Vol. 9 No. 20 Oktober 2023
Mengukur Resiliensi Kerja dari Generasi Z Sebagai Generasi Strawberry
Oleh:
Jennifer Susanto, Angela Oktavia Suryani, & Laura Fransisca N. Sudarnoto
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Generasi merupakan salah satu pendorong yang paling penting bagi kemajuan suatu kelompok masyarakat (Connolly, 2019). Sebagai generasi muda yang sudah mulai memperlihatkan pengaruhnya dalam masyarakat dan lingkungan pekerjaan, generasi Z menurut Kasali (2017) dikatakan sebagai generasi strawberry yang meskipun penuh dengan hal-hal yang positif terutama dengan kreativitasnya, akan tetapi mudah hancur karena karakternya yang mudah menyerah, mudah sakit hati, egois, dan pesimis terhadap masa depannya.
Dalam dunia kerja saat ini, generasi strawberry yang didominasi oleh generasi Z dikatakan tidak bekerja hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga mencari kenyamanan dengan bidang yang sesuai dengan minat dalam pekerjaan mereka. Akan tetapi generasi ini dikatakan tidak memiliki rasa tanggung jawab, mudah menyerah, serta memiliki ekspektasi tinggi dan memaksakan kehendak individu (Kasali, 2017).
Dengan adanya beberapa permasalahan dan keluhan terkait dengan generasi Z di lingkungan pekerjaan, peneliti merasa perlu meneliti daya resiliensi generasi Z. Oleh karena situasinya yang unik, maka sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menyusun alat ukur resiliensi kerja secara khusus. Dalam merumuskan konstruk dan dimensi, peneliti menelaah tiga teori, antara lain yaitu:
1. Teori resiliensi dari Reivich dan Shatte (2003) yang menguraikan tujuh faktor dimensi, antara lain regulasi dan kesadaran emosi, kontrol impuls, optimisme realistis, pemikiran fleksibel, efikasi diri, empati, dan kemampuan menjangkau orang lain.
2. Teori resiliensi kerja dari McEwen (2011) yang membagi resiliensi menjadi empat komponen antara lain mental toughness, physical endurance, emotional balance, serta purpose and meaning.
3. Teori resiliensi dari Resnick (2011) yang menguraikan resiliensi menjadi faktor self-esteem, dukungan sosial, spiritualitas, dan emosi positif.
Berdasarkan analisis teori-teori tersebut, peneliti merumuskan resiliensi merupakan proses dinamik seseorang untuk merespon kesulitan dengan mempertahankan sikap positif, cara yang sehat dan produktif dalam mengelola stress dan trauma dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan. Empat dimensi yang terkandung dalam resiliensi kerja antara lain sebagai berikut:
1. Mental toughness: meliputi kemampuan seseorang untuk mengatur emosi, yang termasuk didalamnya adalah kenyamanan dalam membicarakan perasaan, kontrol impuls dan realistis dalam situasi yang tidak pasti, dapat mempertahankan karakter positif, serta adanya spiritualitas yang menumbuhkan ketabahan dan ketangguhan.
2. Social support: meliputi dukungan sosial dari orang-orang terdekat dalam menyelesaikan masalah, dapat mencari bantuan ketika dibutuhkan, serta dapat mengontrol emosi untuk menjaga hubungan sosial dalam pekerjaan.
3. Flexible thinking: meliputi kemampuan untuk berpikir fleksibel dan melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang termasuk perspektif orang lain, serta dapat beradaptasi dalam berbagai skenario yang terjadi dalam pekerjaan.
4. Physical endurance: meliputi kemampuan untuk merawat tubuh melalui olahraga dan menjaga nutrisi yang dikonsumsi, serta bekerja sesuai dengan ritme tubuh.
Alat tes yang dibuat menggunakan model summated rating scale dari Likert dengan rentang dari 1 (Sangat Tidak Sesuai) sampai dengan 6 (Sangat Sesuai). Jumlah item terdiri dari 45 butir item dengan jumlah akhir 22 butir item setelah revisi dilakukan. Total skor menunjukkan tingkat resiliensi kerja yang dimiliki oleh partisipan.
Populasi dalam penelitian ini adalah generasi Z (kelahiran 1995-2010) yang sudah/pernah bekerja minimum 1 tahun. Partisipan dalam penelitian ini direkrut dengan menggunakan teknik convenience sampling dengan membagikan tautan kuesioner daring ke berbagai media sosial seperti whatsapp, line, instagram, tiktok, dan twitter. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 176 orang responden, di mana 80 responden pada uji coba (uji analisis item dan validitas isi) dan 96 responden pada uji validitas konstruk dan reliabilitas.
