ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 20 Oktober 2023

 

Perilaku Kooperatif Berbagi Air Bersih

 

Oleh:

Chandra Yudistira Purnama

Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran

 

Perubahan iklim global yang terjadi saat ini sangat berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan. Salahsatu aspek yang terdampak adalah sumber daya air. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan kekeringan air bersih hampir diseluruh negara (Klobucista & Robinson, 2023; United Nations, 2022), tidak terkecuali Indonesia (Pawitan, 2018; Wulandari et al., 2021). Musim kemarau yang panjang menyebabkan dampak kekeringan semakin meluas dan menyulitkan warga mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak awal tahun hingga penghujung tahun 2023, hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami krisis air bersih (Prasetyo, 2023). Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Makasar, Samarinda, dan Jayapura tidak lepas dari permasalahan krisis air bersih dikarenakan kemarau yang panjang.

 

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut seperti mengatur pendistribusian bantuan suplai air bersih menggunakan truk tanki air bersih, membuat bak penampungan air bersih,  dan membuat sumur. Hanya saja upaya tersebut ternyata masih belum mampu mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih untuk warga masyarakat. Saat pembagian air bersih, tidak sedikit warga berebut air bersih yang dibagikan oleh pemerintah, ada warga yang membawa wadah lebih besar dari yang ditentukan, ada pula warga yang membawa wadah lebih banyak dari yang ditentukan. Kondisi – kondisi tersebut yang pada akhirnya membuat sebagian warga menjadi tidak kebagian air bersih. Padahal pemerintah sudah mengatur sedemikian rupa agar semua warga masyarakat mendapat jatah yang adil dalam pembagian air bersih.

 

Perilaku berebut air bersih, membawa wadah dengan ukuran yang lebih besar dan membawa jumlah wadah yang melebihi aturan yang ditentukan merupakan perilaku yang egois, mengutamakan kepentingan diri sendiri atau disebut perilaku tidak kooperatif. Pada situasi semua orang sedang mengalami kesulitan yang sama, yaitu kesulitan mendapatkan air bersih, maka seharusnya mengutamakan perilaku kooperatif, yaitu perilaku yang mengutamakan kepentingan bersama untuk tujuan bersama, yaitu sama-sama mendapatkan air bersih walaupun mungkin dalam jumlah yang tidak sesuai kebutuhan.

 

Secara psikologis, seseorang cenderung akan berperilaku egois ketika sedang berada dalam posisi tidak menguntungkan bagi dirinya, dan berupaya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk dirinya tanpa memikirkan orang lain (Fehr & Fischbacher, 2003; Greenberg et al., 1997; Van Lange et al., 2013). Dalam konteks air bersih yang saat ini kondisinya terbatas, sedangkan yang membutuhkan banyak, maka akan muncul potensi orang berbuat curang dengan mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan orang lain. Seperti contoh diatas, warga berebut air bersih, membawa wadah dengan ukuran dan jumlah yang tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Mengapa hal tersebut terjadi?, karena setiap orang ada potensi dan memiliki kecenderungan ingin memenuhi kebutuhan air untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan kebutuhan air bersih orang lain. Apabila kondisi ini terus terjadi maka memungkinkan muncul masalah lain selain permasalahan kekurangan air bersih itu sendiri.

 

Oleh karena itu, selain upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, maka perlu ada hal lain yang dilakukan, yaitu mempromosikan perilaku kooperatif, dalam hal ini perilaku kooperatif untuk berbagi air bersih. Perilaku kooperatif itu sendiri adalah perilaku memberi atau berbagi untuk kepentingan bersama, dan tidak mengambil terlalu banyak dari sumber daya bersama yang tersedia (Van Lange, 2014). Melalui perilaku kooperatif berbagi air bersih, diharapkan setiap orang tidak hanya terfokus memikirkan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk dirinya sendiri, namun juga memikirkan kepentingan bersama untuk jangka waktu yang panjang, yaitu semua orang bisa mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-harinya. Perilaku kooperatif secara sederhana dapat ditunjukkan dengan, bersedia antri mendapatkan giliran mengisi wadah, membawa wadah dengan ukuran dan jumlah yang ditentukan oleh pemerintah, dan apabila ada warga yang belum kebagian air bersih, padahal truk tanki air bersih sudah habis, maka bersedia membagi air bersih yang sudah dimiliki dengan orang lain yang belum mendapatkan air berish. Diharapkan dengan adanya kesediaan untuk berperilaku kooperatif  berbagi air bersih maka semua orang dapat mendapatkan dan menikmati air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

 

Memunculkan dan menumbuhkan perilaku kooperatif pada diri seseorang memang tidak mudah. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya kesediaan berperilaku kooperatif pada diri seseorang. Melalui tulisan ini diharapkan bisa menjadi alternatif upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan kekurangan air bersih pada masyarakat. Upaya secara sistem telah dilakukan oleh pemerintah, dan upaya yang dapat dilakukan oleh individu masing-masing adalah dengan mempraktikan perilaku kooperatif berbagi air bersih. 

 

Referensi:

 

Fehr, E., & Fischbacher, U. (2003). The nature of human altruism. Nature Review Article, 425, 785–791. www.nature.com/nature

Greenberg, J., Solomon, S., & Pyszczynski, T. (1997). Terror Management Theory of Self-Esteem and Cultural Worldviews: Empirical Assessments and Conceptual Refinements. In M. P. Zanna (Ed.), Advances in  Experimental Social Psychology (Vol. 29, pp. 61–139). Academic Press. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S0065-2601(08)60016-7

Klobucista, C., & Robinson, K. (2023). Water Stress: A Global Problem That’s Getting Worse. Council on Foreign Relations. https://www.cfr.org/backgrounder/water-stress-global-problem-thats-getting-worse

Pawitan, H. (2018). Climate change impacts on availability and vulnerability of Indonesia water resources. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 200(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/200/1/012003

Prasetyo, A. Y. (2023, September 28). Bencana Kekeringan yang Makin Meluas di Indonesia - Kompas.id. Kompas.Id. https://www.kompas.id/baca/riset/2023/09/28/bencana-kekeringan-yang-makin-meluas-di-indonesia

United Nations. (2022). Water at the center of the climate crisis. United Nations Climate Action.

Van Lange. (2014). Social dilemmas : Understanding human cooperation. Oxford University Press.

Van Lange, P. A. M., Joireman, J., Parks, C. D., & Van Dijk, E. (2013). The psychology of social dilemmas: A review. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 120(2), 125–141. https://doi.org/10.1016/j.obhdp.2012.11.003

Wulandari, S., Sabar, A., Setiadi, T., & Kurniawan, B. (2021). Markov Analysis Of Water Discharge As An Indicator Of Surface Water Security Of The Bandung Basin. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(4), 596–606. https://doi.org/10.15294/jpii.v10i4.28974