ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 08 April 2024

Pria Berdandan?

Oleh:

Marintan Panggabean

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

Melihat pria yang menggunakan skincare, bodycare bahkan make-up di berbagai jejaring media sosial yang beredar sudah bukan menjadi sesuatu yang dianggap aneh sepenuhnya. Kegiatan ini mulai diterima dibeberapa kalangan bahkan kelompok Perempuan yang merasa terbantu dengan pria yang suka ‘menjaga diri’ ini.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berdandan memiliki arti berhias dengan menggunakan pakaian, hiasan, dan sebagainya. Berdandan biasa dilakukan oleh kaum hawa yang bertujuan untuk mencari perhatian lawan jenisnya yaitu kaum adam dengan menggunakan kosmetik dan hiasan lainnya sebagaimana dengan arti berdandan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Yunani ““kosmetik”, yang berarti “menghias”, atau “mengatur”. Kosmetik telah dikenal  dalam peradaban manusia selama berabad-abad, hingga  abad ke-19, ketika penggunaan kosmetik dilakukan baik untuk kecantikan maupun Kesehatan (Berliana, 2018).

Namun seiring dengan perubahannya zaman, berhias atau berdandan tidak lagi hanya di lakukan oleh Perempuan saja. Di zaman sekarang, dengan kecanggihan teknologi yang segalanya dapat didapatkan secara mudah dan dimana saja menyebabkan adanya perubahan, pengurangan, atau penambahan suatu hal dari zaman sebelumnya. Seperti salah satu contohnya adalah laki-laki yang mulai menyukai berdandan (Madani, 2021)

Banyak produsen-prodsen kosmetik yang berusaha mem-branding jika laki-laki berdandan itu adalah lelaki jantan dan maskulin. Banyak produk kosmetik yang namanya diubah agar terdengar ‘ramah’ jika diperdengarkan oleh lelaki yang menggunakannya seperti eyeliner menjadi guyliner atau mascara menjadi manscara dan lain sebagainya. Media massa dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya ideologi yang dianggap wajar oleh masyarakat umum. Meskipun, media massa bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi, namun memiliki peran penting dalam penyebaran informasi yang sangat cepat. Hal ini terlihat pada kepemilikan modal dan produksi media yang selalu berorientasi  pasar. Tidak hanya bertumpu pada faktor ekonomi, tetapi juga  menyentuh ranah ideologi, politik, dan kekuasaan, yang pada akhirnya berujung pada penaklukan massa (Juditha, 2020)

Dengan bantuan media massa yang canggih dizaman ini akhirnya banyak lelaki yang suka melakukan kegiatan berdandan dengan tujuan sama seperti Perempuan, untuk terlihat menarik dan menarik perhatian lawan jenisnya (Madani, 2021). Faktor lain yang membuat lelaki melakukan kegiatan berdandan ini adalah mencari uang. Mengapa? Karena dengan melakukan ‘ritual’ berdandan ini mereka dapat membuat satu video pendek atau vlog. Vlog tersebut di upload di media sosial yang mereka miliki, ditonton oleh banyak orang, dengan keuntungan akan menambah jumlah followers yang akan dimiliki oleh media sosialnya, dan berakhir sebagai content creator yang akan mendapatkan endorsement dari berbagai brand (Juditha, 2020).

Meskipun masih tetap dianggap aneh oleh sebagian besar masyarakat, terkhusus masyarakat golongan tua, pria-pria hobi berdandan ini tidak merasa terganggu dikarenakan adanya support dari followers yang dimilikinya yang menyatakan bahwa kegiatan berdandan yang dilakukannya merupakan sebuah talenta yang tidak dimiliki oleh banyak orang, bahkan wanita sekalipun, dan mendukung penuh untuk kegiatan berdandan tersebut untuk tetap dilakukan. Disamping support yang didapat dari followers, faktor lain yang tak kalah kuat adalah jumlah uang yang didaptkan dari endorsement atau lonjakan view pada setiap video yag telah di upload (Juditha, 2020).

Makeup merupakan salah satu topik vlog terpopuler, dengan total 6 juta subscriber vlog yang menampilkan konten makeup dari YouTuber pria seperti Patrick Star, James Charles, dan Jeffree Star. Sekitar 11% penontonnya adalah laki-laki dan sekitar 20% berusia di bawah 17 tahun. Video blogging tentang kosmetik bisa menjadi bisnis yang menguntungkan bagi pria. Vlogger makeup terkenal dapat menghasilkan 10.000 poundsterling (sekitar Rp.189 juta)  sebulan  dari pelanggan YouTube saja. Dan banyak vlog juga mempromosikan riasan  dan pakaian mereka. Perusahaan kosmetik juga akan tertarik untuk menampilkan produk mereka dalam video tersebut, baik dengan menawarkan produk gratis kepada vlogger atau melalui perjanjian formal dengan vlogger. Dengan cara  ini, ulasan tata rias akan lebih menguntungkan perusahaan kosmetik jika perusahaan  produk unggulan mendanai video tersebut (The Conversation, 2018).

Referensi:

Berliana, N. (2018). Pemakaian Kosmetik Terhadap Kepercayaan Diri Remaja Puteri.

Juditha, C. (2020). Gender dan Seksualitas dalam Konstruksi Media Massa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Makassar, 9.

Madani, T. L. (2021). Representasi Gaya Hidup Pria Metroseksual dalam akun Instagram @bramastavrl.

The Conversation. (2018). Life Section. https://theconversation.com/id.