ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 24 Desember 2023

 

Adakah Bahaya di Balik “Gwenchana”?

 

Oleh:

Dian Jayantari Putri K. Hedo1 & Nicholas Simarmata2

1Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

2Program Studi Psikologi, Universitas Udayana

 

Perkembangan kehidupan remaja di dunia media sosial terus berdinamika dan memunculkan isu-isu terkait keadaan psikologis remaja. Saat ini sedang terjadi tren penggunaan kata ”gwenchana” di kalangan remaja dalam pergaulan sosialnya. Kata “gwenchana” itu sendiri merupakan kosa kata dalam Bahasa Korea yang berarti “tidak apa-apa” (katadata.co.id, 2023). Kata ini menjadi tren digunakan oleh remaja dalam pergaulan karena muncul pertama kali dalam suatu video pada aplikasi TikTok (Kompas, 2023).

 

Dalam penggunaannya di kalangan remaja, “gwenchana” digunakan remaja untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja dalam menghadapi suatu peristiwa. Pada beberapa video di aplikasi media sosial tampak para remaja yang sedang memerankan suatu situasi dalam hidupnya dan meresponnya dengan kata “gwenchana” untuk menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja dan bisa menghadapi situasi tersebut (Kompas, 2023; YouTube, 2023). Penggunaan kata “gwenchana” sebenarnya dapat memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan remaja, dimana kata tersebut dapat menjadi suatu afirmasi positif bagi remaja dan dapat menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mempraktekkan konsep stoik dalam menerima suatu kejadian yang berada di luar kontrol diri dengan baik dan sewajarnya (Kumparan, 2023). Namun pada perkembangannya, fenomena penggunaan kata “gwenchana” di kalangan remaja pada saat ini juga perlu mendapat perhatian agar tidak disalahgunakan menjadi suatu penyangkalan diri terkait keadaan diri yang memang sedang tidak baik-baik saja dan memerlukan bantuan.

 

Penyangkalan keadaan diri dan keengganan meminta bantuan yang tepat dapat memicu munculnya berbagai tindakan merugikan diri sendiri bagi remaja yang tidak tahan mengalami peristiwa tertentu dalam hidupnya. Hal ini tampak pada terjadinya beberapa kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja akhir-akhir ini. Seorang remaja perempuan di Kediri Jawa Timur melakukan bunuh diri di sungai karena memiliki permasalahan terkait hubungan asmara (Jawapos, 2023). Masih di daerah yang sama, seorang remaja laki-laki juga tertangkap melakukan upaya percobaan bunuh diri dari jembatan (humas.polri.go.id, 2023). Aksi bunuh diri juga dilakukan oleh remaja dari kalangan terpelajar. Seorang mahasiswi asal Kediri yang sedang berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan salah satu universitas negeri terkemuka di Jawa Timur juga melakukan bunuh diri dengan menghirup gas helium di dalam mobilnya (Kompas, 2023; Jawapos, 2023).  

 

 

 

Definisi Grit

Grit merupakan karakter kepribadian yang ditunjukan melalui perilaku untuk mempertahankan ketekunan dan semangat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan (Duckworth et al., 2007; Wibowo, Ambarwati & Crescenzo, 2020). Grit merupakan bagian dari sifat kepribadian individu yang menentukan bagaimana individu berinteraksi dalam lingkungan yang beragam (Duckworth and Quinn, 2009). Grit merupakan kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat atau keinginan yang besar dalam mengejar tujuan jangka panjang. Grit mencakup kemampuan pengendalian diri dan kesadaran untuk mempertahankan dalam mencapai tujuan yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan lebih lama untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Southwick, Tsay & Duckworth, 2019).

