Vol. 9 No. 20 Oktober 2023
Digitalisasi dan Keharmonisan Keluarga: Tantangan dan Solusi
Oleh:
Murni Widya Ningsih
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Mardlyah (2023) menjelaskan bahwa sebelum melakukan interaksi terhadap ranah yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat, maka interaksi terkecil yang menjadi elemen kunci terbentuk dari sebuah keluarga. Lewat interaksi yang tercipta dari hubungan keluarga maka seseorang dapat melewati tahap belajar awal, pertumbuhan, dan berbagai perkembangan yang menjadi sekumpulan kenangan penuh makna di waktu mendatang. Menurut Maryam (2016, dalam Fortunada, 2022) menyebutkan bahwa di dalam keluarga terdapat berbagai sistem yang berjalan sesuai fungsinya. Hal ini karena keluarga merupakan batang tubuh yang tidak bisa saling lepas untuk menghadirkan kedinamisan yang terwujud melalui interaksi, memberikan keputusan, dan penyelesaian masalah.
Menurut Pribadiningtyas (2016) dalam sebuah seminar telah memaparkan bahwa perkembangan teknologi dalam hal ini adalah digitalisasi yang terus mengalami perluasan yang semakin modern setiap saat yang membuat pengguna dalam mengakses tidak lagi dapat dihindari. Kemampuan digitalisasi yang unlimited memberikan kemudahan dalam berbagai hal yang hendak dijangkau pengguna sesuai dengan yang diinginkan. Kondisi ini tentu menghadirkan dampak yang bernilai positif maupun negatif dalam kehidupan keluarga. Berdasarkan hal tersebut timbul pertanyaan yang ingin diulas dalam artikel ini, diantaranya adalah (1) Apa saja dampak digitalisasi pada keharmonisan keluarga, (2) Apa saja tantangan yang kemungkinan muncul dari hadirnya era digitalisasi ini, (3) Apa solusi praktis yang dapat dilakukan sebagai upaya menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi digital dengan hubungan keluarga yang harmonis.
Pengaruh Perkembangan Digitalisasi dalam Keluarga
Menurut Eirin (2023, April 3) era digital yang terus berkembang ini menghadirkan sejumlah dampak positif dalam lingkungan keluarga, yakni:
1. Kemudahan dalam berkomunikasi yang tidak menjadikan jarak sebagai alasan. Komunikasi dapat mudah dilakukan dengan saluran internet secara virtual melalui layanan video call. Tentu hal ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang berjauhan dengan anggota keluarga lainnya.
2. Kemudahan dalam melakukan pekerjaan rumah.
Hal ini terwujud dalam kegiatan ibu rumah tangga yang dibantu oleh alat-alat rumah tangga yang saat ini sudah serba otomatis, misal: kompor listrik, vacum cleaner, mesin cuci, pelumat bumbu, dll yang selain memudahkan juga dapat menghemat waktu.
3. Kemudahan bagi orang tua dalam menyalurkan ilmu pengetahuan.
Orang tua dapat memanfaatkan perkebangan digitalisasi untuk memperkenalkan hal baru dan menyalurkan ilmu pengetahuan bagi anak-anak dalam bentuk video edukatif, e-book, audio lerning, dan hal-hal menyenangkan lainnya yang mendukung proses belajar anak di dalam keluarga dengan mengakses internet.
4. Terbentuk kedekatan antara orang tua dan anak.
Lazim terjadi, bahwa yang lebih cepat memahami perkembangan teknologi di era digital ini adalah anak, sedangkan orang tua mendapatkan pengetahuan dari sang anak. Situasi saling berbagi pengetahuan dalam belajar memahami perkembangan teknologi ini dapat membentuk kedekatan antara orang tua dan anak.
Tidak hanya membahas mengenai dampak positif saja Eirin (2023) juga membahas mengenai dampak negatif dari berkembangnya teknologi di era digital dalam keluarga saat ini, diantaranya adalah:
1. Interaksi antar anggota keluarga yang berkurang.
Anggota keluarga yang memiliki fasilitas komunikasi masing-masing membuat waktu untuk melakukan interaksi antar anggota keluarga menjadi berkurang. Ini terjadi karena semua anggota keluarga merasa asyik dengan kecanggihan digital berupa gadget, dan akhirnya lupa dengan kebutuhan berinteraksi dalam keluarga.
