SSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 03  Februari 2024

 

Kepatutan Diri Dimulai dari Nilai Pribadi

 

Oleh:

Sri Fatmawati Mashoedi & Eko A Meinarno

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan apa yang menjadi fondasi dasar dalam bertingkah laku. Terdapat fondasi yang merupakan dorongan internal untuk merasakan, berpikir, dan bertingkah laku terus-menerus yang biasa kita kenal dalam istilah psikologi adalah motivasi (King, 2017).

 

Namun, perlu diingat, manusia yang bebas termotivasi dan bertingkah laku juga kerap mendapat “dorongan” lain yang membuat individu tidak serta-merta melakukan sesuatu, atau tingkah laku manusia dapat termanifestasi berbeda antarorang. “Dorongan” lain itu dapat “mengatur” dan menjadi panduan tiap individu dalam bertingkah laku. Hal tersebut adalah nilai. Apa itu “nilai” dan mengapa dapat mengatur individu dalam bertingkah laku?

 

Definisi Nilai

Psikologi melihat nilai adalah sebuah proses kognitif yang diinternalisasi sebagai panduan individu untuk menanamkan prinsip mengenai hal baik dan buruk (nilai moral), hal apa yang menjadi prioritas (kepentingan pribadi atau kelompok), serta bagaimana individu membuat makna dari sesuatu (seperti mempercayai atau menolak). Umumnya, nilai dianalisis dari bagaimana hal tersebut tumbuh dalam sebuah kelompok sosial, sebab nilai terbentuk dari proses pemahaman yang diamini bersama mengenai norma, prioritas, pedoman, serta hal-hal yang dianggap benar dan salah bagi kelompok sosial (Oyserman, 2015). Misalnya, kita dapat melihat budaya tertentu memiliki pemahaman akan benar dan salahnya sendiri. Atau, tidak perlu jauh-jauh, di tempat tinggal kita maupun di tempat kerja juga terdapat nilai yang dianut oleh anggotanya.

 

Nilai mencakup dasar moral dan etika. Cara individu berperilaku dapat menggambarkan bagaimana dirinya menanamkan nilai (Riastianty, 2023). Nilai menjadi hal yang penting sebagai acuan dalam kehidupan sosial mengenai apa yang dikehendaki dan tidak dikehendaki (Meinarno, Widianto, Halida, 2011, 2015; Meinarno, 2021; Oktaviyanti et al., 2016). Nilai pun perlu ditanamkan sejak dini sebagai bentuk pengindahan perilaku (Oktaviyanti et al., 2016). Nilai diperoleh dari proses sosialisasi (Oyserman, 2015) sehingga dapat dikatakan pula bahwa nilai pribadi yang kita pegang sekarang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman pribadi kita dalam penanaman nilai tersebut, misalnya dipengaruhi nilai keluarga (Oyserman, 2015), sekolah (Ilham, 2019), dan lainnya.

 

Fungsi Nilai

Rokeach (1973) menjabarkan bahwa nilai memiliki fungsi-fungsi penting untuk kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:

 

Nilai berfungsi sebagai standar

Nilai berisi hal yang dianggap baik dan dianggap buruk. Oleh karena itu, nilai dapat menjadi standar bagi individu dalam melihat sisi yang diterima oleh dirinya dan memengaruhi pilihannya sebab terdapat standar tertentu dari nilai yang ditaati.

 

Nilai berfungsi sebagai rencana umum

Nilai dapat menjadi rencana umum dalam penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan, sebab nilai yang berisikan aturan yang disetujui bersama dapat menjadi acuan dalam menghadirkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi.

 

Nilai berfungsi motivasional

Sebagai hal yang menjadi panduan dalam bertingkah laku, individu dapat menjadikan nilai sebagai “dorongan” untuk dirinya melakukan hal yang sesuai dengan nilai yang dipercayai, termasuk dalam mempertahankan dan meningkatkan self-esteem.

 

Nilai berfungsi penyesuaian

Isi dari nilai dapat terkait dengan bagaimana individu memilih bertingkah laku sesuai nilai yang ia ikuti dan di sinilah bentuk penyesuaian dapat terjadi, sebab individu akan memilih nilai yang dapat dipertahankan secara sosial maupun personal.

 

Nilai berfungsi ego-defensive

Nilai membantu proses rasionalisasi, menjaga ego tiap individu, sebab adanya nilai yang dipahami membuat individu dapat mengatur dirinya dan mengatur reaksi serta penerimaan pada suatu hal yang dihadapi.

