ISSN 2477-1686 

 

Vol. 10 No. 02 Januari 2024

 

Jauh Dari Ideal: Adaptasi Model Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus

 

Oleh:

Monica Sri Sunaringsih

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Atmajaya

 

Setiap orangtua pasti mengaharapkan anak yang sehat dan bertumbuh kembang sesuai dengan tahap perkembangannya, serta memiliki kemandirian sosial. Namun, sebagian anak terlahir dengan kondisi berkebutuhan khusus, yang memiliki masalah perkembangan baik secara genetika, fisik, dan psikis yang memerlukan pengasuhan khusus dan pendampingan berkelanjutan (Auman et.al, 2022). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki keterbatasan fungsi, sedikitnya dalam tiga aspek perkembangan diantaranya perawatan diri, kemampuan berbahasa expresif-receptif, dan kemandirian (Dyches et.al, 2012). Reaksi setiap orangtua bervariasi dan subjektif. Para orangtua yang belum dapat menerima kondisi ABK, memiliki beban emosional yang relatif fluktuatif, mengalami kecemasan dan ketakutan, kebingungan, penyangkalan, marah, kecewa, menolak, stres, merasa bersalah, dan tidak berdaya. Orangtua yang memiliki anak dengan autism spectrum disorder (ASD) cenderung mengalami stres yang lebih besar (Pisula, 2011). Tingkat keparahan disabilitas intelektual remaja mempengaruhi tingkat stres orangtua, serta berpotensi mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis orangtua (Chauke et.al, 2021). Sementara, di Cebu, Philiphine, lima orang ibu mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam pengasuhan ABK, tetapi dengan pemahaman yang baik tentang anaknya, kesabaran dan cinta, mereka semua bisa mentoleransi semua kesulitan yang dialami dan memiliki relasi yang baik dengan anak (Auman et.al, 2022).

 

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji model pengasuhan yang dikembangkan oleh Baumrind di tahun 1959, yaitu otoriter (authoritarian), autoritatif/suportif/positif/demokratis (authoritative), dan permisif (permissive). Hasilnya sangat bervariasi, tetapi dampak pengasuhan authoritative dinilai paling kondusif bagi anak regular maupun ABK. Keluarga yang menerapkan pola pengasuhan autoritatif mampu menstimulasi potensi holistik dan pembentukan karakter anak dengan optimal, sejak usia dini (Ekosiswoyo, Joko & Suminar, 2019). Membentuk sikap prososial anak, kemandirian yang bertanggung jawab, kedewasaan, regulasi emosi, kepatuhan, dan sikap sosial yang baik. Ada tiga hal yang penting dalam implementasinya yaitu, (i) dukungan orangtua, yang ditandai dengan interaksi dengan pandangan positif, sikap hangat, kepekaan, dapat diprediksi, dan supportive (ii) regulasi perilaku, yang mengacu sebagai struktur atau aturan terhadap pembentukan perilaku (iii) orang tua menghargai aspek individualitas anak (Dyches et.al, 2012).

 

Tetapi, pengasuhan authoritative tidak menyelesaikan masalah dalam hubungan antara orangtua dan ABK sehingga masih diperlukan banyak penelitian yang secara spesifik mengkaji kebutuhan khusus dalam kategori yang spesifik, fisik, sosial/emosional, dan intelektual dengan tingkat keparahan yang berbeda, dan struktur keluarga yang spesifik. Selain itu, penelitian juga perlu memperhatikan mekanisme interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak, di mana temperamen dan kepribadian anak juga dapat memengaruhi respon dan model pengasuhan (Dyches, 2012). Wijaya (2015) menemukan bahwa program pengasuhan authoritative yang diberikan dalam bentuk pelatihan bagi orangtua yang memiliki anak dengan ASD dan ADHD tidak efektif. Budaya dan nilai yang dianut oleh orangtua di dalam keluarga juga mempengaruhi praktik pengasuhan (Chang, 2007).  Pengasuhan permisif yang diterapkan kepada seorang anak dengan dravet syndrome, tidak mendukung kemandirian dan menyebabkan perilaku manja karena orangtua memandang anak dengan perasaan kasihan dan iba (Sari, 2019).  Karena kondisi ABK yang beragam, maka model pengasuhan ini tidak bisa diterapkan sepenuhnya dan diperlukan model pengasuhan sesuai dengan konteks keluarga, kondisi, hambatan dan potensi anak (Silfia, 2018).