 

Grit didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang dimana orang-orang bertahan dengan hal-hal yang menjadi tujuan mereka dalam waktu yang sangat panjang sampai mereka menguasai hal-hal tersebut. Grit adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang (Duckworth, 2007; Chrisantiana & Sembiring, 2017). Grit adalah kegigihan dan semangat yang diikuti dengan kerja keras dalam menghadapi tantangan dan konsistensi yang tinggi meskipun menemui kegagalan atau kesulitan dalam mencapai tujuan jangka panjang (Duckworth, 2016). Kegigihan ditandai dengan usaha yang keras untuk mencapai tujuan meskipun dalam jangka waktu yang lama, berusaha menaklukkan tantangan dan kesulitan, tekun, bekerja keras, dan pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang diinginkan. yang berkaitan dengan bagaimana individu mempertahankan komitmen dan fokus untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas dalam periode waktu yang lama (Duckworth & Quinn, 2009; Widodo & Chandrawaty, 2020).

 

 Dimensi-Dimensi Grit

Grit terdiri dari dua dimensi yaitu konsistensi minat dan ketekunan usaha.  

 

1)      Konsistensi Minat

Dalam grit ada konsistensi minat individu untuk menuju suatu tujuan. Dimensi ini berfokus pada minat dalam jangka waktu yang berlangsung lama. Hal ini berarti individu memilih hal-hal yang penting di dalam hidupnya yaitu tujuan yang ingin dicapai serta tetap konsisten terhadap tujuan itu dalam jangka waktu yang panjang. Konsistensi dapat terlihat dari minat dan tujuan individu yang tidak mudah berubah, tidak mudah teralihkan dengan ide, minat, tujuan lain dan tetap fokus pada tujuan awal yang telah dibuat. Individu tidak mudah menyimpang dari minat yang satu menuju minat lainnya. Individu tetap fokus dan konsisten menjalani hal yang menjadi minat awalnya (Duckworth, 2007; Duckworth & Quinn, 2009; Chrisantiana &s Sembiring, 2017; Izaach, 2017).

 

2)      Ketekunan Usaha

Dalam grit ditunjukkan dengan ketekunan individu dalam mempertahankan usahanya terlepas dari kegagalan, kesulitan, dan ketidakstabilan yang dihadapi. Ada upaya yang sungguh-sungguh dari seseorang dalam berusaha untuk mencapai tujuan serta kemampuan bertahan dalam durasi waktu tertentu seorang individu dapat mempertahankan usahanya. Ketekunan dalam berusaha ditunjukan melalui perilaku individu yang giat dalam bekerja keras, bertahan dalam menghadapi tantangan dan mampu berpegang teguh dengan pilihannya (Duckworth et al., 2007).

 

Pembahasan

Grit berperan penting bagi remaja terutama ketika remaja sedang berada di dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, dimana saat ini remaja seringkali menyalahgunakan kosakata “gwenchana” yang sedang menjadi tren di kalangan remaja untuk menutupi keadaannya yang mengalami permasalahan. Remaja memerlukan grit di dalam dirinya sebagai salah satu bentuk kekuatan personal diri yang memampukannya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan (Priyohadi, Suhariadi & Fajrianthi, 2019). Grit berperan untuk memampukan remaja memiliki pengendalian diri dan kesadaran dalam mempertahankan dan mencapai tujuannya (Duckworth, 2016). Dengan demikian remaja menjadi dapat menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya selama fase usia remaja dengan baik.

 

Grit berkontribusi pada remaja untuk bertahan pada tujuan hidupnya (Duckworth et al., 2007). Sepanjang rentang usianya, remaja akan mengalami berbagai peristiwa dalam hidup sebagai masa transisi dari usia anak ke usia dewasa. Remaja juga cenderung melakukan beragam interaksi dan membangun relasi dengan lingkungan sekitarnya (Gill et al., 2018). Pada fase ini grit berfungsi untuk membantu remaja untuk dapat berinteraksi dalam lingkungan yang beragam (Duckworth & Quinn, 2009). Sehingga jika remaja mengalami permasalahan atau tantangan dalam berinteraksi dan berelasi dengan lingkungannya, grit yang ada di dalam dirinya dapat membantu remaja tetap bertahan dan ulet menghadapi hal tersebut.

