ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 09 Mei 2024

 

Dua Bahasa, Satu Pesan: Keunikan Publikasi Ilmiah Dwibahasa

 Oleh:

Ide Bagus Siaputra

Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Pengantar

Indonesia, yang kaya akan budaya dan sumber daya, sering menghadapi kendala dalam mendapatkan pengakuan di panggung ilmiah global, terutama karena dominasi literatur berbahasa Inggris (Amano et al., 2021; Hancı-Azizoglu, 2019). Horton (2019) juga menambahkan bahwa selain keterbatasan dalam berbahasa Inggris, kuatnya preferensi terhadap komunikasi lisan di kalangan masyarakat dan ilmuwan Indonesia juga menjadi penghalang, sehingga kurang terbiasa dan menghargai karya tulis ilmiah. Dominasi bahasa Inggris dalam dunia penelitian membuat peneliti Indonesia kesulitan terlibat dalam diskusi ilmiah internasional (R’boul, 2022). Keterbatasan dalam berbahasa Inggris juga membuat mereka sulit untuk mengakses informasi internasional dan membagikan pengetahuan lokal (Devi, et al., 2020). Akibatnya, pertukaran pengetahuan menjadi terbatas dan menghambat pengakuan terhadap kebijakan penting Indonesia di tingkat internasional.

Pada 20 November 2023, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO (2023) memberikan pengakuan terhadap bahasa Indonesia sebagai salah satu dari 10 bahasa resmi dalam sidang umum mereka. Pengakuan ini  telah memperkuat posisi bahasa Indonesia di kancah internasional. Sejak saat itu, bahasa Indonesia dapat disetarakan dengan sembilan bahasa lain dan digunakan secara resmi dalam komunikasi di UNESCO. Pengakuan ini merupakan langkah penting dalam meraih kemerdekaan dari dominasi bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (Hamel, 2007). Kemerdekaan ini merupakan kesempatan bagi bahasa Indonesia untuk mengaktualisasikan diri di panggung global (Mashoedi & Meinarno, 2024). Penting untuk diingat bahwa publikasi ilmiah seharusnya bukanlah ajang persaingan antarnegara, melainkan sebagai sarana mengupayakan kebaikan bersama (Baker, 2023). Oleh karena itu, menyikapi kemerdekaan ini dengan bijaksana adalah penting. Penyajian informasi secara dwibahasa, yakni dalam bahasa Indonesia dan Inggris, meruapak langkah yang tepat dalam mendukung kemajuan global tanpa memaksa bangsa lain untuk belajar bahasa Indonesia.

Menerbitkan artikel dwibahasa bukan hanya tentang memperkenalkan karya dalam dua bahasa, tapi juga memberdayakan peneliti lokal dan terhubung dengan komunitas ilmiah global. Ini seperti membangun jembatan untuk pertukaran ide antarbudaya. Pendekatan multibahasa dalam publikasi ilmiah adalah langkah cerdas dalam memecahkan hambatan komunikasi dan memperkaya pengetahuan global.

Secara psikologis, praktik membaca dan menulis dalam dwibahasa juga memberikan manfaat yang signifikan, tidak hanya bagi pembaca tetapi juga bagi pengarang. Paparan terhadap publikasi dwibahasa tidak hanya meningkatkan kemampuan linguistik dalam kedua bahasa tersebut, tetapi juga memperkaya kemampuan kognitif, misalnya kemampuan membaca, berpikir kritis dan daya ingat (Bialystok, 2017; Liu et al., 2021).

Mengingat pentingnya publikasi dwibahasa, Li (2022; 2023) telah mengusulkan delapan kebijakan publikasi. Kebijakan-kebijakan ini mencakup penyajian naskah lengkap dalam satu bahasa saja, penyajian naskah lengkap dalam satu bahasa dengan disertai judul dan abstrak dalam bahasa lain, penyajian naskah lengkap dalam satu bahasa dengan ringkasan terperinci dalam bahasa lain, hingga penyajian naskah lengkap dalam dua bahasa. Tiap kebijakan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Publikasi naskah lengkap dalam dua bahasa adalah solusi yang paling ideal, namun membutuhkan sumber daya paling besar. Sangatlah penting untuk merumuskan kebijakan yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Yang terpenting adalah memperbanyak jumlah jurnal yang mengadopsi pendekatan dwibahasa, setidaknya dalam penyajian judul dan abstrak, (Farahsani & Harmanto, 2021; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2021)

