ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 24 Desember 2023

 

Resiliensi Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Bentuk Dukungan Sosial dalam Budaya Masyarakat Indonesia

 

Oleh:

Yapina Widyawati

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Pemahaman mendalam tentang budaya memainkan peran yang sangat penting dalam penelitian tentang anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK) dan orang tua mereka. Hal ini disebabkan oleh dampak besar keyakinan, nilai, dan praktik budaya terhadap pengalaman ABK dan orang tua mereka. Cara orang tua mendidik anak-anak mereka mencerminkan norma dan nilai budaya, yang kemudian mempengaruhi cara orang tua mendidik anak-anak di masa depan (Bornstein, 2012; Dwairy, 2006). Budaya juga mempengaruhi cara orang tua memahami dan merespons gangguan perkembangan anak-anak mereka, mencari dukungan, dan berinteraksi dengan sistem kesehatan (Riany et al., 2016; Riany et al., 2017). Faktor budaya turut memengaruhi keyakinan, partisipasi, perilaku, dan pendekatan dalam optimalisasi tumbuh kembang ABK (Esposito & Setoh, 2021). Riset sebelumnya menyoroti urgensi memasukkan pertimbangan budaya saat mengevaluasi resiliensi orang tua (Breitkreuz et al., 2014; Ungar, 2011). Peran budaya menjadi signifikan dalam menghubungkan resiliensi orang tua dengan kualitas hidup ABK, terutama terkait dengan dukungan sosial, pandangan masyarakat terhadap anak-anak tersebut, dan struktur layanan pemerintah (Skevington & Group, 2020). Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang konteks budaya sangat penting dalam merancang intervensi, program dukungan, dan kebijakan yang efektif, yang mampu merespons kebutuhan dan pengalaman khusus orang tua dan ABK.

 

Salah satu ciri utama dari budaya Indonesia adalah interdependence dan sifat kolektivitasnya (Mangundjaya, 2013). Ciri budaya ini tercermin dalam pendekatan masyarakat Indonesia terhadap hubungan keluarga, di mana keluarga besar memegang peranan sentral dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran, emosi, dan tindakan anggota keluarga saling memengaruhi satu sama lain (Setiadi, 2004). Dalam konteks ini, bantuan dari keluarga besar kepada orang tua dalam mendidik dan merawat ABK muncul bersamaan juga dengan tantangan dalam hidup bersama secara kolektif. Di sisi lain, dalam budaya kolektivis, orang tua mungkin mengalami tantangan dan tekanan beragam (Daulay, 2018). Salah satunya adalah pemikiran serta persepsi orang lain yang memegang peranan penting dalam kehidupan sosial seseorang (Chao & Tseng, 2002; Yeh et al., 2006). Orang tua merasa cemas terhadap pandangan dan tanggapan orang lain terhadap anak mereka, yang dapat memengaruhi penerimaan terhadap kondisi anak dan juga stigma yang terkait dengan disabilitas.

Top of Form

 

Aspek unik lain dari masyarakat Indonesia adalah signifikansi kehidupan beragama. Kehidupan beragama berperan penting dalam hidup sehari-hari masyarakat Indonesia, memengaruhi kepercayaan, nilai, dan perilaku mereka. Sebagai hasil dari keyakinan, prinsip dan pandangan dalam sebuah agama, dapat memberikan penjelasan terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan masyarakat, seperti penyakit, kematian, dan kecelakaan yang buruk. Pandangan masyarakat tersebut berkaitan dengan konsep sebab-akibat penyakit, diagnosis penyakit, dan metode pengobatan (Riany et al., 2017). Di Indonesia, prinsip dan pandangan ini tampak juga pada penerapan koping religius sebagai strategi untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan, dikaitkan dengan peningkatan rasa syukur dan interpretasi positif terhadap kondisi sulit (Apostelina, 2012; Asa et al., 2021; Daulay, 2018). Pendekatan ini membantu orang tua mengatasi situasi sulit dengan efektif, yang merupakan elemen penting dari resiliensi orang tua (Suzuki et al., 2013). Penelitian sebelumnya juga menyoroti perlunya kesabaran dan penerimaan tulus saat menghadapi tantangan dalam konteks ini (Bayat, 2007; Riany & Ihsana, 2021).

