ISSN 2477-1686 

 Vol. 10 No. 13 Juli 2024

Nomophobia: Ketika Smartphone Menjadi Penjara

Oleh

Quratul Aina

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

 

Teknologi digital semakin berkembang pesat seiring perkembangan zaman, terutama bagi pengguna smartphone. Penggunaan smartphone saat ini lebih dari sekedar sebagai alat untuk berkomunikasi saja, namun dapat digunakan lebih dari itu dengan banyaknya fitur – fitur pendukung yang memudahkan. Fitur – fitur tersebut memungkinkan untuk terpenuhinya kebutuhan secara langsung atau instan sehingga menjadi pilihan utama penggunanya. Namun dari beberapa fitur kemudahan yang ditawarkan smartphone, hal tersebut tentu akan mendatangkan masalah jika penggunaannya dilakukan secara berlebihan dan tidak bertanggungjawab (Asih & Fauziah, 2017). Munculnya rasa cemas jika tidak menjangkau smartphone popular dengan sebutan nomophobia.

Apa itu Nomophobia?

No mobile phone phobia (nomophobia) diartikan sebagai rasa cemas dan berada pada keadaan yang tidak nyaman karena berada jauh dari jangkauan smartphone. Hal ini merupakan bentuk phobia yang dirasakan di zaman yang semakin canggih akibat hasil interaksi dari individu terhadap teknologi baru khususnya smartphone (Yildirim & Correia, 2015a). Selain itu, nomophobia juga dapat diartikan sebagai tingginya aktivitas penggunaan smartphone hingga mengakibatkan terjadinya kecenderungan atau keterikatan yang mendatangkan masalah sosial pada individu, hal ini dapat dilihat dengan adanya penarikan diri dan masalah fungsi diri baik di lingkungan pribadi maupun sosial (Yildirim & Correia, 2015b).  

Yildirim & Correia (2015a) menemukan bahwa 77% orang berusia 18-24 tahun paling rentan terhadap nomophobia, diikuti oleh 68% orang berusia 25-34 tahun dan 68% orang berusia 55 tahun ke atas. Hasil ini sesuai dengan Dasiroh (2017) yang menyebutkan remaja merupakan individu yang paling dekat dengan informasi dan internet, mereka juga yang mampu memahami munculnya teknologi baru dengan cepat tidak terkecuali pada smartphone. Namun, mereka memiliki kontrol diri yang kurang baik atas perilakunya  sehingga tidak salah apabila mereka lebih rentan terkena nomophobia. Eksistensi remaja dapat terlihat dari keaktifan mereka menggunakan smartphone tanpa mengetahui bahaya apa yang akan terjadi (Muyana & Widyastuti, 2018). Remaja aktif menggunakan media sosial sehingga membuat mereka menjadi ketergantugan terhadap smartphone sebagai sarana untuk berinteraksi (Soliha, 2015). Hadirnya smartphone dengan intensitas penggunaan yang tinggi dapat mengubah perilaku remaja. Penggunaan smartphone yang tidak terkontrol pada remaja juga dapat berdampak terhadap kualitas diri mereka. Mereka akan memiliki komunikasi yang kurang baik, lebih apatis terhadap kondisi sekitar, individualis atau merasa tidak membutuhkan orang lain secara nyata, serta kemudahan untuk mengakses situs – situs pornografi yang dapat membahayakan perkembangan (Wilantika, 2015). Kendati demikian, sayangnya remaja mungkin sering tidak menyadari bahwa mereka sudah mengarah pada nomophobia yang berakibat negatif bagi diri mereka

Karakteristik Seseorang Mengalami Nomophobia

Berikut beberapa karakteristik seseorang mengalami nomophobia yang dirangkum dalam jurnal artikel oleh Hasmawati et al (2020) :

1.  Pengecekan konstan, individu akan mengalami Phantom Vibration Syndrom yaitu perasaan handphonenya berdering atau bergetar padahal kenyataannya tidak dan kesulitan untuk fokus tanpa memeriksa smartphone.

2.   Perasaan insecure, mudah panik, takut dan cemas, kemungkinan yang terjadi individu mengalami kecemasan sosial.  Ketika smartphone tidak terlihat dihadapannya, mereka akan merasa tidak aman karena merasa bahwa dirinya tidak percaya diri saat berkomunikasi langsung atau tatap muka.

