ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 08 April 2024

 

Pancadharma Jiwa Berjaya: Strategi Memperkuat Pemahaman Diri Melalui Ajaran Kawruh Jiwa Mawas Diri Suryomentaram­

Oleh:

Umar Abdul Aziz Susilo Rahmat Wibowo

Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada

Di era kehidupan yang serba modern ini, generasi muda tidak hanya dituntut untuk mengejar pencapaian yang berkaitan dengan karir atau prestasi. Lebih dari itu, mereka juga dituntut untuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan, mengembangkan keterampilan, dan memahami diri mereka lebih dalam. Di tengah banyaknya tuntutan tersebut, konsep self-exploration, yang melibatkan penggalian yang mendalam terhadap aspek-aspek diri yang belum terungkap, menjadi semakin penting. Self-exploration, atau eksplorasi diri, merujuk pada proses aktif serta sadar di mana seseorang individu secara intensif mengeksplorasi berbagai aspek dari dirinya sendiri dengan melibatkan refleksi yang mendalam, introspeksi, dan penelusuran terhadap identitas, nilai-nilai, kekuatan, kelemahan, dan minat (Park, 2021). Ventres (2019), mengungkapkan bahwa tujuan dari self-exploration adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang siapa kita, apa yang kita inginkan dalam hidup, dan bagaimana kita ingin berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. ­­­

Terdapat salah satu ajaran ala Nusantara yang dapat dijadikan panduan dalam proses eksplorasi dan memahami diri bagi individu. Ajaran tersebut adalah kawruh jiwa mawas diri karya Ki Ageng Suryomentaram. Ajaran ini, berakar dari budaya Jawa, menekankan pentingnya kesadaran diri dalam menjaga keseimbangan jiwa dengan memanfaatkan "rasa" sebagai landasan awal kesadaran untuk pemahaman diri (Kholik & Himam, 2015). Dengan memahami rasa tersebut, manusia dapat meningkatkan kesadaran diri untuk memahami dirinya sendiri (Finayanti, Hidayah & Atmoko, 2019). Untuk melatih kemampuan ini, ajaran kawruh jiwa menghadirkan sebuah teknik yang disebut mawas diri. Finayanti (2019), mengungkapkan bahwa mawas diri dapat menjadi jalan yang benar dalam proses eksplorasi menuju pemahaman, pengarahan, serta akhirnya penyadaran diri. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan panduan dalam mencari pemahaman yang menyeluruh dan tepat terkait diri sendiri, Panca Wijaya Sejati hadir sebagai pedoman yang mengacu pada kajian mendalam tentang ajaran kawruh jiwa mawas diri.

Kawruh Jiwa Mawas Diri Suryomentaram

Kawruh jiwa atau kawruh begja memiliki arti pengetahuan yang dalam tentang jiwa atau dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang diri yang berujung pada rasa bahagia yang bebas, tidak bergantung pada tempat, waktu, dan keadaan (Waringah, 2022).  Dalam kawruh jiwa, Suryomentaram mengungkapkan konsep mawas diri, yaitu bagaimana individu berinteraksi, menganalisis, serta merefleksikan lingkungan di sekitarnya. Mawas diri seringkali dikaitkan dengan bagaimana manusia melakukan evaluasi, introspeksi, serta eksplorasi untuk mencapai pemahaman diri (Finayanti, 2019).

Mawas Diri sebagai Upaya Memaksimalkan Pemahaman Diri

Pancadharma Jiwa Berjaya merupakan serangkaian langkah yang berdasar pada ajaran kawruh jiwa mawas diri untuk dijadikan pedoman dalam perjalanan pemahaman diri. Kata "Pancadharma" merupakan gabungan dari kata "Panca" yang berarti lima dan kata "Dharma" yang mencerminkan prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang dipegang individu. "Jiwa" mengacu pada inti atau esensi dari individu, yang mencakup aspek-aspek seperti emosi, pikiran, dan nilai-nilai yang membentuk identitas mereka. "Berjaya" menggambarkan pencapaian yang gemilang atau keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan hidup dan nilai-nilai yang dipegang individu untuk mencapai pemahaman yang autentik tentang diri sendiri. Adapun rincian Strategi Pancadharma Jiwa Berjaya adalah sebagai berikut:

Rahajati: Mengenali dan memahami prinsip dasar dalam kawruh jiwa sebagai landasan memahami diri. Prinsip dasar ajaran kawruh jiwa merupakan metode pendekatan yang berfokus pada penanaman sikap mawas diri melalui cara pengawikan pribadi, yang mencakup dua dimensi: interpersonal dan intrapersonal (Kamal & Wahyuningrum, 2019). Pengawikan pribadi membantu individu mendalami dan mencari rasa-nya sendiri, serta memahami dan merasakan emosi orang lain. Dengan menyelidiki aspek-aspek emosi, pikiran, dan motivasi yang mempengaruhi tindakan serta persepsi individu terhadap diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya.

