ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 23 Desember 2023

 

Mengelola Stres Psikologi dalam Lingkungan Kemaritiman: Peran Pemimpin dan Strategi Penanganan

 

Oleh:

Arum Pramesti Wirawati, Putri Andriani, & Muhammad Erwan Syah

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Industri maritim adalah landasan perdagangan dan perdagangan global, tetapi ia datang dengan tantangan unik yang dapat menyebabkan tekanan psikologis yang signifikan di kalangan pelaut (McVeigh, et al., 2019). Artikel ini menggali peran penting yang dapat dimainkan oleh para pemimpin dalam sektor maritim dalam mengurangi dan mengurangi stres ini, serta membahas strategi penanggulangan bagi pelaut untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka. Kehidupan di laut sangat menuntut, ditandai dengan periode isolasi yang berkepanjangan, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan tekanan yang tidak henti-hentinya untuk mematuhi jadwal yang ketat. Stresor ini dapat bermanifestasi sebagai kesepian, kecemasan, dan bahkan depresi, sehingga penting bagi para pemimpin di industri maritim untuk mengenali dan mengatasi tantangan ini demi kru mereka. Para pemimpin di sektor maritim, termasuk kapten dan perwira senior, memiliki peran penting dalam mengelola tekanan psikologis di antara kru mereka (Brooks & Greenberg, 2022). Tetapi perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung di mana pelaut merasa nyaman mendiskusikan kekhawatiran mereka dan mencari bantuan bila diperlukan. Komunikasi terbuka dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi. Selain itu, para pemimpin ini harus memastikan bahwa anggota kru mereka menerima pelatihan yang tepat dalam manajemen stres dan kesadaran kesehatan mental. Akses ke sumber daya seperti layanan konseling dan program pengurangan stres harus tersedia. Yang terpenting, para pemimpin harus memimpin dengan memberi contoh, menampilkan strategi manajemen stres yang efektif untuk anggota tim mereka. ASEAN sebagai organisasi regional yang benar-benar independen dan terintegrasi memiliki aktor netral namun sangat relevan dalam komunitas multilateral global. Bangsa-bangsa (ASEAN) dan kawasan Indo-Pasifik serta negara-negara lain, memiliki hubungan kerja sama pertahanan dengan Indonesia untuk kepentingan nasional. Memperkuat kerja sama keamanan maritim melalui latihan bersama dan patroli terkoordinasi secara berkesinambungan untuk memperkuat arsitektur keamanan kawasan.

Pelaut sendiri juga dapat mengambil langkah proaktif untuk mengelola dan mengurangi stres psikologis (Slišković, 2017). Tetap terhubung dengan orang yang dicintai di rumah sangat penting dalam memerangi perasaan terisolasi. Berkat teknologi modern, pelaut dapat mempertahankan komunikasi reguler melalui panggilan video dan pesan. Mempertahankan gaya hidup sehat adalah komponen penting lainnya dalam mengelola stres. Nutrisi yang tepat, olahraga teratur, dan tidur yang cukup semuanya berkontribusi pada kesejahteraan mental dan ketahanan. Pelaut harus memprioritaskan aspek-aspek kehidupan mereka, bahkan saat berada di laut (Zhang, Shan, Zhao, & Pryce-Roberts, 2019). Mengembangkan keterampilan manajemen stres sangat berharga. Teknik seperti pernapasan dalam, perhatian, dan latihan relaksasi dapat membantu pelaut menavigasi tantangan lingkungan unik mereka (Kabat-Zinn, 2013). Selain itu, pelaut tidak perlu ragu untuk mencari dukungan bila diperlukan. Baik dari kolega, atasan, atau konselor onboard, menjangkau dan mendiskusikan perasaan mereka dapat menjadi langkah signifikan untuk mengelola stres yang mereka hadapi.

Kesimpulannya, industri maritim menghadirkan tantangan khas bagi pelaut yang dapat menyebabkan tekanan psikologis. Namun, para pemimpin dalam industri ini dapat membuat perbedaan besar dengan membina lingkungan kerja yang mendukung, memberikan pelatihan dan sumber daya, dan memimpin dengan memberi contoh dalam mengelola stres. Secara bersamaan, pelaut sendiri dapat menggunakan strategi penanggulangan, termasuk tetap terhubung, mempertahankan gaya hidup sehat, mengembangkan keterampilan manajemen stres, dan mencari dukungan. Dengan menerapkan strategi ini, industri maritim dapat berusaha untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan lebih sehat secara mental bagi mereka yang memainkan peran penting dalam mempertahankan perdagangan global.

 

Referensi:

 

Brooks, S. K., & Greenberg, N. (2022). Mental health and psychological wellbeing of maritime personnel: a systematic review. BMC Psychology, 10(1), 1-26. https://doi.org/10.1186/s40359-022-00850-4.

Kabat-Zinn, J. (2013). Full catastrophe living, revised edition: how to cope with stress, pain and illness using mindfulness mediation. Oxfordshire: Hachette UK.

McVeigh, J., MacLachlan, M., Vallières, F., Hayland, P., Stilz, R., Cox, H., & Fraser, A. (2019). Identifying Predictors of Stress and Job Satisfaction in a Sample of Merchant Seafarers Using Structural Equation Modeling. Frontiers in Psychology, 10(70), 1-13. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00070.

Slišković, A. (2017). Occupational Stress in Seafaring. In M. MacLachlan, Maritime Psychology: Research in Organizational & Health Behavior at Sea (pp. 99-126. https://doi.org/10.1007/978-3-319-45430-6_5). New York: Springer.

Zhang, P., Shan, D., Zhao, M., & Pryce-Roberts, N. (2019). Navigating seafarer’s right to life across the shipping industry. Marine Policy, 99, 80-86. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2018.10.002.