ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 13 Juli 2024

Apa yang Hendak Dicapai dari Pengasuhan Nanny McPhee?

Oleh:

Eko A Meinarno, Luh Surini Yulia Savitri

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

Pengantar

Tulisan ini merupakan seri kedua dari tulisan Savitri dan Meinarno (2024). Tokoh yang dikaji masih Nanny McPhee (tokoh imajiner dari film Nanny McPhee, 2005. Dalam tulisan ini akan disebut sebagai Ibu McPhee). Pengasuh umumnya hanya menjalankan tugas saja, yakni mengasuh. Namun Nanny McPhee bukan pengasuh biasa. Secara singkat, Ibu McPhee menjadi pengasuh untuk tujuh anak dari keluarga Brown. Kisah mereka dapat dilihat secara singkat dalam Savitri dan Meinarno (2024).  

Ibu McPhee sejak awal menyatakan bahwa dirinya akan mengasuh anak-anak untuk mempunyai tingkah laku tertentu. Ia menghadapi anak-anak yang memiliki tingkah laku yang bermasalah. Tingkah-tingkah laku yang bermasalah itu berupa bermain tanpa batas waktu, mengganggu orang di dapur, sampai berbohong. Berdasar hal itu, Ibu McPhee mengenalkan tingkah laku baru, yang relevan untuk keluarga Brown. Upaya menghilangkan tingkah laku bermasalah pada anak-anak didasari pemahaman bahwa perlunya mengurangi tingkah laku yang tidak disukai, dan yang berikutnya meningkatkan tingkah laku pengganti yang lebih disukai (Staats, 1975). 

Tingkah laku yang diminta adalah tingkah-tingkah laku mendasar, yang disukai dan dapat dijalankan oleh anak (termasuk orang tua). Terdapat lima tingkah laku yang oleh Ibu McPhee perlu dibangun dari anak-anak yakni tidur tepat waktu (adegan waktu 20.26), bangun tidur saat dibangunkan (adegan waktu 27.42), berpakaian saat diminta (adegan waktu 53.43), mendengarkan (bagi ayah) (adegan waktu 1.11.50), dan lakukan apa yang diminta (adegan waktu 1.19.40).

Kondisi Perkembangan Anak-anak Keluarga Brown

Mari kita lihat usia para anak yang ia asuh. Dilihat dari usianya, perkiraan usia anak pertama hingga ketiga (Simon, Tora, Eric) adalah usia antara 7-11 tahun. Dalam pengkategorian Jean Piaget, mereka berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkrit (Concrete Operational) (Miller, 2016). Adik-adiknya (Lily, Sebastian, Crissie) yang diperkirakan berusia 4-6 tahun berada pada perkembangan kognitif praoperasional. Anak terakhir (Agatha, perkiraan usia 6-8 bulan), masih pada tahap sensori motor (Miller, 2016). Dalam tulisan ini, penulis akan lebih menekankan pada tiga anak pertama yang berusia lebih tua daripada empat adik-adiknya.      

Pembentukan Tingkah Laku perlu Modal

Perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh Ibu McPhee dapat dikategorikan sebagai learning process. Proses belajar yang umum kita lihat adalah perubahan tingkah laku dari para siswa. Pada prinsipnya, belajar terjadi ketika seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kondisi yang dipelajarinya dari apa yang dialami (De Houwer, Barnes-Holmes, & Moors, 2013 dalam Meinarno & Indrasari, 2021).

Ibu McPhee memperhatikan kesiapan anak untuk belajar lima tingkah laku (dengan catatan, satu tingkah laku khusus memang ditujukan kepada orang tua mereka) yang diajukannya. Ia tahu bahwa tahap perkembangan anak-anak telah cukup untuk belajar. Hal ini penting karena kecepatan belajar anak juga memerlukan kematangan kognitif dan latihan-latihan yang sebelumnya anak miliki (Staats, 1975).  

Nanny McPhee, Mengasuh dengan Silabus

Ibu McPhee sadar dengan perkembangan anak-anak yang berkisar 6-11 tahun. Ia tahu kapasitas kognitif anak-anak. Jika disetarakan dengan usia pendidikan, maka ketiga anak Brown adalah usia SD. Dalam tingkatan taksonomi Bloom (penulis mengambil posisi konservatif yakni taksonomi Bloom disejajarkan dengan tingkatan pendidikan sebagaimana perlakuan KKNI/Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia terhadap taksonomi Bloom), maka anak-anak ini masuk tingkat C1. Tingkatan yang paling dasar ini pada prinsipnya adalah mampu mengingat (pengetahuan).

Cara pandang penggolongan usia ini sama dengan pendekatan Meinarno dan Lidiawati (2021) terhadap anak-anak Kurawa dan Pandawa, kesemuanya dianggap pada satu rentang usia yang sama. Dengan kondisi ini para guru dari Kurawa dan Pandawa memosisikan capaian belajarnya pada tingkat yang sama (Meinarno & Lidiawati, 2021). Dalam film itu perlakuan Ibu McPhee terhadap enam anak-anak keluarga Brown dapat dikatakan perlakuan pada satu golongan (anak-anak setara SD).