 

Fase usia remaja merupakan fase dimana remaja akan cenderung mengalami berbagai tantangan dan bahkan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Remaja yang memiliki grit di dalam dirinya cenderung mampu melihat kekecewaan dan kegagalan sebagai pertanda untuk mengubah tujuan yang akan dicapai dalam perjalanan hidupnya (Dayatri & Salendu, 2022). Grit berperan dalam memampukan remaja untuk fokus pada tujuan hidupnya, bersikap gigih, dan mampu mengatasi hambatan untuk mencapai keadaan yang lebih baik (Badi’ah, 2021). Meski sedang mengalami kesulitan dan hambatan dalam hidup, remaja yang memiliki grit cenderung dapat mempertahankan usaha dan minatnya terhadap kehidupan meskipun mengalami kegagalan, kesulitan, atau tidak mengalami suatu kemajuan yang berarti (Duckworth, 2007; Chrisantiana & Sembiring, 2017; Wibowo, Ambarwati & Crescenzo, 2020). Jadi dapat dinyatakan bahwa grit memiliki fungsi yang vital bagi kesehatan perkembangan mental remaja dengan memampukan remaja untuk tetap bertahan dan tidak menyerah dalam menghadapi berbagai hal maupun tantangan dalam hidupnya.

 

Referensi;

 

Badi’ah, N. (2021) ‘Peran Grit pada Subjective Well-Being Siswa Madrasah Aliyah di Pesantren’, Indonesian Psychological Research, 03(01), pp. 1–7.

Chrisantiana, T. G. and Sembiring, T. (2017) ‘Pengaruh Growth dan Fixed Mindset terhadap Grit pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung’, Humanitas, 1(2), pp. 133–146.

Dayatri, N. F. and Salendu, A. (2022) ‘Peran Grit Sebagai Moderator Hubungan Antara Job Insecurity Dan Job Involvement Pada Karyawan Yang Terdampak Covid-19’, Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, 11(01), pp. 45–53.

Duckworth, A. . and Quinn, P. D. (2009) ‘Development and Validation of Short Grit Scale (Grit-S)’, Journal of Personality Assesment, 91, pp. 166–174.

Duckworth, Angela L. et al. (2007) ‘Grit: Perseverance and Passion for Long-Term Goals’, Journal of Personality and Social Psychology, 92(6), pp. 1087–1101. doi: 10.1037/0022-3514.92.6.1087.

Duckworth, A.L. et al. (2007) ‘Grit: Perseverance and Passion for Long Term Goals’, Journal of Personality and Social Psychology, 92(6), pp. 1087–1101.

Duckworth, A. L. (2007) Grit: The Power of Passion and Perseverence. New York: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Duckworth, A. L. (2016) Grit: Kekuatan passion dan kegigihan. Jakarta: Gramedia.

Gill, C. et al. (2018) ‘Social Anxiety and Self-compassion in Adolescents’, Journal of Adolescence, 69(April), pp. 163–174. doi: 10.1016/j.adolescence.2018.10.004.

Izaach, R. N. (2017) ‘Gambaran Derajat Grit Pada Mahasiswa Akademi Keperawatan “X” di Kabupaten Kepulauan Aru’, Humanitas, 1(1), pp. 61–70.

Priyohadi, N. D., Suhariadi, F. and Fajrianthi, F. (2019) ‘Validity Test for Short Grit Scale (Grit - S) Duckworth on Indonesian Millennials’, Journal of Educational, Health and Community Psychology, 8(3), pp. 375–388. doi: 10.12928/jehcp.v8i3.13870.

Southwick, D. A., Tsay, C. J. and Duckworth, A. L. (2019) ‘Grit at work’, Research in Organizational Behavior, 39(2019), p. 100126. doi: 10.1016/j.riob.2020.100126.

Wibowo, D. H., Ambarwati, K. D. and Crescenzo, P. (2020) ‘The role of Grit and parent-child communication in career Adaptability’, Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 5(2), pp. 185–196.

Widodo, W. and Chandrawaty, C. (2020) ‘Assessing the effect of Grit and employability on organizational commitment mediating by job involvement’, Management Science Letters, 10(11), pp. 2403–2410.