ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 13 Juli 2024

Mengenal Metode Operasi Intelijen dalam Psikologi

Oleh:

Arum Pramesti Wirawati

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 

Psikologi adalah studi ilmiah tentang pikiran dan perilaku manusia. Ini berusaha untuk memahami kompleksitas kognisi manusia, emosi, motivasi, dan interaksi interpersonal melalui observasi sistematis, eksperimentasi, dan analisis. Psikologi mencakup berbagai subbidang dan pendekatan, termasuk psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi klinis, dan banyak lagi (Hebb & Donderi, 2013), termasuk psikologi militer sebagai salah satu cabang ilmu psikologi dengan cakupan bidang khusus yang membahas tantangan psikologis unik yang dihadapi oleh personel militer, keluarga mereka, dan veteran. Dengan menerapkan pengetahuan psikologis, penelitian, dan intervensi, psikolog militer berkontribusi pada pemilihan, pelatihan, kesejahteraan, dan kinerja personel militer yang optimal, yang pada akhirnya mendukung kesiapan misi dan kesehatan psikologis komunitas militer secara keseluruhan.

Psikologi memainkan peran penting dalam konteks militer, di mana memahami pikiran dan perilaku manusia sangat penting untuk pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan kesuksesan operasional yang efektif dalam pelaksanaan operasi militer, dikenal dengan psyops atau psychological operations (operasi psikologi) yang dalam konteks operasi militer adalah bagian dari operasi informasi ofensif yang bertujuan untuk memengaruhi persepsi, sikap, dan pada akhirnya mengubah perilaku audiens target asing yang sudah ditentukan. Nama lain untuk psyops yang kadang digunakan adalah operasi dukungan informasi militer atau military information support operations (MISO) (Varga, Brynielsson, Horndahl, & Rosell, 2020).

MISO bertujuan untuk membentuk lingkungan informasi, mendapatkan dukungan, dan mencapai tujuan strategis dengan menggunakan berbagai taktik, termasuk penyebaran media, pengiriman pesan, dan komunikasi strategis. Tim MISO, terdiri dari personel militer dan spesialis komunikasi, psikologi, dan pemahaman budaya, bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan kampanye MISO (Cowan & Cook, 2018). Kampanye ini melibatkan analisis audiens target, termasuk keyakinan, nilai, dan pola konsumsi informasi mereka. Dengan memahami faktor psikologis yang memengaruhi khalayak sasaran, praktisi MISO dapat menyesuaikan pesan dan strategi komunikasi untuk memaksimalkan dampak dan keefektifannya.

Tujuan MISO dapat sangat bervariasi, mulai dari melawan propaganda musuh dan disinformasi hingga mendapatkan dukungan dari penduduk lokal selama operasi militer. Kampanye MISO dapat melibatkan penggunaan berbagai saluran media, termasuk radio, televisi, media sosial, dan media cetak, untuk menyebarkan pesan dan mempengaruhi opini publik. Selain itu, praktisi MISO dapat terlibat dalam interaksi tatap muka dengan masyarakat lokal untuk membangun hubungan, memberikan informasi, dan mengatasi masalah. Di era perkembangan digital yang pesat saat ini, Teknik MISO sendiri menghadapi tantangan yang cukup rumit, namun dalam pemanfaatan teknologi sebagai sarana penerapan MISO memiliki keuntungan yang besar.

Di era teknologi 5.0, MISO sebagai psyops memanfaatkan beragam platform digital, media sosial, dan komunitas online. Praktisi MISO memanfaatkan pemantauan media sosial, analitik data, dan algoritme bertenaga AI untuk mengumpulkan intelijen waktu nyata, melacak tren, dan mengidentifikasi audiens target. Hal ini memungkinkan mereka menyesuaikan strategi pengiriman pesan dan menyebarkan informasi secara efektif, memperkuat dampak operasi psikologis. Munculnya platform media sosial telah merevolusi jangkauan dan pengaruh MISO sebagai psyops. Tim MISO memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan pesan yang disesuaikan, menargetkan demografi tertentu, dan terlibat dengan audiens target secara langsung dan interaktif. Mereka memanfaatkan algoritme media sosial, jaringan pemberi pengaruh, dan komunitas online untuk membentuk opini, memengaruhi sentimen publik, dan menciptakan efek psikologis yang diinginkan.

Kesimpulannya, psikologi adalah studi ilmiah tentang pikiran dan perilaku manusia, yang mencakup berbagai subbidang dan pendekatan. Psikologi militer, sebagai cabang khusus, membahas tantangan psikologis unik yang dihadapi personel militer. Ini berkontribusi pada pemilihan, pelatihan, kesejahteraan, dan kinerja personel militer, mendukung kesiapan misi dan kesehatan psikologis komunitas militer secara keseluruhan. Dalam konteks operasi militer, operasi psikologis (psyops) atau operasi dukungan informasi militer (MISO) bertujuan untuk membentuk lingkungan informasi, mempengaruhi persepsi, dan mencapai tujuan strategis. Praktisi MISO memanfaatkan pengetahuan psikologis, penelitian, dan intervensi untuk menyesuaikan pesan dan strategi komunikasi untuk dampak maksimum. Dengan munculnya teknologi digital, MISO di era teknologi 5.0 memanfaatkan platform, analitik data, AI, dan teknologi imersif untuk melakukan operasi psikologis secara efektif. Di tengah tantangan yang kompleks, penggunaan teknologi memberikan keuntungan yang signifikan dalam penerapan MISO dan memajukan bidang psikologi militer. 

Referensi:

Cowan, M. D., & Cook, M. C. (2018). Psyhcological Operations versus Military Information Support Operations and an Analysis of Organizational Change. Military Review, 1, 1-7.

Hebb, D. O., & Donderi, D. C. (2013). Textbook of Psychology (Psychology Revivals). London: Psychology Press.

Varga, S., Brynielsson, J., Horndahl, A., & Rosell, M. (2020). Automated Text Analysis for Intelligence Purposes: A Psychological Operations Case Study. In M. A. Tayebi, U. Glasser, & D. B. SKillicorn, Open Source Intelligence and Cyber Crime. Lecture Notes in Social Networks (pp. 221-251). Cham: Springer.