ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 01 Januari 2024

 

Kontribusi Dunia Sosial untuk Pemahaman Diri

 

Oleh:

Sri Fatmawati Mashoedi & Eko A Meinarno

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

 

Pengantar

Tema manusia Indonesia telah menjadi isu klasik. Tulisan mengenai orang Indonesia secara watak pernah diajukan oleh Mochtar Lubis (1977) dan Koentjaraningrat (1976). Sayangnya, kedua penulis tersebut menempatkan kondisi watak orang Indonesia yang tidak dapat dianggap positif. Munafik, enggan tanggung jawab, suka menerabas, dan tidak disiplin adalah segelintir dari deretan watak orang Indonesia menurut kacamata mereka. Penelitian psikologis mengenai orang Indonesia yang cukup menghebohkan dilakukan oleh Warnaen (1979), yang menceritakan stereotip orang Indonesia dari berbagai suku bangsa yang juga tidak semuanya positif.

 

Sebagai orang Indonesia, kita tentu tidak dengan mudah menerima pemikiran itu. Kita tentu ingin menyatakan sebaliknya, bahwa orang Indonesia tidak sedemikian parah, bahwa tidak semua orang Indonesia itu berwatak sama. Bahkan, jika dikatakan masih berwatak buruk pun, kondisi tiap orang berbeda. Maka, kajian dan temuan ilmuwan-ilmuwan tadi bisa jadi tidak relevan. Hal yang menjadi pertanyaan, terlepas dari watak baik dan buruk yang ada, bagaimana watak itu muncul? Atau, dari mana watak itu muncul?

 

Modal Pemahaman Diri

Sebelum kita menerima pandangan-pandangan tadi, sebaiknya kita mengetahui hal dasar tentang diri kita. Dapat kita renungkan bahwa banyak proses tumbuh-kembang yang terjadi yang membentuk bagaimana diri kita hari ini. Tidak hanya proses tumbuh-kembang yang “terlihat” seperti aspek fisik, proses mental juga semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan ini tidak serta-merta hanya dari diri yang menua, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sosial yang menyertai kehidupan individu. Psikologi mengenal pemahaman diri dengan melihat dari keberadaan orang lain sebab individu tidak hidup sendiri. Tiap individu bertumbuh dan berkembang dalam sebuah sistem. Sistem ini mengikuti cara pikir luasnya pergaulan atau interaksi diri terhadap orang lain. Sistem ini disebut sebagai ekologi manusia.

 

Dunia yang Membentuk Pemahaman Diri

Penjelasan ekologi manusia yang paling terkenal dalam psikologi dijabarkan oleh Bronfenbrenner (1979). Ekologi manusia melibatkan studi ilmiah tentang akomodasi yang progresif dan timbal balik antarmanusia yang aktif dan sedang bertumbuh. Manusia senantiasa berkembang dan membentuk pemahaman dirinya dipengaruhi oleh hubungan antara lingkungan dan konteks yang menyertainya yang terkait oleh berbagai jenis sistem. Terdapat lima sistem dalam ekologi manusia, yaitu sistem mikro, sistem meso, sistem ekso, sistem makro, dan sistem waktu.

 

Sistem Mikro

Seperti namanya, sistem ini merupakan sistem paling kecil, yang artinya lingkup terdekat dari individu. Lebih lanjut, Bronfenbrenner dan Morris (1998) mengenalkan konsep proximal process atau proses interaksi individu dengan lingkungan terdekatnya, seperti sistem mikro ini, yang menjadi mekanisme utama dalam perkembangan manusia. Contoh sistem mikro adalah keluarga. Keluarga berisi tentang kasih sayang dan pembelajaran dasar akan hubungan sosial, termasuk pembentukan watak (Markam, 2018). Meskipun sistem terkecil, tetapi lingkup hidup ini memiliki dampak yang paling besar dalam perkembangan dan pembentukan diri individu (Berns, 2015).

 

Selain keluarga, lingkup sekolah juga menjadi sistem mikro yang mendorong perkembangan berbagai keterampilan dan tingkah laku serta motivasi individu. Sistem mikro juga tidak terlepas dari lingkungan pertemanan yang memfasilitasi dukungan, kerja sama, dan memberi peran yang membuat individu belajar memahami dirinya melalui bagaimana perbedaan dirinya dengan individu lain (Berns, 2015) yang tentu punya watak berbeda sebab terbentuk secara berbeda sesuai konteks sosial masing-masing.

 

Sistem Meso

Sistem meso merupakan dua atau lebih sistem mikro yang saling terkait dan kaitan yang tercipta dapat memengaruhi individu (Berns, 2015; Papalia & Martorell, 2021). Misalnya, orang tua dan guru yang saling bekerja sama untuk mendukung perkembangan individu, atau orang tua yang dapat berinteraksi baik dengan teman anaknya sehingga terbentuk kesempatan yang luas untuk anak bersosial dan memahami orang lain. Semua hal itu menandakan tiap satu individu bisa terkait dengan banyak individu-individu lain yang saling berhubungan dan dapat terpengaruh akan interaksi tersebut (Berns, 2015).

 

Sistem Ekso

Dalam hidup, terdapat sistem yang mungkin di luar kendali kita, tetapi kita dapat kena “imbasnya”. Begitulah bagaimana sistem ekso bekerja. Ketika sistem mikro kita bertautan dengan sebuah sistem, dampak yang mereka dapatkan juga ikut kita rasakan (Papalia & Martorell, 2021). Misalnya, kegiatan di tempat kerja yang membatasi orang tua untuk bertemu anak menjadikan anak tidak memiliki kesempatan yang sempurna untuk berinteraksi dan mempelajari nilai-nilai orang tuanya. Anak mungkin dapat membentuk diri dari proporsi pembelajaran dari pihak atau lingkup lain yang lebih besar ketimbang lingkup orang tua atau keluarga sebagai lingkup mikro terdekatnya. Semua ini, lagi-lagi, mencirikan bagaimana lingkungan dan apa yang terjadi di dalamnya memengaruhi pembentukan diri seseorang secara berbeda-beda.