Uji validitas isi menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan melibatkan tiga orang ahli (bidang pengukuran psikologi dan resiliensi kerja). Secara kualitatif, para ahli menilai relevansi perilaku dan tata bahasa item. Secara kuantitatif, peneliti menerapkan perhitungan Item Content Validity Index (I-CVI) dan Scale Content Validity Index (S-CVI) yang digunakan untuk uji psikometri dan relevansi dengan proses reliabilitas (Zamanzadeh et al., 2015). Peneliti meminta para ahli menilai sejauh mana item-item tersebut relevan, penting/tidak penting masuk ke dalam alat ukur, dan kesederhanaan bahasa dalam rentang skor 1 (tidak relevan) - 4 (sangat relevan). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, peneliti menghilangkan tiga item. Uji analisis item dengan metode corrected item-total correlation diterapkan untuk menguji sejauh mana item-item dalam alat ukur ini homogen dengan critical value 0.185. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, terdapat 28 butir item yang lolos.
Pada uji validitas konstruk, peneliti menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji validitas dan reliabilitas konstruk dari indikator-indikator pembentuk konstruk laten (Tentama & Subardjo, 2018). Peneliti menggunakan ketentuan goodness of fit menurut Hu dan Bentler (1999) sebagai panduan (?2/df < 3; p > 0.05, CFI > 0.90, TLI > 0.95, RMSEA < 0.08). Hasil pengujian menunjukkan bahwa peneliti perlu membuang 6 item untuk bisa mendapatkan struktur item yang fit. Item-item tersebut dibuang karena koefisien factor loading-nya tidak signifikan (p > 0.05). Setelah dilakukan pengujian kembali, diperoleh bahwa model struktur alat ukur tersebut fit dengan data lapangan, dengan ?2/df = 1.125, p-value = 0.128, CFI = 0.968, TLI = 0.956 dan RMSEA = 0.036.
Uji reliabilitas alat ukur dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, alat ukur ini tergolong reliabel dengan koefisien sebesar 0.788.
Kesimpulan
Hasil pengujian psikometri terhadap alat ukur resiliensi kerja dari Generasi Z di Indonesia menunjukkan bahwa dengan 22 butir item, secara keseluruhan valid tepat mengukur konstruk dan reliabel konsisten mengukur konstruk, sehingga sudah dapat digunakan.
Contoh butir item alat ukur resiliensi kerja generasi Z
1. Saya adalah orang yang optimis dalam menjalankan pekerjaan saya (dimensi mental toughness).
2. Orang-orang terdekat saya tidak dapat membantu saya dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan (dimensi social support).
3. Saya membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan situasi yang saya hadapi (dimensi flexible thinking).
4. Bagi saya, kondisi kesehatan saya tidak ada hubungannya dengan kemampuan saya mengatasi masalah dalam pekerjaan (dimensi physical endurance).
Referensi:
Connolly, J. (2019). Generational Conflict and the Sociology of Generations: Mannheim and Elias Reconsidered. Theory, Culture & Society, 36(7–8), 153–172. https://doi.org/10.1177/0263276419827085
Hu, L., & Bentler, P.M. (1999). Cutoff criteria for fit indexes in covariance structure analysis: Conventional criteria versus new alternatives. Structural Equation Modeling: A Multidisciplinary Journal 6(1), 1-55, doi: 10.1080/10705519909540118.
Kasali, R. (2017). Strawberry Generation: Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh. Expose Publika.
McEwen, K. (2011). Building resilience at work. Australian Academic Press.
Reivich, K., & Shatté Andrew. (2003). The resilience factor: 7 keys to finding your inner strength and overcoming life's Hurdles. Broadway Books.
Resnick, B., Roberto, K. A., & Gwyther, L. P. (2011). Resilience in Aging: Concepts, Research, and Outcomes. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-0232-0
Tentama, F., & Subardjo. (2018). Pengujian validitas Dan Reliabilitas konstruk pada organizational citizenship behavior. HUMANITAS, 15(1), 62. https://doi.org/10.26555/humanitas.v15i1.5282
Zamanzadeh, V., Ghahramanian, A., Rassouli, M., Abbaszadeh, A., Alavi-Majd, H., & Nikanfar, A.-R. (2015). Design and implementation content validity study: Development of an instrument for measuring patient-centered communication. Journal of Caring Sciences, 4(2), 165–178. https://doi.org/10.15171/jcs.2015.017