 

Hal lain juga yang penting terkait resiliensi orang tua adalah pentingnya faktor protektif sebagai prediktor resiliensi orang tua (Widyawati et al., 2023). Di keluarga Indonesia yang memiliki ABK, variabel-variabel protektif seperti kehidupan beragama, dukungan sosial dari keluarga besar, dan persahabatan dapat mempengaruhi resiliensi orang tua (Daulay, 2018; Rahmanawati, 2019; Widyawati et al., 2023). Oleh karena itu, dukungan sosial dari keluarga inti dan keluarga besar, serta masyarakat, sangatlah penting. Hal ini dapat mencakup akses ke layanan medis dan terapi, bantuan keuangan, dan perawatan pengganti jika dibutuhkan (Jansen-van Vuuren & Aldersey, 2020; Rohwerder, 2018). Para profesional dapat memberikan informasi dan program pelatihan untuk meningkatkan rasa kontrol orang tua terhadap perilaku anak, dan dapat membantu orang tua dalam membuat keputusan yang tepat mengenai pengasuhan anak. Selain itu, dalam membantu orang tua, penyedia layanan juga harus mempertimbangkan keluarga besar atau lingkungan sekitar. Penting juga untuk meningkatkan persepsi positif orang tua tentang proses pengasuhan mereka melalui pandangan positif tentang kehidupan dan praktik pengasuhan yang konkret (Suzuki et al., 2013). Parent support group dan bantuan profesional dapat bermanfaat dalam hal ini.

 

Selain itu, menghubungkan keluarga-keluarga ini dengan sumber daya tambahan untuk dukungan dan bantuan juga menjadi langkah penting. Orang tua mungkin membutuhkan bantuan praktis seperti transportasi, perawatan anak, dan tugas rumah tangga. Penawaran bantuan praktis dapat membantu mengurangi beban orang tua dan memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada perawatan anak-anak mereka. Secara keseluruhan, mendukung orang tua yang memiliki ABK membutuhkan pendekatan holistik yang memenuhi kebutuhan emosional, informasi, praktis, dan advokasi mereka (Cantwell et al., 2015; Cantwell et al., 2014; Gupta & Singhal, 2005).

 

Orang tua dengan ABK seringkali menghadapi sejumlah tantangan, seperti kendala keuangan, akses yang terbatas ke layanan kesehatan dan pendidikan, serta isolasi sosial. Kendala-kendala ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres dan berkurangnya resiliensi orang tua, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemampuan orang tua dalam memberikan pengasuhan yang memadai bagi anak-anak mereka, dan dampaknya terasa pada kualitas hidup ABK (Widyawati et al., 2020; Widyawati et al., 2021). Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pula dalam infrastruktur serta upaya mengurangi stigma yang sering dihadapi oleh orang tua.

 

Referensi:

 

Apostelina, E. (2012). Resiliensi keluarga pada keluarga yang memiliki anak autis. JPPP-Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 1(1), 164-176. https://doi.org/10.21009/jppp.011.22

Asa, G. A., Fauk, N. K., Ward, P. R., Hawke, K., Crutzen, R., & Mwanri, L. (2021). Psychological, sociocultural and economic coping strategies of mothers or female caregivers of children with a disability in Belu district, Indonesia. PLoS One, 16(5), e0251274. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0251274

Bayat, M. (2007). Evidence of resilience in families of children with autism. Journal of Intellectual Disability Research, 51(9), 702-714. https://doi.org/10.1111/j.1365-2788.2007.00960.x

Bornstein, M. H. (2012). Cultural approaches to parenting. Parenting, 12(2-3), 212-221. https://doi.org/10.1080/15295192.2012.683359

Breitkreuz, R., Wunderli, L., Savage, A., & McConnell, D. (2014). Rethinking resilience in families of children with disabilities: A socioecological approach. Community, Work & Family, 17(3), 346-365.

Cantwell, J., Muldoon, O., & Gallagher, S. (2015). The influence of selfesteem and social support on the relationship between stigma and depressive symptomology in parents caring for children with intellectual disabilities. Journal of Intellectual Disability Research, 59(10), 948-957.