Penutup

Kebijakan publikasi dwibahasa, terutama menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris, juga perlu dipertimbangkan untuk buletin KPIN, sebagai terbitan berkala yang menyediakan artikel psikologi semi-populer tentang beragam aspek kehidupan.  Sekalipun demikian, mengingat tingginya produktivitas dengan sumber daya yang terbatas, solusi yang paling masuk akal adalah menyediakan judul, kata kunci, dan abstrak dalam dua bahasa. Hal ini dapat diberlakukan terutama pada naskah yang memiliki relevansi global. Melalui pendekatan "Berbeda Bahasa Namun Satu Pesan," publikasi dwibahasa tidak hanya memperkuat integrasi ilmiah global tapi juga mengembangkan ilmiah lokal, memastikan bahwa kebijakan dan inovasi penting dari Indonesia mendapat pengakuan dan apresiasi di tingkat internasional.

 

Referensi:

Amano, T., Berdejo-Espinola, V., Christie, A. P., Willott, K., Akasaka, M., Báldi, A., ... & Sutherland, W. J. (2021). Tapping into non-English-language science for the conservation of global biodiversity. PLoS Biology19(10), e3001296. DOI: https://doi.org/10.4018/978-1-5225-7772-0.ch015

Baker S. (2023). China overtakes United States on contribution to research in Nature Index. Nature, 10.1038/d41586-023-01705-7. Advance online publication. https://doi.org/10.1038/d41586-023-01705-7  

Bialystok, E. (2017). The bilingual adaptation: How minds accommodate experience. Psychological bulletin143(3), 233. DOI: https://www.doi.org/10.1037/bul0000099.

Devi, K. S., Rahmi, R., & Triasih, H. (2020). Scientific Work Dissemination in Indonesia: a Pilot Study. BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi. 41(2), 243. DOI:  https://doi.org/10.14203/j.baca.v41i2.706

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2021). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 134/E/KPT/2021 tentang Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah.

Farahsani, Y., & Harmanto, M. D. (2021). Bilingualism of Indonesian-English in Article Titles: A Case Study in Indonesian Mechanical Engineering Articles. OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra15(1), 82-98.

Hamel, R. E. (2007). The dominance of English in the international scientific periodical literature and the future of language use in science. Aila Review20(1), 53-71. DOI: https://doi.org/10.1075/aila.20.06ham

Hancı-Azizoglu, E. B. (2019). Scientific Publishing in English for Non-English-Speaking Academicians: Does Non-English Mean Unscientific in Academia?. In Vocational identity and career construction in education (pp. 278-294). IGI Global. DOI: https://doi.org/10.4018/978-1-5225-7772-0.ch015

Horton, R. (2016). Offline: Indonesia—unravelling the mystery of a nation. The Lancet387(10021), 830. DOI: https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)00544-4

Li, X. (2022). Translation-mediated bilingual publishing as a development strategy: A content analysis of the language policies of peripheral scholarly journals. Linguistica Antverpiensia, New Series–Themes in Translation Studies21. DOI:https://doi.org/10.52034/lanstts.v21i.724    

Li, X. (2023). Alternatives to English only in scholarly publishing: Emerging trends of language policies among nonAnglophone journals? Learned Publishing. DOI:  https://doi.org/10.1002/leap.1588

Liu, Q. and Liu, Z. (2021) A Review on the Relationship between Bilingualism and Working Memory. Open Journal of Modern Linguistics11, 121-134. doi: 10.4236/ojml.2021.112010.

R’boul, H. (2022). English and the Dissemination of Local Knowledges: A Problematic for South–South Dialogue. In The Routledge Handbook of Language and the Global South/s (pp. 147-157). Routledge. DOI: https://doi.org/10.4324/9781003007074-14  

Mashoedi, S. F., & Meinarno, E. A. (2024). Aku Merdeka! Pengantar untuk Aktualisasi Diri. Diunduh dari https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1497-aku-merdeka-pengantar-untuk-aktualisasi-diri

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). (2023). Recognition of Bahasa Indonesia as an official language of the General Conference of UNESCO (English). Diunduh dari https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000387388