2. Orang tua tidak lagi menjadi tempat bertanya bagi anak.
Kemajuan teknologi dalam kemudahan mengakses internet membuat anak dengan segera mencari tahu tentang apa yang ingin diketahui tanpa bertanya lagi dengan orang tua. Tidak jarang karena mendapat pengetahuan lebih dahulu daripada orang tua setelah berselancar, anak menjadi merasa lebih pintar dari pada orang tua.
Tantangan Digitalisasi dalam Keluarga
Menurut Daniswara & Faristiana (2023), perkembangan teknologi di era digital membuat keluarga harus menghadapi berbagai tantangan, seperti:
1. Menghadapi adanya perubahan pola kerja yang bergantung pada teknologi.
Kini telah banyak pekerjaan dilakukan dengan kecerdasan buatan dan sistem yang otomatis, hingga robotik. Hal ini memberikan ancaman terhadap pencari nafkah yang berperan memenuhi kebutuhan keluarga, yang apabila tidak diimbangi dengan skill sesuai perkembangan zaman maka berpotensi menghadirkan jumlah pengangguran baru yang berimbas pada ekonomi keluarga.
2. Hadirnya gangguan komunikasi yang memberikan pengaruh dalam dinamika keluarga.
Menghabiskan waktu yang terlalu banyak di laman sosial media, membuat komunikasi antar keluarga menjadi terganggu, sebab interaksi yang berkurang dan merenggangkan kualitas dalam keluarga.
3. Ancaman gangguan kesehatan mental.
Berselancar dengan media sosial berpotensi kecanduan, hingga depresi. Hal ini patut menjadi perhatian serius demi menjaga keharmonisan keluarga dan menjaga kesejahteraan psikologis dalam keluarga.
Solusi Menjaga Keharmonisan Keluarga
Daniswara & Faristiana (2023) merekomendasikan bebarapa hal yang dapat ditempuh keluarga untuk menghadapi tantangan di era digital ini, dengan cara:
1. Menghadirkan sikap memahami satu sama lain.
Penting untu saling memahami satu sama lain dalam anggota keluarga, untuk dapat menggiring keluarga masuk dalam suasana yang harmonis. Orang tua memberikan contoh dalam sikap dan perilaku saling memahami, sehingga anak dapat menirunya.
2. Aktualisasi Peran berdasarkan teori fungsional yang dibawakan oleh Emile Durkheim.
Dimana semua lapisan masyarakat, bahkan lingkup terkecil keluarga memiliki fungsi masing-masing untuk menciptakan stabilitas tatanan sosial yang harmonis. Hal ini dapat terjadi jika peran fungsional dijalankan dengan baik dimulai dari lingkungan keluarga.
3. Memberikan penghargaan pada anggota keluarga.
Penghargaan merupakan kebutuhan psikologis yang harus diberikan dalam keluarga. Penghargaan tersebut dapa berupa pujian, afirmasi positif, hadiah, sikap peduli, dan perlakuan yang baik.
4. Berkomunikasi secara efektif
Memahami anggota keluarga dapat dilakukan dengan menggunakan komunikasi yang bersifat positif, sehingga efektif membangun kepercayaan dan rasa aman, serta kehangatan menjuju keluarga yang harmonis.
5. Sikap discipline.
Berdisiplin dalam keluarga agar berperilaku sesuai dengan hal-hal yang ditetapkan dalam norma keluarga dengan penuh tanggung jawab. Kembali, orang tua harus memberikan contoh bagi anak-anak dalam keluarga.
6. Menghadirkan generasi berkualitas yang terencana di masa awal jenjang pernikahan.
Hal ini dapat menjadi visi misi yang baik untuk membentu sebuah keluarga dalam perkembangan era digital saat ini.
Perkembangan era digital membuat keluarga harus menghadapi berbagai pengaruh yang haadir, baik dalam bentuk dampak negatif maupun positif. Hal tersebut menjadi tantangan dalam sebuah keluarga, sehingga diperlukan sikap saling memahami, gaya berkomunikasi yang baik, dan menghadirkan kebutuhan psikologis berupa penghargaan. Kiranya membuat aturan penggunaan teknologi dan menyediakan waktu untuk family time menjadi suatu solusi praktis untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Prioritas utama dalam keluarga adalah memperkuat hubungan dan menjaga keharmonisan di era digital saat ini. Setiap anggota keluarga dengan penuh rasa sadar saling bekerja sama menjadikan teknologi sebagai alat untuk mempererat hubungan, bukan malah menjadi perusak hubungan keluarga. Harapan terbesar di era digital ini adalah keluarga yang bahagia dan harmonis.