ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 07 April 2024
Single? Tidak Masalah!
Nehemia Simanjuntak
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Fenomena dari individu yang tidak memiliki pasangan atau single dinilai cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut. Istilah seperti “jomblo dari lahir” atau mungkin istilah “jodoh aku belum lahir”, merupakan istilah yang tidak jarang digunakan oleh anak-anak muda masa kini. Kedua istilah tersebut merupakan contoh nyata bahwa pada kenyataannya masih banyak individu-individu yang tidak memiliki pasangan atau single. Penelitian Koropeckjy-Cox (2009, dalam Santrock, 2011) menjelaskan bahwa ketika individu dewasa awal tidak menjalin hubungan romantis, mereka akan dinilai memiliki masalah dalam membentuk hubungan dengan orang lain, dinilai sebagai sosok yang kesepian, dan akan menemukan berbagai rintangan ketika berada pada masyarakat yang memang berorientasi pada pernikahan. Maka dari itu, tidak jarang individu lajang akan merasa tertekan karena tidak mendapatkan penerimaan dari lingkungan sekitarnya. Artikel ini akan membahas tipe-tipe individu lajang dan cara mengatasi rasa hampa sebagai lajang.
Stein (1981, dalam Nijole, 2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe dari individu yang tidak menjalin hubungan romantis, sebagai berikut:
Voluntary temporary singles: Individu dengan tipe ini adalah individu yang terbuka untuk istilah “pernikahan” tetapi mencari pasangan merupakan prioritas terendah dibandingkan dengan pendidikan, karir, kehidupan sosial, maupun pengembangan diri.
Voluntary stable singles: Individu dengan tipe ini adalah individu yang memilih untuk tidak pernah berada di hubungan pernikahan, atau dengan kata lain tidak berniat untuk menikah.
Involuntary temporary singles: Individu dengan tipe ini adalah individu yang memiliki keinginan untuk menikah dan secara aktif berusaha untuk mencari pasangan.
Involuntary stable singles: Individu dengan tipe ini adalah individu yang belum pernah menikah namun tetap berkeinginan untuk menikah dan merasa belum menemukan pasangan yang cocok, namun individu dengan tipe ini sudah dapat menerima status lajang sebagai status yang permanen.
Setiap individu single dapat mengalami perasaan hampa atau kesepian. Namun dari macam tipe di atas, diketahui bahwa individu yang memiliki tipe involuntary singles (temporary dan stable) yang paling cenderung merasakan perasaan yang hampa dan merasa tidak memiliki pengalaman yang berarti dalam hidupnya (Himawan, Bambling, & Edirippulige, 2018). Maka dari itu, penting bagi setiap individu dengan tipe tersebut dapat mengatasi keadaan hampa tersebut. Lantas bagaimana cara yang tepat untuk individu tersebut dapat mengisi rasa hampa dan menolak stigma negatif yang diterimanya? Penelitian menurut Agustin (2018) menegaskan bahwa penting bagi setiap individu memiliki self acceptance ketika sedang tidak menjalin hubungan romantis, dikarenakan dengan status individu yang masih lajang akan lebih rentan memiliki persepsi yang buruk terhadap dirinya sendiri, terkhususnya pada perempuan lajang. Penerimaan diri yang dimiliki oleh individu yang tidak menjalin hubungan romantis akan berdampak pada kondisi dimana ia mampu menyadari bahwa dirinya memiliki nilai dan keuntungan ketika menjadi seorang lajang (Band-Winterstein, & Manchik-Rimon, 2014). Individu yang juga menerima dirinya atau dinilai mampu menerima status lajangnya akan berusaha lebih menikmati hidupnya, walau tidak sedang menjalin hubungan romantis dan mereka tidak akan menyesali apapun kondisi yang saat ini sedang dijalani (Magdalena, 2016). Maka dari itu, penting bagi kamu untuk dapat menerima diri sendiri terkhususnya bagi individu dewasa awal yang saat ini sedang tidak berada dalam hubungan romantis. Jadi, sejauh ini apakah kamu sudah bisa menerima diri sendiri walaupun sedang berstatus single (lajang)?
Referensi:
Agustin, P. T. (2018). Hubungan antara self acceptance dengan loneliness pada perempuan lajang di Surabaya (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945).
Band-Winterstein, T., & Manchik-Rimon, C. (2014). The experience of being an old never-married single: A life course perspective. The International Journal of Aging and Human Development, 78(4), 379-401. https://doi.org/10.2190/AG.78.4.d
Koropeckyj-Cox, T. (2009). Singlehood. In D. Carr (Ed.), Encyclopedia of the life course and human development. Boston: Gale Cengage.
Magdalena, Hanna Christina (0733037) (2016) Studi Deskriptif Mengenai Psychological Well-Being pada Perempuan Lajang Usia Dewasa Madya di Gereja "X" Kota Bandung. Undergraduate thesis, Universitas Kristen.
Nijole, V. (2002). Marriage and Families-changes, choices and Constraints (8th ed).
Santrock, J. W. (2011). Life-span development (13th ed). Mike Sugarman. http://hdr.undp.org/en/data .