ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 11 Juni 2024
Membuka Diri pada Opsi Cinta Kasih dari Paus Fransiskus dalam Membangun Kesadaran Bekerja Sama dan Mengatasi Perang
Oleh:
Marleny Purnamasary Panis
Program Studi Psikologi, Universitas Nusa Cendana
War takes away peace from the earth;
The truth is there for you to understand the works of love,
So, let the truth save you! Living with positive morals.
~Edward Kofi Louis
Apakah pertanyaan yang sama-sama pernah ditanyakan oleh Sigmund Freud dan Albert Einstein? Keduanya ternyata sama-sama pernah bertanya: mengapa perang terjadi? Kedua ilmuwan ini bersikap negatif terhadap perang (Byles, 2003) lalu mengapa ada orang yang memilih perang? Negara-negara yang saat ini sedang berperang seringkali menemukan jalan buntu dalam bernegosiasi karena tiap pihak dan lawannya terkurung dalam situasi "tertawan." Negara-negara ini lebih memilih menghabiskan tenaga dan sumber daya membeli senjata untuk mengatasi ancaman keamanan yang sedang dihadapi (Altintas dalam Dao, 2024). Salah satu contoh kerugian akibat pemikiran berorientasi keuntungan jangka pendek ini terlihat dari dampak tidak langsung perang terhadap pengelolaan sumber daya air di Timur Tengah dimana diketahui bahwa perang terjadi ketika negara yang terlibat juga menghadapi defisit anggaran untuk memelihara dan memperbaiki infrastruktur penting yang ikut rusak dalam perang (Schillinger et al., 2022). Negara-negara yang berperang mengabaikan mediasi yang ditawarkan dunia internasional agar mereka berunding dan melakukan gencatan senjata dan mereka tidak mampu melihat imbalan jangka panjang yang diperoleh dengan mau bekerja sama (Altintas dalam Dao, 2024).
Dari sudut pandang psikoanalisa, individu yang terlibat dalam peperangan adalah seseorang yang tengah dihadapkan pada suatu objek internal untuk dihancurkan. Jika ditinjau dari pandangan Melanie Klein, perang dalam masyarakat merupakan lakon primitif. Dengan demikian, kemanusiaan perlu menemukan cara-cara yang lebih matang untuk menghadapi kebencian dan agresivitas (Byles, 2004). Jika sumber perang berasal dari internal psikis individu maka solusinya pun dapat berawal dari alam ketidaksadaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Carden, 2019) yang menyatakan bahwa penggalian untuk menemukan jati diri agar dapat menemukan cinta kasih nyatanya harus dilakukan di alam spiritual yang melibatkan perjalanan ke alam tidak sadar.
Agresivitas merupakan kecenderungan yang tidak bernilai seiring dengan berkembangnya peradaban manusia juga karena efek destruktifnya yang semakin terlihat ketika kecenderungan ini dipadukan dengan tipe-tipe kepribadian yang patologis secara sosial. Salah satu aspek untuk menggambarkan makhluk ciptaan yang disebut manusia adalah aspek perkembangannya. Dengan berkembangnya kesadaran manusia, ia mengetahui bahwa ia memiliki masa lalu dan masa depan. Kita yang akan menjadi masa lalu dari puluhan generasi mendatang perlu mulai bekerja dengan mengganti prinsip kesenangan dan agresivitas dengan prinsip kebaikan dan keindahan (Mersin & İbrahim, 2022). Paus Fransiskus mengajak semua orang di seluruh dunia untuk berdoa bagi perdamaian dan memohon anugerah persaudaraan (Mayaki, 2022). Sejumlah orang terlibat perang dengan kelompok lain dipicu oleh dorongan egois untuk mempertahankan hidup dan kelompoknya padahal jika mengetahui imbalan dari turut berkontribusi pada masyarakat yang damai dan sentosa, orang-orang yang sama diketahui dengan sukarela akan dapat diajak untuk berperilaku kooperatif (Bravetti & Padilla, 2018). Sikap negatif para ilmuwan di seluruh dunia terhadap perang saat ini pun masih sama (Pandi-Perumal et al., 2022) dan berharap agar umat manusia secara bertahap mulai meninggalkan situasi peperangan dan terhindar dari dampak-dampak patologisnya (Taylor, 2014). Sikap para ilmuwan ini sejalan dengan pendapat Paus Fransiskus dalam menentang perang ketika menyatakan bahwa perang adalah suatu kekalahan bagi kemanusiaan (Palermo, 2023). Seruan perdamaian dari Paus Fransiskus dan harapan para ilmuwan dunia ini kiranya menjadi visi akan segera terwujudnya penghentian kekerasan perang di negara-negara yang sedang berkonflik demi tercapainya budaya universal yang menghormati dan menghargai kehidupan (Beauchamp, 2023).
Referensi:
Beauchamp, Z. (2023). How to think morally about the Israel-Hamas war: Massacring civilians is neither decolonization nor self-defense. Vox. https://www.vox.com/world-politics/23911550/israel-hamas-war-gaza-palestine-leftist-democrats
Bravetti, A., & Padilla, P. (2018). An optimal strategy to solve the Prisoner’s Dilemma. Scientific Reports, 8(1), 8–13. https://doi.org/10.1038/s41598-018-20426-w
Byles, J. M. (2003). Psychoanalysis and War: The Superego and Projective Identification. Journal for the Psychoanalysis of Culture and Society, 8, 208–213. https://doi.org/DOI:10.1353/PSY.2003.0030
Carden, M. (2019). Transcending the superego: A heuristic journey exploring the relationship between the superego and spirituality. Auckland University of Technology.
Dao, Y. (2024). The Prisoner ’ s Dilemma : Real Life Application of Game Theory The Prisoner ’ s Dilemma : Real Life Application of Game Theory (Issue April). https://www.researchgate.net/publication/379815729_The_Prisoner’s_Dilemma_Real_Life_Application_of_Game_Theory
Mayaki, B. (2022). Pope in Bahrain: Prayer and fraternity are our modest but effective weapons. Vatican News. https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2022-11/pope-francis-apostolic-journey-bahrain-prayer-fraternity.html
Mersin, S., & İbrahim, Ö. (2022). Healing Mankind with Innocent Id, Strong Ego, and Compassionate Superego. Humanistic Perspective, 4(1), 164–176. https://doi.org/10.47793/hp.1011979
Palermo, A. (2023). Pope Francis’ appeals for peace in a world torn by war. Vatican News. https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2023-10/the-pope-s-appeals-for-peace-in-a-world-torn-by-war.html
Pandi-Perumal, S. R., Kumar, V. M., Pandian, N. G., de Jong, J. T., Andiappan, S., Corlateanu, A., Mahalaksmi, A. M., Chidambaram, S. B., Kumar, R. R., Ramasubramanian, C., Sivasubramaniam, S., Bjørkum, A. A., Cutajar, J. A., Berk, M., Trakht, I., Vrdoljak, A., Meira e Cruz, M., Eyre, H. A., Grønli, J., … Seeman, M. V. (2022). Scientists Against War: A Plea to World Leaders for Better Governance. Sleep and Vigilance, 6(1), 1–6. https://doi.org/10.1007/s41782-022-00198-0
Schillinger, J., Özerol, G., & Heldeweg, M. (2022). A social-ecological systems perspective on the impacts of armed conflict on water resources management: Case studies from the Middle East. Geoforum, 133(April), 101–116. https://doi.org/10.1016/j.geoforum.2022.05.001
Taylor, S. (2014). The Psychology of War Why do humans find it so difficult to live in peace? Psycchology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/out-the-darkness/201403/the-psychology-war