan sosial, prestasi akademis, dan partisipasi dalam kegiatan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan ini, dukungan keluarga dan teman, serta peran sekolah, dapat memainkan peran krusial dalam membantu remaja mengelola gejala dan menjalani kehidupan dengan lebih baik (khoiryasdien, 2020). Sebagian besar dari kita menghabiskan waktu kita dalam suasana hati sedang, tidak terlalu tinggi atau sangat rendah, tetapi kebanyakan orang dengan gangguan bipolar hanya akan mengalami suasana hati yang tertekan (Wenny, 2015).
Perawatan untuk remaja dengan bipolar disorder mencakup terapi, obat-obatan, dan dukungan psikososial. Pemahaman dan dukungan keluarga terhadap kondisi ini sangat diperlukan, mencip takan lingkungan yang stabil dan mendukung (wedanthi, 2022). Kesadaran di masyarakat tentang bipolar disorder juga menjadi kunci untuk mengurangi stigma dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Selain itu, perubahan gejala seiring waktu menekankan pentingnya pengelolaan jangka panjang dan penyesuaian perawatan sesuai dengan perkembangan kesehatan mental remaja. Melalui pendekatan holistik ini, diharapkan remaja dengan bipolar disorder dapat mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan kesehatan mental yang mereka hadapi.
Dengan demikian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kondisi ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan remaja. Remaja yang mengalami bipolar disorder menghadapi mood yang ekstrem, termasuk depresi yang mendalam. Proses diagnosis pada remaja memerlukan pemahaman mendalam terhadap perubahan emosional yang wajar selama masa ini, sehingga peran profesional kesehatan mental sangat penting.Pentingnya dukungan sosial dari keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah tidak bisa diabaikan. Lingkungan yang mendukung dapat membantu remaja mengelola gejala dan menyesuaikan diri dengan tantangan kehidupan sehari-hari. Perawatan yang efektif melibatkan kombinasi terapi, obat-obatan, dan dukungan psikososial.Kesadaran di masyarakat tentang bipolar disorder pada remaja perlu ditingkatkan untuk mengurangi stigma dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu yang mengalami gangguan ini. Perubahan mood yang drastis dapat memengaruhi hubungan sosial, prestasi akademis, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Referensi:
Adiwijaya, F. M., Wicandra, O. B., & Asthararianty, A. (2020). Perancangan Ilustrasi Tentang Edukasi Gejala Gangguan Bipolar Bagi Remaja Di Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(16), 9.
ASTAWA, I. G. N. P., & TRISNOWATI, R. (2023). Perilaku bunuh diri pada gangguan afektif bipolar: Sebuah Tinjauan Pustaka. Jurnal Hasil Penelitian dan Pengembangan (JHPP), 1(3), 184-191.
Khoiryasdien, A. D., & Warastri, A. (2020). Pelatihan berpikir positif untuk meningkatkan penerimaan diri survivor bipolar di Yogyakarta. Insight: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 16(2), 317-335.
Mardikaningtiyas, H., & Andryana, S. (2022). Perbandingan Metode Dempster-Shafer dan Certainty Factor Untuk Mendiagnosa Jenis Gangguan Bipolar Berbasis Website. Jurnal Media Informatika Budidarma, 6(2), 811-820.
Purba, R. A., & La Kahija, Y. F. (2017). Pengalaman Terdiagnosis Bipolar. Semarang: Jurnal Empati, 7(3).
Sawdina, D. (2023). Pengaruh Psikoedukasi dan Terapi Supportif terhadap Pemulihan Pasien Bipolar. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(2), 84-87.
Utami, A. C. N., & Raharjo, S. T. (2021). Pola asuh orang tua dan kenakalan remaja. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 4(1), 1-15.
Wedanthi, P. H. (2022). Studi kasus dinamika psikologis penderita bipolar disorder. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1), 2578-2582.
Wenny, P. B., (2021) Gangguan Bipolar. Eureka Media Aksara
Widianti, E., Afriyanti, A., Saraswati, N. P. S. D., Utami, A., Nursyamsiah, L., Ningrum, V. C., ... & Ustami, L. (2021). Intervensi pada Remaja dengan Gangguan Bipolar: Kajian Literatur. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 79-94.
Wuryaningsih, E. W., & Zuhro, Z. L. (2023). Studi Kasus pada Penderita Bipolar Disorder Menggunakan Pendekataan Model Keperawatan Stuart Stress Adaptation di Probolinggo. Pustaka Kesehatan, 11(3), 168-175.
Yudhantara, D. S., Istiqomah, R., Putri, W. D. D. W., Ulya, Z., & Putri, F. R. (2022). Gangguan Bipolar: Buku Ajar untuk Mahasiswa Kedokteran. Universitas Brawijaya Press.
Yusuf, A. H., Fitryasari PK, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.