Vol. 9 No. 22 November 2023
Anak Berbakat dan Dinamika di Era Masa Kini
Oleh:
Allessandra Theresia
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Membahas mengenai anak berbakat mempunya dinamika tersendiri. Ummai (2017) menyatakan bahwa anak berbakat pada hakekatnya memiliki kemampuan potensial yang dibawa sejak lahir dan mereka akan mampu berkembang jika lingkungan bisa memberikan stimulasi yang bermakna. Di masa dulu, anak yang dianggap berbakat adalah anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif yang sangat tinggi dan berprestasi di dunia pendidikan. Banyak orang tua dan lingkungan sekolah mendorong anak-anak untuk terus berprestasi tinggi sebagai batasan untuk menentukan anak tersebut sebagai anak yang cerdas istimewa. Namun di perkembangan sekarang, menurut Ginting & Ichsan (2021) ternyata anak dengan keistimewaan luar biasa ini mengalami banyak masalah, tidak hanya dalam hal prestasi tapi juga dengan tumbuh kembang anak tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi anak berbakat adalah ketidaksinkronan antara aspek-aspek perkembangan dimana salah satu aspek perkembangan yang berkembang pesat namun perkembangan lain mengalami ketertinggalan.
Salah satu contoh kasus anak berbakat dialami oleh Thomas Alfa Edison. Seperti yang kita ketahui, Edison merupakan tokoh terkenal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan sains dan teknologi. Edison menciptakan lampu pijar, fonograf, kinetoskop, baterai, dan mesin teletype serta menerima banyak penghargaan karena temuan-temuannya. Namun, ternyata Edison mengalami keterlambatan perkembangan terutama di area bicara. Edison mengalami keterlambatan perkembangan terutama di area sosial dan sering dianggap aneh di sekolah karena banyak pertanyaan yang diberikan kepada gurunya di sekolah dan dianggap merepotkan. Ia juga dianggap aneh karena memiliki pola pikir yang tidak sama dengan anak seusianya.
Kasus Edison merupakan salah satu contoh yang bisa menunjukkan kepada kita bahwa dinamika dalam perkembangan anak berbakat sangatlah dinamis. Banyak kasus-kasus di dunia pendidikan menemukan bawah, anak-anak yang nyatanya tidak berprestasi di sekolah malah memiliki bakat yang lain yang cukup pesat yang bukan berhubungan dengan pendidikan. Dahlia & Rosa (2017) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa anak-anak dengan taraf kecerdasan yang tinggi justru banyak yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Dalam hal ini, anak-anak memiliki motivasi belajar yang rendah karena tidak bisa memanfaatkan kemampuan yang dimiliki karena faktor perkembangan yang terhambat.
Memiliki berbagai kasus yang terjadi mengenai anak berbakat, dalam hal ini perlu disadari bahwa anak-anak berbakat juga termasuk anak berkebutuhan khusus yang perlu untuk diberikan penanganan khusus. Seringnya orang tua dan lingkungan menganggap bahwa jika anak memiliki taraf kecerdasan yang tinggi maka akan lebih gampang dalam menerapkan pola asuh maupun menerapkan tuntutan pendidikan yang tinggi juga. Namun tidak semua anak akan bisa memberikan pemikiran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Terkadang tuntutan dan pola asuh yang kurang tepat justru membuat perkembangan anak berbakat menjadi terhambat sekaligus mengalami masalah pribadi seperti perasaan tidak diterima dalam lingkungan, memiliki sikap negatif di sekolah, serta tidak dapat menyelesaikan konflik-konflik yang dihadapi sehingga label yang diterima justru sebagai anak yang bermasalah.
Menyadari pentingnya perkembangan anak berbakat, kita perlu untuk fokus memberikan pola asuh dan pola pendidikan yang tepat bagi anak berbakat. Anak berbakat perlu untuk diterima sebagai anak berkebutuhan khusus dengan fokus pada stimulasi khusus agar perkembangan anak menjadi maksimal. Terkadang lingkungan seperti orang tua dan guru juga perlu menerima kondisi anak berbakat yang tidak selalu mampu untuk menunjukkan prestasi yang tinggi di dunia pendidikan. Anak-anak juga perlu diterima bahwa prestasi di area lain juga penting dan bisa diterima, misal di area seni, olahraga maupun area lainnya.
Referensi:
Dahlia, H., & Roza, W. E. (2017). Masalah underachiever pada anak berbakat di sekolah. Schoulid: Indonesian Journal of School Counseling. 2(2). 26-30.
Ginting, A. H., & Ichsan. (2021). Pola asuh orang tua pada anak cerdas dan anak gifted. El-Midad: Jurnal PGMI. 13(1). 1-9.
Ummai, F. V. (2017). Anak berbakat dan dunia pendidikan. Schoulid: Indonesian Journal of School Counseling. 2(2). 1-5.