 

Nilai berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri

Nilai membuat individu mencari pengetahuan mengenai nilai dan alasan mengapa ia memilih suatu nilai ketimbang nilai lainnya, membentuk persepsi dan keyakinan, yang nantinya membantu individu kompeten dan konsisten dalam bersikap.

 

Nilai dan Tingkah Laku

Melihat nilai berperan sebagai acuan yang diinternalisasikan, tingkah laku menjadi hal yang “terlihat” dari bagaimana individu menghayati nilai tersebut. Nilai yang dipahami secara pribadi merepresentasi aspek kognitif serta afektif yang nantinya membentuk preferensi individu untuk mencapai sesuatu lewat tingkah laku (Feist et al., 2018; Meinarno, 2021).

 

Nilai terus berkembang dan diinternalisasi sesuai pribadi masing-masing dan dipengaruhi oleh gender, kelas sosial, suku bangsa, dan variabel sosio-demografi lain. Nilai pribadi membentuk makna untuk sebuah aksi, menyertai motivasi, dan penting untuk mendefinisikan diri. Nilai pribadi pun menjadi akar bagi individu dalam menentukan posisi dan pilihan dalam kehidupan sosial (Hitlin & Piliavin, 2004).

 

Sebagai gambaran, individu yang tumbuh dalam nilai keluarga yang menjunjung tinggi kebaikan serta berbagi dan selalu mendapat hal positif dari perwujudan nilai tersebut akan terbiasa untuk menginternalisasi dan menunjukkan tingkah laku yang penuh kebaikan dan berbagi. Atau, individu yang selalu lekat dengan penanaman nilai agama baik di lingkungan keluarga, sekolah, sampai lingkungan ketika dirinya dewasa masih menanamkan nilai yang sama membuat individu melaksanakan kegiatan yang dipandang baik oleh nilai agamanya.

 

Nilai membentuk pandangan individu mengenai dirinya (konsep diri) dan juga relasinya dengan orang lain. Individu akan melihat mana yang menjadi prioritasnya dan mana yang “berharga” untuk dirinya sesuai nilai yang dipahami. Untuk itu, individu dengan nilai yang kuat dan konsep diri yang sudah sangat terbentuk kerap dapat resisten atau sulit menerima adanya perubahan atau distorsi dari nilainya (Russo et al., 2020; Feist et al., 2018). Individu yang melihat adanya tingkah laku menyimpang dari orang lain mungkin sadar tidak sadar langsung mengaitkan dengan nilai apakah yang menuntun orang tersebut dalam berperilaku? (Oyserman, 2015). Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa individu dapat “berubah” atau melakukan suatu tingkah laku apabila tingkah laku tersebut dianggap baik dan diterima oleh nilai-nilai masyarakat luas (Kassin et al., 2017).

 

Pada dasarnya, nilai sebagai panduan dalam bertingkah laku menjadikan individu dapat mengaktualisasikan kemampuan dan menentukan cara yang sesuai dengan nilai pribadi untuk membuat hidupnya bermakna (Oyserman, 2015).

 

Modal Nilai Pribadi dari Nilai Nasional

Melihat nilai menjadi pedoman dalam aktualisasi tingkah laku dan berkaitan dengan lingkup sosial, individu perlu modal nilai agar mencapai kesejahteraan bersama. Sebagai warga negara Indonesia, nilai nasional yang kita pegang bersama adalah Pancasila (Meinarno, 2017; 2021), yang selanjutnya perlu diwujudkan dalam tingkah laku (Santoso, 1978[1979]).

 

Nilai nasional adalah identifikasi penerimaan gagasan mengenai apa yang tepat, sesuai harapan dan baik disertai lawannya (tidak benar, tidak tepat, tidak sesuai harapan dan salah) berdasar Pancasila yang diukur dalam lima dimensi religio-toleransi, kemanusiaan (humanitas), patriotisme-persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial (Meinarno, 2017). Nilai nasional ini pun menjadi sebuah sistem yang menyelaraskan kehidupan bermasyarakat untuk saling berbuat baik dan menghargai sesamasehingga diharapkan penanaman nilai ini pada tiap masyarakat di dalamnya mampu menjaga eksistensi bangsa Indonesia itu sendiri (Sari & Najicha, 2022).