Tulisan lanjutan ini hendak mengajak pembaca melihat Ibu McPhee dengan cara pandang pengajaran berbasis Rancangan Pengajaran Semester (RPS)/silabus. Kita mengenal silabus untuk pengajaran, dari tingkat PAUD hingga SMA, bahkan sampai perguruan tinggi. Silabus merupakan suatu perangkat rencana dan pengaturan pelaksanaan pembelajaran serta penilaian yang disusun secara sistematis dan memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk kemudian mencapai penguasaan kompetensi dasar (Gilang, nd).

Ibu McPhee menulis lima kemampuan. Kemampuan-kemampuan itu dalam film diperlihatkan dengan sangat jelas. Terdapat tiga elemen dari penyebutan tingkah laku yang dicapai. Pertama, tingkah laku yang hendak dicapai harus teridentifikasi dengan sebutan yang jelas. Kedua, memperhatikan kondisi-kondisi tingkah laku yang bisa muncul saat proses belajar perlu diperhatikan. Dan yang ketiga, kriteria keberhasilan untuk menandakan tercapainya tingkah laku harus disebutkan secara khusus (Wiles & Bondi, 2011). 

Untuk itu penulis akan membuatnya dengan rincian capaian Ibu McPhee dalam konteks RPS/silabus, sebagaimana penulisan CPMK dalam RPS. Pada artikel Savitri dan Meinarno (2024) dituliskan bahwa Ibu McPhee mempunyai tiga tujuan pengasuhan di rumah keluarga Brown. Tujuan pertama adalah anak-anak tahu akan aturan, kedua adalah anak-anak tahu disiplin, dan yang ketiga orang tua dan anak mampu mendengarkan satu sama lain.

Tujuan pengasuhan tadi, akan kita masukkan dalam proses pembuatan RPS. CPMK pertama dari anak-anak Brown adalah mampu mengetahui aturan, disiplin sebagai anak dalam keluarga. CPMK kedua adalah orang tua (dan anak) mampu mendengarkan pendapat anak.

 

·     CPMK 1: anak mampu mengetahui aturan, disiplin sebagai anak dalam keluarga.

·     Sub-CPMK: anak mampu tahu aktivitas dasar anak yang didasari keteraturan dan disiplin.

·     Materi: tidur tepat waktu, bangun tidur saat dibangunkan, berpakaian saat diminta.

·     Indikator tingkah laku: anak-anak mampu tidur di kamar tepat waktu, mampu bangun pagi dan melakukan aktivitas, dan mampu mengenakan pakaian yang pantas saat ada kerabat senior datang ke rumah.

·     Metode: mengalami secara langsung, ketika tamu senior datang (bibi) ke rumah.  

 

·     CPMK 2: orang tua mampu mendengarkan pendapat anak.

·     Sub-CPMK: orang tua mampu mendengar ujaran anak dengan perspektif anak.

·     Materi: mendengarkan keluh kesah (curahan hati) anak.

·     Indikator tingkah laku: orang tua duduk bersama anak dan membuka komunikasi, dan anak mampu menjalankan apa yang diminta orang lain.

·     Metode: mengalami secara langsung, dengan memosisikan orang tua bersama anak, dan anak mampu mendengarkan dan mengerti pesan yang disampaikan orang lain dalam kondisi tertentu (problem solving).  

Penutup

Proses belajar tidak selalu terjadi dalam lingkup kelas atau di institusi formal pendidikan, akan tetapi menjadi seluas bagaimana proses belajar dirancang sedemikian rupa sehingga individu akan dapat mengalami suatu kejadian atau pengalaman yang membuatnya dapat betul-betul belajar. Dalam konteks ini adalah kehidupan dari keluarga Brown.

Ibu McPhee datang bukan tanpa tujuan. Dia tahu tahu tujuan apa yang hendak ia capai dan kegunaannya bagi keluarga Brown. Pengetahuan tentang perkembangan anak dan kepekaan pada situasi membuat dia terampil dan cekatan dalam “mengasuh” (diberi tanda kutip karena Ibu McPhee juga menjalankan pengajaran). Dan artikel ini mencoba untuk dapat menerjemahkan proses belajar Ibu McPhee, yang bisa saja ditiru oleh keluarga-keluarga lainnya. 

Referensi:

Gilang P. (nd). Silabus: Pengertian, Tujuan, Manfaat, Pedoman & Komponennya. https://www.gramedia.com/literasi/akm/. Diunduh medio April 2024.

Meinarno, EA., Lidiawati, KR. (2021). Apakah Persamaan Anak-Anak Destrarastra Dengan Anak-Anak Pandu? Buletin KPIN. Vol. 7 No. 17 Sep 2021. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/889-apakah-persamaan-anak-anak-destrarastra-dengan-anak-anak-pandu.

Meinarno, EA., Indrasari, SY. (2021). Dosen Sebagai Desainer Sumber Daya Manusia Indonesia.  

Miller, P.H. (2016). Thories of Developmental Psychology. 6th edition. New York: Worth Publishers

Savitri, LSY., Meinarno, EA. (2024). Belajar Perkembangan Anak dari Film Nanny McPhee. Buletin KPIN. Vol. 10 No. 10 Mei 2024. https://buletin.k-pin.org/index.php/daftar-artikel/1538-belajar-perkembangan-anak-dari-film-nanny-mcphee

Staats, A. W. (1975). Social behaviorism. Homewood, IL: Dorsey.

Wiles, J., & Bondi, J. (2011). Curriculum development: A guide to practice. Pearson.