ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 14 Juli 2024

 

Stop Negative Self -Talk: Dialog Batin yang Bikin Hancur Diri Sendiri

Bangun Hubungan Lebih Positif dengan Diri Sendiri

Oleh:

Fiolinasika Purba

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

Pernahkah kita berbicara kepada diri kita sendiri? Atau mungkin kita pernah mendengar suara dari dalam diri kita untuk membuat kita terus bersemangat atau sebaliknya? Ketika suara dari dalam diri kita membuat kita menjadi putus asa, memilih untuk mundur saja maka hal tersebut dapat dinamakan dengan negative self- talk.

Apa itu Negative Self Talk

Iswari & Hartini (2005) mengatakan bahwa negative self-talk suatu kebiasaan menyalahkan diri sendiri , merasa rendah diri dan khawatir. Hal ini dapat menyebabkan depresi karena seseorang selalu berpikir irasional., berpikir yang tidak masuk akal atau tidak mempertimbangkan fakta. Hatzigeorgiadis dan Biddle dalam Negative Self-Talk During Sport Performance: Relationships with Pre-Competition Anxiety and Goal-Performance Discrepancies menyebutkan bahwa negative self-talk membuat seseorang merasa anxiety dan ragu terhadap dirinya sendiri. Dalam negative self-talk, seseorang mengucapkan kata-kata negative kepada dirinya sendiri, terjadi dialog internal berbicara mengenai segala sesuatu yang buruk dengan dirinya sendiri. Sebagai contoh, “aku tidak akan bisa melakukannya, “aku tidak pintar di bidang ini”, “aku memang bodoh”, “aku sama sekali tidak berguna”. Suseno, dan Miftahun N. (2009), Apapun yang kita katakan terhadap diri sendiri maka akan segera diafirmasi oleh otak yang kemudian mempengaruhi keadaan psikis. Jika hal ini terus menerus dilakukan akan memperkuat persepsi negatif tentang diri sendiri bahkan berdampak buruk pada kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan rendah diri.

 

Beberapa Tipe dan contoh Negative Self Talk

Berikut ini adalah beberapa tipe dan contoh dari negative self-talk

Overgeneralizing: Saat kita terlalu menggeneralisasi sesuatu. Satu peristiwa negative membuat kamu berpikir bahwa hal tersebut akan terus terjadi.  “Nilai UTS Biologiku jelek, pasti ujian berikutnya juga bakalan jelek lagi”.

Polarizing: Saat kita cenderung menilai diri sendiri secara ekstrem. “Hal sepele begini saja, aku tidak bias, aku benar-benar bodoh”

Personalizing: Saat kita menyalahkan diri sendiri untuk hal-hal yang ada di luar kendali kita.  “Coba aja tadi aku jadi dating ke rumahnya, dia ga akan bunuh diri kek gini”. Ini semua salahku.

Labelling: Saat kita memberi kabel diri sendiri dengan label buruk/negatif. “Kok aku sensitive banget sih orangnya?” Lemah banget.

Catastrophizing: Saat kita  berasumsi bakal terjadi scenario terburuk dalam hidup kita. “Aku gak akan bisa lulus tepat waktu, aku pasti tidak akan sanggup”

Mind Reading: Saat kita menganggap diri kita tau apa yang dipikirkan oleh orang lain. “Duh, tadi wajah dosenku masam gitu, pasti presentasiku tadi jelek banget”

Filtering: Saat kita lebih fokus memikirkan hal negatif dari setiap hal, padahal tidak selalu demikian. “Dia ga balas chat wa ku, pasti dia udah ga suka samaku”.

Bangun Hubungan Lebih Positif dengan Diri Sendiri

Ahmadi (2009) menyatakan setiap di dalam diri manusia pasti memiliki pemikiran negatif karena manusia secara alami sensitif terhadap hal-hal negatif. Maka untuk itu kita harus tetap waspada, karena pikiran negatif dapat dengan mudah menganggu kesehatan mental kita. Berikut ini cara untuk membangun hubungan lebih positif dengan diri sendiri.

Kenali dan akui pembicaraan diri sendiri yang negatif dengan menyadari kapan hal itu terjadi.

Gantikan pikiran negatif dengan pikiran positif: Setelah menantang pikiran negatif tersebut, gantilah dengan pikiran yang lebih positif dan realistis.

Tantang pikiran negatif: Setelah menyadari adanya pikiran negatif, tantang validitasnya. Tanyakan pada diri sendiri, apakah pemikiran ini berdasarkan fakta atau fiksi?

Latihlah mindfulness: Praktik mindfulness dapat membantu Anda untuk lebih hadir pada saat ini dan tidak terlalu terjebak dalam pembicaraan negatif pada diri sendiri.

Carilah dukungan: Jika pembicaraan negatif pada diri sendiri merupakan masalah yang terus-menerus, mencari dukungan dari terapis atau pelatih dapat bermanfaat. Mereka dapat membantu diri kita mengidentifikasi penyebab mendasar dari pembicaraan negatif pada diri sendiri dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.

Referensi :

Ahmadi, A. (2009).  Psikologi Umum, Jakarta: Rineka CiptaIswari, D, & Hartini, N. (2005). Pengaruh Pelatihan dan Evaluasi self-talk terhadap penurunan tingkat body-dissatisfaction. Jurnal Unair Vol. 7 No. 3. Negative self-talk during sport performance: Relationships with pre-competition anxiety and goal-performance discrepancies. January 2008.

Suseno, dan Miftahun N. (2009). Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efikasi Diri sebagai Pelatih pada Mahasiswa. Phronesis Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 1, No. 1.