Adiluhung: Menerapkan prinsip-prinsip moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kesadaran akan nilai-nilai yang mendukung pemahaman diri. Setyani (2019), mengatakan bahwa dalam ajaran kawruh jiwa, prinsip-prinsip moral dan etika sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya, dengan menghargai dan menghormati orang lain, kita dapat menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung proses eksplorasi diri.

Wirama: Mengembangkan sikap positif terhadap hidup dan menerima diri sendiri dengan apa adanya. Dalam ajaran kawruh jiwa, sikap positif terhadap hidup dipandang sebagai landasan penting untuk mencapai pemahaman jiwa (Kholik & Himam, 2015). Hal ini melibatkan pengakuan dan penerimaan terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan, baik suka maupun duka, serta upaya untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapinya. Sementara itu, menerima diri sendiri dengan apa adanya menekankan pentingnya mengenali dan menerima kelebihan serta kekurangan diri sendiri tanpa merasa rendah diri atau terlalu bangga.

Dharmajnana: Melakukan refleksi berdasarkan pembelajaran dari pengalaman dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri. Dalam ajaran kawruh jiwa, refleksi dan pemahaman diri sendiri dihubungkan dengan konsep "ngelmu" atau pengetahuan (Kholik & Himam, 2015). Ngelmu tidak hanya merujuk pada pengetahuan akademis, tetapi juga pada pengetahuan tentang diri sendiri dan kehidupan. Kesadaran yang mendalam tentang diri sendiri adalah kunci untuk mencapai pemahaman diri yang lebih tinggi. Dengan memahami diri sendiri, seseorang dapat mengenali kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta memahami bagaimana cara mengelola emosi dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang.

Tapabrata: Disiplin dalam praktik spiritual atau pengembangan diri. Disiplin spiritual dalam Kawruh Jiwa dapat didefinisikan sebagai praktik yang membawa individu kepada kesadaran lebih dalam terhadap diri sendiri, serta membangun hubungan yang lebih dalam dengan Allah, atau sumber keagungan yang disebut dengan berbagai nama di berbagai agama (Nawawi et al., 2019). Praktik ini dapat membantu individu dalam meningkatkan kesadaran terhadap pemahaman diri, melalui berbagai cara seperti: Membangun kesadaran terhadap pentingnya perilaku berbagi, bersyukur, dan berdoa.

Dengan demikian, kesimpulan paparan diatas menegaskan bahwa keterampilan mengeksplorasi dan memahami diri merupakan sebuah kunci penting bagi generasi muda untuk menghadapi berbagai macam tuntutan di masa depan. Dengan memahami nilai-nilai, kekuatan, dan kelemahan diri, mereka tidak hanya terbantu untuk mengidentifikasi potensi dan tujuan hidup, melainkan juga mempermudah proses dalam menghadapi tantangan dan membangun hubungan yang lebih bermakna dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, besar harapan strategi Pancadharma Jiwa Berjaya yang dibuat berdasarkan ajaran kawruh jiwa mawas diri dapat menjadi pedoman yang relevan bagi generasi muda dalam memaksimalkan pemahaman diri mereka untuk mencapai keberhasilan dan kesejahteraan di masa depan. Dengan mengikuti langkah-langkah dalam strategi ini, generasi muda diharapkan dapat memperkuat fondasi diri mereka, mengembangkan potensi maksimal, dan menjalani kehidupan yang bermakna serta memuaskan.

Referensi:

Finayanti, J., Hidayah, N. & Atmoko, A. (2019). Teknik ngudari reribed untuk mengarahkan meaning of life. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 4(3), 274. https://doi.org/10.17977/jptpp.v4i3.12041.

Finayanti, J. (2019). Teknik mawas diri dalam konseling kawruh jiwa sebagai alternatif pelaksanaan konseling. Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling), 3(1),  56–61.

Kamal, F. & Wahyuningrum, Z.I. (2019). Aktualisasi ajaran Ki Ageng suryomentaram sebagai basis pendidikan karakter. Jurnal PANCAR, 1(2).

Kholik, A., & Himam, F. (2015). Konsep psikoterapi Kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 1(2), 120-134.

Nawawi, A. M., Hannase, M., & Safei, A. (2019). Tasawuf Qurani Jawi Ki Ageng suryomentaram studi kawruh jiwa. Mumtaz: Jurnal Ilmu Al-Quran Dan Keislaman, 2(2), 177–218. https://doi.org/10.36671/mumtaz.v2i2.24

Park, S. M. (2021). Finding Out Who You Are: A Self-exploration view of education. Social Science Research Network. https://doi.org/10.2139/ssrn.3861678

Setyani, T.I. (2019). Rasasih as the basic guide for human relations in kawruh pamomong manuscript. Proceeding of the International Conference on Literature, 1(1), 899–905. https://doi.org/10.24815/.v1i1.14861.

Ventres, W. (2019). Facilitating critical Self-Exploration by global health students. AMA Journal of Ethics, 21(9), E749-758. https://doi.org/10.1001/amajethics.2019.749

Waringah, S. (2022, May 30). Session 14: PSI201208 Kawruh Jiwa Suryomentaram, Teori Kepribadian Berorientasi Kearifan Lokal [Course Presentation]. Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.