 

Diketahui penerapan nilai nasional terbukti mampu mendorong tiap individu untuk berperilaku prososial (Hariyanto et al., 2021). Hasil penelitian Mashoedi dan Meinarno menunjukkan semakin tinggi nilai nasional individu maka rasa kewargaannya ikut tinggi, secara khusus hubungan terkuat muncul dari nilai keadilan sosial dan terhadap kewargaan. Riset lainnya menegaskan bahwa nilai nasional tidak mendukung hal-hal negatif seperti prasangka. Hal ini ditunjukkan dengan temuan empirik bahwa semua nilai nasional berhubungan negatif dengan prasangka (Radista & Meinarno, 2022). Dengan demikian, penting untuk tiap individu menginternalisasi nilai nasional ke dalam nilai pribadinya untuk pengimpelementasian tingkah laku yang sesuai masyarakatnya.

 

Penutup

Tiap individu memiliki nilai atau pemahaman akan suatu prinsip baik secara pribadi maupun berdasarkan lingkup sosial. Sebab nilai sebagai prinsip yang diyakini secara kognitif mampu mengatur manifestasinya dalam tingkah laku individu. Nilai pribadi kerap terkait dengan apa yang dipersepsikan dari sosial dan sosial juga butuh kesepakatan nilai untuk menjadikan kehidupan yang harmonis.

 

Referensi:

 

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. (2018). Theories of Personality (9th Ed.). New York: McGraw-Hill.

Hariyanto, A. B., Saragih, S., & Ariyanto, E. A. (2021). Sikap prososial pada remaja di Surabaya: Bagaimana peranan implementasi nilai-nilai kebangsaan? Sukma: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 61–68.

Hitlin, S., & Piliavin, J. A. (2004). Values: Reviving a dormant concept. Annual Review of Sociology, 30, 359–393.

Ilham, D. (2019). Menggagas pendidikan nilai dalam sistem pendidikan nasional. Jurnal Kependidikan, 8(3), 109–122.

Kassin, S., Fein, S. & Markus, H. R. (2017). Social Psychology (10th ed). International Edition. Wadsworth, Cengage Learning

King, L. A. (2017). The Science of Psychology, An Appreciative View (4th Ed.). New York: McGraw-Hill.

Meinarno, E. A., & Mashoedi, S. F. F. (2016). Pembuktian kekuatan hubungan antara nilai-nilai pancasila dengan kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 12-22.

Meinarno EA. (2017). Peran identitas etnis, identitas agama, dan identitas nasional yang dimediasi nilai nasional terhadap Bhinneka Tunggal Ika. Disertasi strata tiga program doktoral Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI. Tidak dipublikasikan.

Meinarno, E. A. (2021). Pancasila: The Indonesian's source of behavior. In Empowering Civil Society in the Industrial Revolution 4.0 (pp. 174-177). Routledge.

Meinarno, E., Widianto, B., & Halida, R. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat: Pendekatan Antropologi dan Sosiologi. Jakarta. Salemba Humanika.

Meinarno, E., Widianto, B., & Halida, R. (2015). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat: Pendekatan Antropologi dan Sosiologi. Jakarta. Salemba Humanika.

Oktaviyanti, I., Sutarto, J., & Atmaja, H. T. (2016). Implementasi nilai-nilai sosial dalam membentuk perilaku sosial siswa SD. Journal of Primary Education, 5(2), 113–119.

Oyserman, D. (2015) Values: Psychological Perspectives. International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, 25, 36–40.

Radista, F., & Meinarno, E. A. (2022). Hubungan Antara Nilai-nilai Nasional dan Prasangka Terhadap Etnis Minoritas Tionghoa. Jurnal Ilmiah Psikologi Insani, 7(2).

Riastianty, A. D. (2023). Konsep nilai pribadi kekuatan dan kelemahan konselor secara personal dan profesional. Change Think Journal, 2(2), 146–152.

Rokeach, M. (1973). The nature of human values. Free press.

Russo, C., Barni, D., Zagrean, I., & Danioni, F. (2021). Value consistency across relational roles and basic psychological needs satisfaction: The mediating role of self-concept clarity. Social Sciences, 10(8), 291. DOI: http://dx.doi.org/10.3390/socsci10080291

Santoso, S. I. (1962[1979]). Latar belakang dari seluruh pendidikan. Dalam Pembinaan watak. Jakarta. UI Pers.

Sari, R., & Najicha, F. U. (2022). Memahami nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan masyarakat. Harmony, 7(1), 53–58.