 

Sistem Makro

Sebagai makhluk sosial, individu tidak dapat terlepas dari tempat, komunitas, dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di tempat ia tinggal. Sistem yang hadir di dalamnya seperti ideologi, pola budaya, kehidupan sosial, keputusan politik, dan sistem ekonomi (Papalia & Martorell, 2021) mau tidak mau ikut memengaruhi bagaimana diri individu dan bagaimana individu mempelajari poin-poin sistem tersebut yang memengaruhi hidupnya.

 

Sistem Waktu

Terakhir adalah sistem waktu, merepresentasikan keikutsertaan dimensi waktu dan kejadian yang menyertainya (Papalia & Martorell, 2021). Misalnya, suatu kejadian pada rentang waktu tertentu (perubahan dalam keluarga, perubahan dalam masyarakat, atau hal seperti munculnya perang dan krisis sosial) memengaruhi bagaimana individu berkembang, menyerap nilai hidup, dan membentuk kepribadian dirinya.

 

Ekologi Manusia dan Watak

 Aspek ekologi mampu membuktikan dan menyadarkan kita kembali bahwa manusia tidak hanya terbatas “terbentuk dari sananya” atau terberi label akan watak begitu saja. Watak dan bentuk kepribadian manusia dapat terbangun dari interaksi individu dengan lingkungannya. Dapat dilihat bahwa manusia terbentuk dalam sistem ekologi yang besar, dengan sistem-sistem di atas berkontribusi merancang kepribadian manusia. Pengalaman dan konteks sosial yang manusia dapatkan, baik terlibat langsung maupun tidak, memengaruhi bagaimana manusia bertumbuh dan menyerap nilai serta pemahaman diri yang membentuk kepribadiannya (Laceulle et al., 2023) termasuk watak.

 

Bahkan, meskipun individu berada di keadaan yang tidak menguntungkan, atau memiliki kondisi yang riskan untuk pengembangan pribadi, proximal process dan interaksi dengan lingkungan yang tercipta baik dapat menjadi faktor penyangga untuk tetap mendukung pengembangan kepribadian baik (Lenzenweger, 2023). Dapat dikatakan, lingkungan di tiap sistem yang individu lalui dengan dahsyat memberi kesempatan bagi individu untuk menghadapi berbagai pengalaman, aktivitas, hubungan interpersonal, dan peran untuk dijalani yang membuat individu belajar akan posisinya dan dirinya (Saracho, 2023).

 

Ketika semua sistem dihadapi dan memberikan pengalaman, individu mengambil pelajaran, mempelajari kelebihan dan kekurangan, serta memanifestasi hikmah dari pengalaman tersebut menjadi nilai yang ia tanam serta tingkah laku yang ia tampilkan. Dengan demikian, lingkungan dan pengalaman dari setiap sistem ekologi yang individu hadapi membentuknya menjadi pribadi yang memiliki wataknya sendiri.

 

Penutup

Kini kita dapat memahami bahwa pemahaman diri dan terbentuknya watak bukanlah suatu proses yang sedemikian mudah, juga bukan proses yang sedemikian sama untuk semua orang. Lingkup sosial, atau ekologi, berkontribusi aktif pada bagaimana individu memahami diri, menanamkan karakter, membentuk kepribadian, dan berlaku watak sesuai lingkungan dan hasil dari percampuran sistem-sistem yang didapatkan. Namun, sudah seharusnya kita menunjukkan bahwa sebagai warga negara Indonesia, kita mampu menciptakan lingkup sosial yang baik untuk pribadi yang lebih baik ke depannya. Sebab, sistem-sistem itu juga mahakarya dari tangan manusia, sehingga ciptakanlah sistem yang baik dari kita, dan untuk kita dan generasi kita sendiri.

 

Referensi:

 

Berns, R. M. (2015). Child, family, school, community: Socialization and support (10th ed.). Cengage Learning.

Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by nature and design. Harvard University Press.

Bronfenbrenner, U., & Morris, P. A. (1998). The ecology of developmental processes. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology: Theoretical models of human development (pp. 993–1028). John Wiley & Sons Inc.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Gramedia.

Laceulle, O. M., Wagner, J., & Crocetti, E. (2023). Editorial: Youth personality development. European Journal of Personality, 37(6), 629–632. DOI: https://doi.org/10.1177/08902070231192785.

Lenzenweger, M. F. (2023). Proximal processes, temperament, and pathological narcissism: An empirical exploration from the longitudinal study of personality disorders. Psychopathology, 56(1), 41–51. DOI: https://doi.org/10.1159/000524796

Lubis, M. (1978). Manusia Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Markam, SS. (2018). Pendidikan Karakter untuk Usia Dini. Buletin KPIN. 4, 21 November 2018. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/331-pendidikan-karakter-untuk-usia-dini

Papalia, D. E., & Martorell, G. (2021). Experience human development (14th ed.). McGraw-Hill.

Saracho, O. N. (2023). Theories of child development and their impact on early childhood education and care. Early Childhood Education Journal, 51, 15–30. https://doi.org/10.1007/s10643-021-01271-5.

Warnaen, S. (1979). Stereotip etnik di dalam suatu bahasa multietnik: Satu studi psikologi sosial di Indonesia. [Disertasi, Universitas Indonesia]. Universitas Indonesia Library. https://lontar.ui.ac.id/detail.jsp?id=91970#digital#digital.