ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 23 Desember 2023

 

Dinamika Konflik Israel-Palestina: Analisis Psikologi Sosial Terhadap Peran Identitas Kelompok dalam Konflik Teritorial

 

Oleh:

Wiwi Casnnewi

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Konflik antara Israel dan Palestina telah menjadi fokus perhatian global selama puluhan tahun. Di balik perdebatan politik dan sejarah yang kompleks, terdapat aspek psikologis yang mendasari konflik tersebut. Salah satu aspek penting adalah peran identitas kelompok dalam mempertahankan konflik teritorial yang berlarut-larut ini (Masyrofah., 2023)

 

Identitas kelompok memainkan peran krusial dalam mempertahankan ketegangan antara Israel dan Palestina. Identitas nasional, agama, dan sejarah mempengaruhi cara individu dan kelompok mengidentifikasi diri mereka sendiri dan kelompok lawan. Identitas ini tidak hanya menjadi bagian dari identitas personal, tetapi juga mempengaruhi pandangan terhadap konflik dan cara orang merespon situasi konflik tersebut.

 

Dalam konflik ini, identitas nasional menjadi elemen sentral yang memperkuat perbedaan antara Israel dan Palestina. Israel mengidentifikasi dirinya sebagai negara Yahudi yang memiliki hak sejarah atas wilayah tersebut, sementara Palestina menegaskan identitasnya sebagai bangsa Arab yang memiliki klaim historis yang kuat terhadap wilayah yang sama. Konflik teritorial menjadi sarana bagi kedua belah pihak untuk menegaskan eksistensi dan hak mereka, yang pada gilirannya memperkuat identitas kelompok mereka.

 

Dalam konflik Israel-Palestina terdapat dua identitas kelompok antara Zionis Israel dan Fatah-Hamas. Upaya memperoleh penguasaan teritorial telah menyebabkan ketegangan yang berkelanjutan, sering kali diwarnai oleh kekerasan dan konfrontasi militer antara kedua belah pihak. Badjodah, Husen, dan Ahmad (2021) Menguraikan bahwa persoalan yang rumit terus berlanjut terhadap konflik teritorial di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem. Usaha-upaya penyelesaian perdamaian telah dilakukan selama bertahun-tahun, termasuk berbagai perjanjian dan upaya mediasi internasional, tetapi konflik ini tetap berlanjut hingga saat ini (Firdaus dan Yani 2020).

 

Aspek identitas agama juga memainkan peran signifikan dalam konflik ini. Jerusalem, sebagai pusat agama bagi tiga agama besar dunia (Yudaisme, Kristen, dan Islam), memiliki makna religius yang mendalam bagi kedua belah pihak. Konflik teritorial seringkali dipicu oleh persaingan terkait tempat-tempat suci bagi agama masing-masing. Identitas agama menjadi landasan bagi keyakinan, nilai, dan praktik yang memperkuat ketegangan antara komunitas-komunitas tersebut.

 

Sejarah konflik yang panjang dan serangkaian peristiwa traumatis juga berperan dalam membentuk identitas kelompok yang mempertahankan konflik ini. Pengalaman-pengalaman masa lalu, termasuk pengusiran, perang, dan kekerasan, telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, memperdalam perpecahan antara kedua belah pihak.

 

Pandangan sosiologi, teori realistik konflik menyatakan bahwa konflik antara kelompok atau individu terjadi karena adanya persaingan atas sumber daya yang terbatas (Collins, Randall 1975), dalam hal ini adalah konflik teritorial yang menjadi latar belakang konflik Israel-Palestina. Psikologi sosial menunjukkan bahwa identitas kelompok yang kuat cenderung memicu perilaku defensif, stereotip, dan persepsi yang menunjukkan kelompok lain sebagai ancaman (Hewstone, Rubin, dan Willis 2002). Hal ini memperumit upaya untuk menemukan solusi damai dan meredakan konflik.

 

Ada beberapa aspek yang menyebabkan prospek perdamaian antara kedua belah pihak tetap sulit, salah satunya adalah adanya persaingan dan ketegangan yang terus-menerus di antara mereka.

 

Di satu sisi, Israel memiliki kekuatan militer yang kuat dan pendukung yang besar, serta memandang dirinya sebagai negara yang harus mempertahankan keamanan nasionalnya dari ancaman eksternal. Israel juga memiliki kepentingan untuk memastikan keamanan warganya, yang sering kali dihadapkan pada ancaman dari kelompok-kelompok di wilayah Palestina.

 

Di sisi lain, masyarakat Palestina juga memiliki kelompok-kelompok yang bertujuan memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk hak untuk memiliki negara sendiri dan menentang pendudukan yang mereka alami. Beberapa kelompok ini menggunakan kekuatan militer untuk melawan pendudukan dan mencapai tujuan politik mereka, yang merupakan sumber ketegangan yang berkelanjutan.

 

Namun demikian, pemahaman mendalam tentang peran identitas kelompok dalam konflik ini juga menawarkan peluang untuk merancang strategi yang lebih efektif untuk membangun kedamaian. Mendorong dialog antarkelompok, mempromosikan pengertian dan empati, serta mengakui hak-hak dan kebutuhan setiap kelompok dapat menjadi langkah awal menuju rekonsiliasi.

 

Rekonsiliasi Argumen

Dalam pandangan saya, Konflik Israel-Palestina adalah konflik yang sangat kompleks dengan akar masalah yang melibatkan faktor sejarah, politik, agama, dan identitas kelompok. Analisis psikologi sosial terhadap peran identitas kelompok dalam konflik ini dapat memberikan wawasan yang dalam tentang dinamika konflik tersebut.

 

Kesimpulan

Penting untuk diakui bahwa identitas kelompok memainkan peran sentral dalam konflik Israel-Palestina. Memahami peran identitas nasional, agama, dan sejarah dalam membentuk pandangan dan perilaku individu dan kelompok adalah langkah penting dalam merumuskan strategi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan mencapai perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

 

Referensi:

 

Badjodah, A. F., Husen, M., Ahmad, S (2021).  Dinamika Konflik dan Upaya Konsensus Palestina-Israel (Studi Kasus Perjanjian Perdamaian Oslo (Oslo Agreement) Tahun 1993). JCI: Jurnal Cakrawala Ilmiah 1(3), 409-420.

Collins, Randall. (1975). Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. Academic Press.

Firdaus, A. Y., Yani, Y. M (2020). Faktor Penghambat Perdamaian Konflik Palestina-Israel, Populis: Jurnal Sosial dan Humaniora, 5(1), 104-110.

Hewstone, M., Rubin, M., & Willis, H. (2002). Intergroup Bias. Annual Review of Psychology, 53(1), 575-604. DOI: 10.1146/annurev.psych.53.100901.135109.

 

Masyrofah (2023). Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi: Upaya Penyelesaian Konflik Israel-Palestina. Deepublish Digital.