ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 13 Juli 2024
Ketakutan ke Fokus: Peran Pelatihan Psikologis pada Pilot Pesawat Tempur
Oleh:
Putri Nurhikmah Asidiqiah, Hesty Yuliasari
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Pelatihan psikologis pilot pesawat tempur melibatkan pendekatan komprehensif yang bertujuan untuk mengalihkan individu dari keadaan ketakutan ke salah satu fokus. Ketakutan, dalam konteks ini, mengacu pada respons alami terhadap ancaman atau bahaya yang dirasakan terkait dengan situasi berisiko tinggi seperti pertempuran udara. Ini mencakup berbagai emosi dan reaksi fisiologis yang dapat menghambat kinerja dan pengambilan keputusan jika tidak dikelola dengan baik. Fokus, di sisi lain, mewakili keadaan mental yang ditandai dengan konsentrasi, kejelasan, dan pengambilan keputusan yang efektif di bawah tekanan. Perjalanan dari rasa takut ke fokus dimulai dengan memahami dan mengelola respons fisiologis yang dipicu oleh rasa takut. Pilot pesawat tempur menjalani pelatihan ekstensif untuk mengenali dan mengendalikan respons ini, yang dapat mencakup peningkatan denyut jantung, indra tinggi, dan pelepasan hormon stres seperti adrenalin (Diarra et al. 2023). Teknik seperti pernapasan dalam, visualisasi, dan latihan mental biasanya digunakan untuk mengatur reaksi fisiologis ini dan meningkatkan keadaan ketenangan dan kesiapan (Pagnini et al. 2019).
Pelatihan psikologis untuk pilot pesawat tempur menekankan pengembangan ketahanan mental dan kecerdasan emosional. Ketahanan memungkinkan pilot untuk bangkit kembali dari kemunduran, kegagalan, atau situasi stres, mempertahankan tingkat kinerja dan kemampuan pengambilan keputusan mereka (Cahill et al. 2020). Kecerdasan emosional, di sisi lain, melibatkan kesadaran dan manajemen emosi seseorang serta kemampuan untuk memahami dan mempengaruhi emosi orang lain, keterampilan penting untuk komunikasi yang efektif dan kerja tim di lingkungan bertekanan tinggi (Stoyanova-Bozhkov et al. 2022). Strategi kognitif memainkan peran penting dalam transisi pilot dari rasa takut ke fokus. Strategi ini melibatkan peningkatan fungsi kognitif seperti perhatian, memori, dan keterampilan memecahkan masalah. Teknik seperti meditasi kesadaran, pelatihan kontrol atensi, dan restrukturisasi kognitif membantu pilot tetap hadir, fokus, dan mudah beradaptasi selama situasi yang kompleks dan dinamis. Dengan mengasah kemampuan kognitif, pilot dapat memproses informasi lebih efisien, membuat keputusan yang lebih baik, dan mempertahankan kesadaran situasional di tengah gangguan dan stres.
Aspek penting lain dari pelatihan psikologis untuk pilot pesawat tempur adalah inokulasi stres. Ini melibatkan mengekspos pilot ke stresor simulasi atau terkendali selama latihan untuk mensimulasikan tuntutan dan tantangan skenario pertempuran dunia nyata. Melalui paparan berulang dan latihan, pilot belajar untuk mengelola stres, tetap tenang di bawah tekanan, dan melaksanakan tugas secara efektif bahkan di lingkungan stres tinggi. Proses inokulasi stres ini membantu membangun kepercayaan diri, kompetensi, dan ketangguhan mental yang penting untuk keberhasilan misi. Pelatihan psikologis pilot pesawat tempur meliputi penilaian risiko dan keterampilan pengambilan keputusan (Kaempf & Klein, 1997). Pilot dilatih untuk mengevaluasi risiko, menimbang pilihan, dan membuat keputusan yang tepat waktu dan efektif berdasarkan informasi yang tersedia dan faktor situasional (Orasanu-Engel & Mosier, 2019). Pelatihan ini mencakup simulasi berbasis skenario, tanya jawab, dan sesi umpan balik untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dan belajar dari keberhasilan dan kesalahan.
Singkatnya, pelatihan psikologis pilot pesawat tempur adalah proses multifaset yang mengatasi rasa takut, memupuk fokus, dan membangun keterampilan penting untuk sukses di lingkungan berkinerja tinggi. Melalui regulasi fisiologis, ketahanan mental, strategi kognitif, inokulasi stres, dan pelatihan pengambilan keputusan, pilot mengembangkan pola pikir dan kemampuan yang diperlukan untuk unggul dalam operasi udara yang menantang dan dinamis. Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kinerja individu tetapi juga berkontribusi pada efektivitas dan keselamatan misi udara secara keseluruhan.
Referensi:
Cahill, J., Cullen, P., Anwer, S., Gaynor, K., & Wilson, S. (2020). The Requirements for New Tools for Use by Pilots and the Aviation Industry to Manage Risks Pertaining to Work-Related Stress (WRS) and Wellbeing, and the Ensuing Impact on Performance and Safety. Technologies, 8(3), 40. https://doi.org/10.3390/technologies8030040.
Diarra, M., Marchitto, M., Bressolle, M.-C., Baccino, T., & Drai-Zerbib, V. (2023). A narrative review of the interconnection between pilot acute stress, startle, and surprise effects in the aviation context: Contribution of physiological measurements. Frontiers in Neuroergonomics, 4, 1059576. https://doi.org/10.3389/fnrgo.2023.1059476.
Kaempf, G. L., & Klein, G. (1997). Aeronautical Decision Making: The next generation. In N. Johnston, & N. McDonald, Aviation Psychology in Practice (pp. 223-254). New York: Routledge.
Orasanu-Engel, J., & Mosier, K. L. (2019). Flight Crew Decision-Making. In B. G. Kanki, J. Anca, & T. R. Chidester, Crew Resource Management (pp. 139-183). Massachusetts: Academic Press.
Pagnini, F., Phillips, D., Bercovitz, K., & Langer, E. (2019). Mindfulness and relaxation training for long duration spaceflight: Evidences from analog environments and military settings. Acta Astronautica, 165, 1-8. https://doi.org/10.1016/j.actaastro.2019.07.036.
Stoyanova-Bozhkova, S., Paskova, T., & Buhalis, D. (2022). Emotional intelligence: a competitive advantage for tourism and hospitality managers. Tourism Recreation Research, 47(4), 359-371. https://doi.org/10.1080/02508281.2020.1841377.