Cantwell, J., Muldoon, O. T., & Gallagher, S. J. R. i. d. d. (2014). Social support and mastery influence the association between stress and poor physical health in parents caring for children with developmental disabilities. 35(9), 2215-2223.

Chao, R., & Tseng, V. (2002). Parenting of Asians. In M. H. Bornstein (Ed.), Handbook of parenting: Social Conditions and applied parenting (Vol. 4, pp. 59-93). Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Daulay, N. (2018). Parenting stress of mothers in children with Autism Spectrum Disorder: A review of the culture in Indonesia. KnE Social Sciences, 453–473-453–473. https://doi.org/10.18502/kss.v3i5.2349

Dwairy, M. A. (2006). Counseling and psychotherapy with Arabs and Muslims: A culturally sensitive approach. Teachers College Press.

Esposito, G., & Setoh, P. (2021). Parental involvement in developmental disabilities across cultures. In (Vol. 116, pp. 104023).

Gupta, A., & Singhal, N. (2005). Psychosocial support for families of children with autism. Asia Pacific Disability Rehabilitation Journal, 16(2), 62-83.

Jansen-van Vuuren, J., & Aldersey, H. (2020). Stigma, acceptance and belonging for people with IDD across cultures. Current developmental disorders reports, 7, 163-172.

Mangundjaya, W. L. (2013). Is there cultural change in the national cultures of Indonesia?

Rahmanawati, F. Y. (2019). BUILDING FAMILY RESILIENCE: A CASE STUDY IN A MUSLIM FAMILY WITH AUTISM CHILD. Prosiding ICOGISS 2019, 105-118.

Riany, Y. E., Cuskelly, M., & Meredith, P. (2016). Cultural beliefs about autism in Indonesia. International Journal of Disability Development and Education, 63(6), 623-640. https://doi.org/10.1080/1034912x.2016.1142069

Riany, Y. E., & Ihsana, A. (2021). Parenting stress, social support, self-compassion, and parenting practices among mothers of children with ASD and ADHD. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 6(1), 47-60.

Riany, Y. E., Meredith, P., & Cuskelly, M. (2017). Understanding the influence of traditional cultural values on Indonesian parenting. Marriage and Family Review, 53(3), 207-226. https://doi.org/10.1080/01494929.2016.1157561

Rohwerder, B. (2018). Disability stigma in developing countries.

Setiadi, B. N. (2004). Family and Human Development Introduction.

Skevington, S. M., & Group, W. S. (2020). Is culture important to the relationship between quality of life and resilience? Global implications for preparing communities for environmental and health disasters. Frontiers in Psychology, 11, 1492.

Suzuki, K., Kobayashi, T., Moriyama, K., Kaga, M., & Inagaki, M. (2013). A framework for resilience research in parents of children with developmental disorders. Asian Journal of Human Services, 5(0), 104-111. https://doi.org/10.14391/ajhs.5.104

Ungar, M. (2011). The social ecology of resilience: Addressing contextual and cultural ambiguity of a nascent construct. American Journal of Orthopsychiatry, 81(1), 1. https://doi.org/10.1111/j.1939-0025.2010.01067.x

Widyawati, Y., Otten, R., Kleemans, T., & Scholte, R. (2020). Parental resilience and the quality of life of children with developmental disabilities in Indonesia. International Journal of Disability, Development and Education, 1-17. https://doi.org/https://doi.org/10.1080/1034912X.2020.1834078

Widyawati, Y., Scholte, R., Kleemans, T., & Otten, R. (2021). Positive parenting and its mediating role in the relationship between parental resilience and quality of life in children with developmental disabilities in Java Island, Indonesia. Research in Developmental Disabilities, 112, 103911. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2021.103911

Widyawati, Y., Scholte, R., Kleemans, T., & Otten, R. (2023). Parental resilience and quality of life in children with developmental disabilities in Indonesia: the role of protective factors. Journal of Developmental and Physical Disabilities, 35(5), 743-758.

Yeh, C. J., Arora, A. K., & Wu, K. A. (2006). A new theoretical model of collectivistic coping. In Handbook of multicultural perspectives on stress and coping (pp. 55-72). Springer. https://doi.org/10.1007/0-387-26238-5_3