3. Kecanduan media sosial. Biasanya individu menggunakan media sosial untuk mendapatkan eksistensi sosial, mengekspresikan diri dan popularitas. Mereka akan menjadi orang pertama yang akan memberikan informasi terkini atau memberi tahu pencapaian individu atas sesuatu.

4.   Ketergantungan, individu merasa bergantung bahkan terhadap informasi sederhana sekalipun. Sehingga hal – hal seperti  ini membuat mereka merasa ketagihan dengan penggunaan smartphone.

5.   Multitasking, kemampuan untuk dapat melakukan lebih dari satu aktivitas di waktu yang bersamaan. Mereka dapat mengirimkan pesan sambil menggunakan aplikasi media sosial lainnya.

6.   Masalah kesehatan, mereka yang ketagihan menggunakan smartphone akan lupa waktu ketika menemui hal yang disukai seperti bermain game, membaca atau menonton. Hal ini berdampak terhadap waktu tidur yang kurang karena mereka akan cenderung menghabiskan waktunya untuk kegiatan yang disukai, dan akhirnya mengarahkan mereka menjadi individu yang kehilangan fokus dan minat serta meningkatkan stress.

Aktivitas Yang Dapat Membantu Mengurangi Perilaku Nomophobia

Hasmawati et al (2020) menjelaskan beberapa aktivitas bermanfaat dapat membantu mengurangi prilaku nomophobia  mengingat dampak negatif yang ditimbulkan sebagai berikut :

1.   Keputusan yang kuat untuk mengurangi intensitas penggunaan smartphone atau menetapkan batasan tertentu penggunaanya dalam kehidupan sehari - hari, misal membuat waktu tertentu untuk membalas atau memeriksa smartphone. Mengatur waktu kapan harus menggunakan smartphone atau mematikannya saat melakukan aktivitas maupun kewajiban tertentu.

2.     Cobalah untuk melakukan interaksi dengan orang – orang sekitar dalam kehidupan nyata daripada aktif secara virtual.

3. Temukan hobi baru yang tidak terlibat dalam penggunaan smartphone dengan niat melakukan perubahan. Lakukan aktivitas berat yang memerlukan konsentrasi tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk memeriksa smartphone.

4.     Carilah aktivitas di luar ruangan seperti berolah raga atau bertemu dengan teman – teman dan berkomunikasi langsung bersama mereka.  

Referensi:

Asih, A. T., & Fauziah, N. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecemasan Jauh Dari Smartphone (Nomophobia) Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 6(2), 15-20.

Dasiroh, U., Miswatun, S., Ilahi, Y. F., & Nurjannah. (2017). Fenomena Nomophobia di Kalangan MAhasiswa (Studi Deskriptif Kualitatif Mahasiswa Universitas Riau. Medium: Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Riau, 6(1), 1-10. https://doi.org/https://doi.org/10.25299/me

Hasmawati, F., Samiha, Y. T., Razzaq, A., & Anshari, M. (2020). Understanding Nomophobia Among DIgital Natives: Characteristic And Challeges. Journal of Critical Reviews, 7(13), 122-131. https://doi.org/10.31838/jcr.07.13.22

Muyana, S., & Widyastuti, D. A. (2018). The Influence of Permissive Parenting Towards Nomophobia in Elementary School Student. Proceeding of Internasional COnference on Child-Friendly Education (ICCE), 538-542.

Soliha, S. F. (2015). Tingkat Ketergantungan Pengguna MEdia Sosial dan Kecemasn Sosial. INTERAKSI: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1-10. https://doi.org/10.14710/interaksi.4.1.1-10

Wilantika, C. F. (2015). Pengaruh penggunaan Smartphone Terhadap Kesehatan Dan Perilaku Remaja. Jurnal Obstretika Scientia, 3(2).

Yildirim, C., & Correia, A. P. (2015a). Understanding Nomophobia: A Modern Age Phobia Among College Student. Springer International Publishing Switzerland, 724-734. https://doi.org/10.1007/978-3-319-20609-7-68

Yildirim, C., & Correia, A. P. (2015b). Exploring the dimensions of nomophobia: development and validation of a self-reported questionnaire. Computers in Human Behavior, 49, 130-137. doi:https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.02.059