 

Mindful parenting yang dikembangkan dari konsep mindfulness-based intervention, dipandang sebagai model pengasuhan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hubungan orangtua-anak dan remaja serta meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan hidup orangtua, serta memperbaiki perilaku anak (Fuller & Fitter, 2020).  Ada lima komponen mindful parenting yang penting yaitu; (i) active listening (ii) penerimaan tanpa syarat pada diri orangtua sendiri dan anak (iii) Kesadaran emosional pada diri orangtua dan anak (iv) Regulasi emosi dalam hubungan antara orangtua-anak, kemampuan ini penting agar anak dapat mengekspresikan perasaannya dan meregulasi emosinya (v) Belas kasih kepada diri sendiri dan anak, untuk mencegah perasaan bersalah dan malu dalam konteks sosial (Duncan, Larissa & Coatsworth, J. & Mark, 2009). Sundari (2021) merekap beberapa uji klinis tentang mindful parenting, terbukti dapat menurunkan stres pengasuhan, memperbaiki dysfunctionality sebelumnya, memutus mata rantai terjadinya pola dysfunctionality, memperbaiki sistem keluarga, serta meningkatkan resiliensi orangtua. Secara berkesinambungan, mindful parenting tidak hanya membawa dampak positif bagi orangtua tetapi juga secara resiprokal akan menurunkan kecemasan dan gejala depresi pada anak-anak dengan berbagai kondisi. Namun, pada praktiknya, mindfulness tidak mudah untuk diterapkan oleh orangtua yang sibuk atau memiliki permasalahan dengan perhatian dan konsentrasi.

 

Penelitian terhadap efektivitas model pengasuhan ABK ini masih sangat diperlukan, terutama yang dalam kategori kebutuhan khusus yang spesifik. Peran dan respon orangtua dalam pengasuhan mempengaruhi pembentukan karakter anak secara timbal balik. Pengasuhan autoritatif dinilai memberikan dampak positif dalam pengasuhan anak regular maupuan ABK, tetapi pada praktisnya belum ada sebuah model pengasuhan yang tepat bagi ABK secara umum maupun yang spesifik.  Diperlukan adaptasi internal dan eksternal, serta integrasi model pengasuhan ABK yang fleksibel, konsisten, dan adaptif bagi setiap ABK. Adaptasi internal dimulai dalam diri orangtua. Sebagai teladan dan pengasuh bagi ABK, orangtua perlu lebih dahulu mengenali kebutuhan dirinya dan meregulasi emosinya. Salah satu cara meregulasi emosi adalah dengan pelatihan mindfulness secara bertahap. Adaptasi eksternal perlu disesuaikan dengan kekhususan anak, kapasitas orangtua, fungsi masing-masing anggota keluarga. Sedangkan, Integrasi pola pengasuhan memerlukan diskusi dan kesepakatan antara orangtua dan anggota keluarga. Keluarga sebagai sebuah instansi yang diasuh oleh orangtua perlu memiliki pedoman pengasuhan yang jelas dan konsisten, misalnya komitmen meluangkan waktu dengan anak, meniadakan tindak kekerasan verbal maupun fisik, mengaplikasikan nilai agama dan moral dalam pengasuhan, menemukan cara berkomunikasi yang efektif walau dalam keterbatasan.

 

Referensi:

 

Auman, N., Englis, T & Abadiano, M. (2022). Discovering Challenges of Parents in Handling their Children with Special Needs: A Grounded Theory. 20. 16-1494.

Chang, Mi (2007). Cultural differences in parenting styles and their effects on teens' self-esteem, perceived parental relationship satisfaction, and self-satisfaction. Carnegie Mellon University. Thesis. https://doi.org/10.1184/R1/6684062.v1

Chauke, T., Poggenpoel, M., Myburgh, C. P. H., & Ntshingila, N. (2021). Experiences of parents of an adolescent with intellectual disability in Giyani, Limpopo province, South Africa. Health SA = SA Gesondheid, 26, 1538. https://doi.org/10.4102/hsag.v26i0.1538

Duncan, Larissa & Coatsworth, J. & Greenberg, Mark. (2009). A Model of Mindful Parenting: Implications for Parent–Child Relationships and Prevention Research. Clinical Child and Family Psychology Review. 12. 255-270. 10.1007/s10567-009-0046-3.

Dyches, T. T., Smith, T. B., Korth, B., Roper, S. O., & Mandelco, B. (2012). Positive parenting of children with developmental disabilities: A meta-analysis. Research in Developmental Disabilities, 33 2213-2220.

Ekosiswoyo, R., Joko, T., & Suminar, T. (2017). POTENSI KELUARGA DALAM PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER PADA ANAK USIA DINI. Jurnal Edukasi, 2(1), 1-10. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/952/889

Fuller, J. L., & Fitter, E. A. (2020). Mindful Parenting: A Behavioral Tool for Parent Well-Being. Behavior analysis in practice, 13(4), 767–771. https://doi.org/10.1007/s40617-020-00447-6

Pisula, Ewa. (2011). Parenting Stress in Mothers and Fathers of Children with Autism Spectrum Disorders. 10.5772/18507.

Silfia, M. (2018). Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Anak Autis di SLB Harmoni Gedangan Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Khusus, Volume 9, Nomor 2, Desember 2016, hlm 183 - 189.

Sari, I. P. (2019) Studi Deskriptif Pola Asuh Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus Dravet Syndrome. Digital Library Universitas Lambung Mangkurat

Sundari, A. R. (2021). Mindful Parenting pada Anak Berkebutuhan Khusus Saat Belajar Daring. Arsip Artikel, 7(1), 1686.

Wijaya, Y. D. (2015). Positive Parenting Program (Triple P) Sebagai Usaha Untuk Menurunkan Pengasuhan Disfungsional Pada Orangtua Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (Dengan Diagnosa Autis Dan ADHD). Jurnal Psikologi, 13(1).