ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 08 April 2024

 

Bahaya Social Loafing dan Dampaknya terhadap Psikologis

Oleh :

Muhammad Ali Murthadha

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Social loafing

Pada hakikatnya, setiap manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok, baik dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan bermasyarakat (Darmawan & Baskoro, 2020). Salah satu ciri yang sering dijumpai dalam kelompok adalah pembagian tugas. pembagian tugas dalam kelompok memandu setiap anggota untuk mencapai tujuan kelompok, oleh karena itu setiap anggota kelompok seharusnya mengerjakan bagian pekerjaannya masing-masing. Kinerja kelompok yang efektif dapat dicapai bila setiap anggota kelompok mampu bekerja sama dan memenuhi tanggung jawabnya masing-masing (Wahyuni, dkk, 2022). Namun, dalam beberapa kasus, tidak semua anggota memberikan kontribusi sebagaimana mestinya. Beberapa anggota malah bertindak pasif, tidak memberikan kontribusi sebagaimana mestinya, misalnya ketika sebuah kelompok diberikan suatu tugas, ada beberapa anggota kelompok yang kurang memberikan kontribusi atau tidak sama sekali. Biasanya, Mereka cenderung menghindari tanggung jawab dengan berbagai macam alasan. Perilaku seperti itu dinamakan dengan social loafing. Menurut Stark et al. (2007), Social loafing mengacu pada kecenderungan seseorang untuk melakukan lebih sedikit kontribusi saat bekerja dalam kelompok daripada saat bekerja sendiri.

Perilaku social loafing cukup berbahaya karena menurut Brooks dan Ammons (2003) menjelaskan bahwa salah satu efek buruk dari social loafing adalah penurunan kinerja kelompok. Menurut Aminah (2017) menjelaskan juga bahwa social loafing sangat merugikan dan berdampak dalam kelompok ketika semua anggota harus memberikan kontribusi untuk menghasilkan output kelompok. Tidak hanya akan mengurangi sumbangan satu individu, tetapi juga akan merusak lingkungan kerja karena dapat mengurangi motivasi anggota staf lainnya. Selain itu, ternyata social loafing juga memiliki dampak psikologis terhadap individu yang melakukannya, yaitu:

Penurunan Rasa Kebermaknaan dalam Pekerjaan

Mereka yang mengalami social loafing sering merasa kurang terlibat dalam pekerjaan mereka dan mungkin merasa kontribusi yang mereka berikan tidak penting atau tidak dihargai. Akibatnya, mereka mungkin merasa tidak bermakna dalam pekerjaan mereka, yang merupakan komponen psikologis yang sangat penting untuk kepuasan kerja seseorang.

Rasa Bersalah dan Malu

Awalnya mungkin terasa 'enteng' untuk menghindari beban kerja. Tetapi, lama-kelamaan individu yang melakukan social loafing bisa mengalami perasaan bersalah atau malu, terutama jika mereka menyadari bahwa rekan-rekan mereka menanggung beban lebih berat karena kelalaian mereka. Perasaan ini dapat meningkat jika kelompok secara eksplisit mengakui kontribusi yang tidak seimbang.

Pengurangan Keterampilan Kolaboratif

Orang yang terbiasa melakukan social loafing mungkin kehilangan kemampuan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik dalam kelompok. Keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan dalam pekerjaan kelompok dan pengembangan karier jangka panjang.

Penurunan Harga Diri

Ketika seseorang menyadari bahwa mereka tidak memberikan kontribusi yang cukup atau ketika seseorang dikritik oleh rekan kerja karena sikap tidak peduli mereka, ini dapat memperburuk perasaan mereka bahwa mereka tidak bertanggung jawab atau tidak mampu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Hal tersebut dapat menurunkan harga diri mereka.

Isolasi Sosial

Perilaku social loafing dapat menyebabkan individu yang melakukannya terisolasi dalam lingkungan sosial. Rekan-rekan mereka mungkin kurang memilih untuk bekerjasama atau berkolaborasi dengan individu yang melakukan social loafing atau bahkan menghindari interaksi dengannya, yang berdampak pada jaringan profesional dan dukungan sosial mereka.

Referensi:

Aminah, S. (2017). Fenomena Social loafing dalam Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Binaan PMI, Studi Fenomenologi dalam Praktek Pengembangan Masyarakat. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan, 1(1), 123-138. https://doi.org/10.14421/jpm.2017.011-07

Brooks, C. & Ammons, J. 2003. Free Riding In Group Projects and The Affects of Timing, Frequency, and Specificity of Criteria in Peer Assessments.  Journal of Education for Business, 78(5), 268-272. https://doi.org/10.1080/08832320309598613

Darmawan, Z. S. &  Baskoro, A. P. (2020). Analisis Perilaku Kelompok Dalam Organisasi Forum Anti Fitnah dan Hoax (FAFHH). Jurnal Ilmu Komunikasi, 7(1), 81-91. https://doi.org/10.31294/kom.v7i1.8610

Stark, E. M., Shaw, J. D., & Duffy, M. K. (2007). Preference for group work, winning orientation, and social loafing behaviour in groups. Group and Organizational Management, 32(2), 699-723. http://dx.doi.org/10.1177/1059601106291130

 

Wahyuni, S., Arfah, T., Rustham, A. T., & Soharto, P. C. (2022). Social loafing On Empoyees: The Influences of Individual Level and Group Level Factors. Jurnal Manajemen Bisnis, 9(1), 196-203. https://doi.org/10.33096/jmb.v9i1.135