ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 07 April 2024

 

“Kerja? Jangan serius-serius amat!”: Pentingnya Humor di Lingkungan Kerja

Oleh:

Elizsara Maensa Riadame Sitompul

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Dalam dunia kerja yang kompetitif dan penuh dengan tuntutan, ‘tak jarang kita diberikan nasihat untuk tidak telalu serius dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Meskipun sedikit kontradiktif dengan apa yang diharapkan perusahaan kepada karyawannya, pandangan tersebut didukung oleh berbagai penelitian psikologi yang turut menyoroti pentingnya humor dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Pentingnya humor di lingkup pekerjaan dalam kaitannya dengan kesejahteraan psikologis karyawan, nyatanya didukung oleh para manajer di perusahaan. Selama beberapa dekade terakhir, manajer menunjukkan ketertarikannya dalam pemanfaatan humor untuk memaksimalkan keseimbangan dan produktivitas karyawan yang tentu saja akan membawa dampak yang positif bagi perusahaan (Westwood & Johnston, 2013).

Mengapa humor dikatakan penting? Humor dipandang sebagai suatu fenomena psikologi yang positif dalam konteks organisasional di mana dapat meningkatkan hubungan interpersonal antara karyawan dan organisasi (Satria, 2020). Selain itu, studi menunjukkan bahwa pelibatan humor dalam dunia kerja berdampak positif pada psikologis karyawan. Penelitian yang dilakukan Mesmer-Magnus dan Glew (2012) menemukan adanya korelasi positif antara humor terhadap kesehatan karyawan (seperti burnout), aktivitas pekerjaan (seperti kinerja, kepuasan kerja, dan penarikan diri), serta dapat meminimalisir efek buruk stres di tempat kerja. 

Apa-apa saja bentuk humor? Martin dan Ford (2018) membagi humor dalam empat kategori, yakni performance humor, jokes, spontaneous conversational humor, dan unintentional humor. Performance humor (pertunjukkan humor) mencakup hal-hal seperti komedi situasi komedi (sit-com) di televisi, komedi stand-up, buku dan film komedi, di mana seseorang memproduksi humor sebagai bagian dari suatu pertunjukkan (berakting). Jokes (candaan) dilakukan dalam percakapan sehari-hari di mana penceritaannya merupakan kisah pendek dan lucu, yang terkadang disebut dengan “canned jokes” atau biasa kita kenal sebagai “candaan kaleng”. Spontaneous conversational humor (candaan spontan sehari-hari) menekankan pada suatu konteks dari pada lelucon (jokes) yang mana isyarat non-verbal berperan penting dalam penyampaian candaan dan sering kali dinilai ambigu dibandingkan dengan kategori lelucon sebelumnya. Yang terakhir adalah unintentional humor (candaan yang tidak disengaja), kategori ini terbagi dalam 2 bentuk, yakni fisik (mencakup insiden kecil, seperti: terpeleset dan tertumpah minuman) dan bahasa (seperti: kesalahan eja, kesalahan pengucapan, kesalahan logika, maupun kata-kata ambigu yang memiliki makna ganda yang lucu). Dari ke-empat bentuk tersebut, tentu saja ketiga katergori candaan terakhir yang paling sering dijumpai dalam setting pekerjaan.

Sampai saat ini, studi yang menyatakan humor memiliki dampak negatif terhadap keadaan psikologis seseorang sangatlah minim. Kendati demikian, humor termasuk kedalam fenomena subjektif dan kontekstual yang dapat diinterpretasikan secara berbeda pada tiap individu. Penempatan humor yang tidak tepat dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang yang berakibat pada menurunnya kinerja karyawan (Jalal & Safrizal 2023). Humor yang tidak pantas untuk dilontarkan, baik dalam lingkup pekerjaan maupun di luarnya, seperti padanan kata yang merendahkan individu atau kelompok tertentu yang berbeda dengan kita, baik secara gender, suku, agama, ras (Martin & Ford, 2018). Secara keseluruhan, penggunaan humor dalam lingkup pekerjaan tidak hanya sekedar hiburan, tetapi juga merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis karyawan, menurunkan stres, dan memperkuat hubungan interpersonal pada tiap anggota. Penting bagi organisasi untuk mempromosikan penggunaan humor yang positif, serta memberikan pelatihan kepada karyawan tentang pemanfaatan humor di tengah-tengah rutinitas pekerjaan secara arif dan bijaksana. Dengan demikian, humor dapat digunakan sebagai suatu cara yang baik untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan menyenangkan bagi karyawan maupun eksekutif perusahaan

Referensi:

Jalal, A. & Safrizal,  H. B. A. (2023). Implikasi humor dan kepuasan karyawan terhadap kinerja UMKM di Indonesia: Studi literatur. Jurnal Jumbiwira, 2(2), 54-68.

Martin, R. A. & Ford, T. E. (2018). The psychology of humor: An integrative approach (2nd ed.). Academic Press.

Mesmer-Magnus, J. & Glew, D. J. (2012). A meta-analysis of positive humor in the workolace. Journal of Managerial Psychology, 27(2), 155-190.

Satria, D. G. (2020). Hubungan antara sense of humor dengan kemampuan interpersonal karyawan PT. Unicam Indonesia. Acta Psychologia, 2(1), 49-54.

Westwood, R. I. & Johnston, A. (2013). Humor in organization: From function to resistance. Humor–International Journal of Humor Research, 26(2), 219-247. https://doi.org/10.1515/humor-2013-0024