ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 12 Juni 2024 

 

Inses Emosional:

Trauma Masa Kecil yang Tak Terlihat

Oleh:

Puspita Sandra Dewi

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara 

Pada September 2020 lalu, viral kisah seorang wanita bernama Jillian yang membagikan ceritanya di sosial media. Pasalnya, pernikahan Jillian dengan sang suami yang baru berumur 24 jam kandas, lantaran sang ibu mertua cemburu kepada suaminya yang memberikan perhatian kepada Jillian. Sang ibu mertua memberikan ultimatum kepada suami Jillian untuk memilih antara dirinya atau istrinya. Jillian sempat cekcok dan mendapat tamparan dari ibu mertuanya. Menyedihkannya lagi, suami Jillian tidak membelanya, bahkan pria itu melepas cincin pernikahan mereka dan pergi bersama ibu mertuanya meninggalkan Jillian. Kisah Jillian hanyalah sebagian kecil dari tereksposnya kasus emotional incest atau inses emosional.

Inses emosional atau inses terselubung, adalah bentuk pelecehan emosional di mana orang tua atau wali utama memperlakukan anak mereka seperti pasangan kekasih (Love, 2011). Dinamika ini melibatkan orang tua yang mengandalkan anak mereka untuk mendapatkan dukungan emosional.  Mereka memaksa atau mengharapkan seorang anak untuk berperilaku atau merasakan hal-hal yang seharusnya hanya dialami orang dewasa. Anak diminta untuk paham masalah dan perasaan orang tua. Mereka mungkin juga diminta untuk mendahulukan kebutuhan orang tua (Çimşir & Akdoğan, 2021), atau dipaksa untuk melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan emosi orang tua (Love, 2011). Dalam tulisannya, Love (2011), juga menjelaskan, orang tua yang terlibat dalam dinamika inses emosional akan merasa cemburu pada hubungan romansa anak mereka.

Inses emosional terjadi ketika orang tua tidak memiliki atau kehilangan sistem dukungan emosional mereka, yang seharusnya mereka terima dari sesama orang dewasa, seperti teman, kekasih, atau pasangan mereka (Love, 2011). Mereka mungkin merasa terisolasi atau tidak tahu bagaimana menemukan jalan keluar yang konstruktif untuk emosi sulit yang mereka rasakan. Seringkali, orang tua yang terlibat dalam dinamika ini tidak menyadari bahwa tindakan mereka akan memengaruhi anak mereka. Padahal mungkin saja mereka juga tidak bermaksud untuk menyakiti anak mereka. 

Apa dampak inses emosional pada anak? Anak akan terlibat hubungan cinta-benci kepada orang tua atau wali utama mereka; tidak paham akan kebutuhan mereka sendiri karena terbiasa mendahulukan kebutuhan orang tua; merasa tidak mampu dan rendah diri; gangguan fungsi seksual atau kecanduan seks; berperilaku kompulsif atau kecanduan; kesulitan dalam membangun hubungan asmara dengan seseorang (Adams, 2011).

Lalu, langkah-langkah apa yang dapat dilakukan seseorang untuk memulai penyembuhan dari efek inses emosional? (1) Mengakui masalah dan mencari bantuan profesional, seperti berkonsultasi dengan terapis atau konselor yang memahami dinamika keluarga; (2) belajar untuk menetapkan batasan yang sehat dengan orang tua yang bersangkutan; (3) konsumsi obat jika mengalami depresi atau kecemasan (Villines & Akers, 2022).

Berdasarkan penjabaran di atas, ada beberapa saran terhadap orang tua untuk mencegah inses emosional. Orang tua harus mengakui bahwa mereka berada dalam dinamika inses emosional; pahami faktor-faktor penyebabnya; hormati ruang dan batasan pribadi anak; bangun sistem dukungan seperti persahabatan dengan orang dewasa atau menjalin hubungan romansa; hindari memonopoli kehidupan anak, agar mereka bertanggung jawab atas kesejahteraan diri mereka sendiri (Raypole, 2022; Gupta, 2023) Akhir kata, menegaskan bahwa, inses emosional adalah hal berbahaya yang dapat memiliki efek jangka panjang pada kesehatan mental dan emosional anak. Sangat penting bagi orang tua untuk mengenali dan menghindari perilaku ini. Dengan mencari bantuan profesional dan menetapkan batasan-batasan yang sehat, maka orang tua yang terlibat dalam dinamika ini, serta anak yang menjadi korban inses emosional dapat sembuh dan menjalani kehidupan yang memuaskan.

“Anakmu, bukanlah anakmu. Mereka adalah putra-putri dari Sang Kehidupan yang merindukan dirinya sendiri.” (Kahlil Gibran).

Referensi:

Adams, K. M. (2011). Silently seduced: When parents make their children partners. Health Communications, Inc..

Çimşir, E., & Akdoğan, R. (2021). Childhood Emotional Incest Scale (CEIS): Development, validation, cross-validation, and reliability. Journal of counseling psychology68(1), 98.

Gupta, S. (2023, July 17). Understanding and healing from emotional incest. Verrywell Mind. https://www.verywellmind.com/emotional-incest-7553756.

Love, P. (2011). The emotional incest syndrome: What to do when a parent's love rules your life. Bantam.

Puspitasari, D. (2020, September 5). Gara-gara ibu mertua cemburu dengan menantu, wanita ini ditinggalkan suaminya sehari setelah nikah!. Diadona. https://www.diadona.id/d-stories/gara-gara-ibu-mertua-cemburu-dengan-menantu-wanita-ini-ditinggalkan-suaminya-sehari-setelah-nikah-20.html.

Rahmawati, Y., & Saraswati, A. (2020, September 7). Viral kisah pernikahan 24 jam, diceraikan suami karena mertua cemburu. Suara.com. https://www.suara.com/lifestyle/2020/09/07/094935/viral-kisah-pernikahan-24-jam-diceraikan-suami-karena-mertua-cemburu.

Raypole, C. (2022, June 23). How to recognize and heal from emotional incest. Healthline. https://www.healthline.com/health/emotional-incest.

Villines, Z., & Akers, R. (2022, August 24). What is emotional incest?. Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/covert-incest.