ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 18 September 2023

 

Ketangguhan Mental Mahasiswa: Belajar dari Filosofi Stoik

 

Oleh:

Murni Widya Ningsih

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Kehidupan kampus merupakan zona kemahasiswaan yang susah-susah gampang. Zona ini membuat seseorang yang telah menjadi mahasiswa akan menjadi akrab dengan berbagai tekanan serta tantangan yang tidak sedikit, bahkan rumit hingga mencapai taraf kompleksitas yang tinggi. Mulai dari aneka tugas yang terus saja saling susul dalam dateline, hingga tekanan dalam interaksi sosial di circle kampus, merangkum dari tulisan Dwiva. (2023, 8 Juni). Tentu, kondisi ini dapat menghadirkan stres tersediri bagi mahasiswa, sehingga menjaga keseimbangan mental dan emosi menjadi suatu kemutlakan yang tidak lagi bisa ditawar. Menelaah hal ini, maka terdapat sebuah filosofi yang patut untuk dipertimbangkan menjadi sebuah inspirasi berharga yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri mahasiswa. Filosofi ini adalah filosofi Stoik. Lantas, bagaimana filosofi Stoik dapat memberikan bantuan bagi mahasiswa untuk meraih ketangguhan mental dalam upaya meraih kesuksesan akademik dan sosial?

 

Apa makna ketangguhan mental?

Menurut Lin, Mutz, Clough, & Papageorgiou (2017) memberikan beberapa pemaknaan terhadap ketangguhan mental, diantaranya: (1) Ketangguhan mental secara emosional merupakan kemampuan individu untuk dapat mempertahankan tingkat kendali dan kepercayaan diri yang lebih besar ketika menghadapi stress yang memberikan kemungkinan terhadap kesejahteraan psikologis yang baik, (2) Ketangguhan mental secara kognitif memungkinkan seseorang untuk dapat berkomitmen terhadap berbagai tugas yang dijalani, (3) Secara perilaku, ketangguhan mental merupakan kecenderungan seseorang untuk dapat mengadopsi strategi penaggulangan stres yang berfokus pada masalah agar dapat mengelola stres secara efektif, dengan menggunakan teknik-teknik positif. Berdasarkan pemaknaan tersebut, maka ketangguhan mental tercermin sebagai kemampuan yang bukan hadir secara alami sejak lahir, tetapi menjadi sebuah kemampuan yang memiliki peluang untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan sepanjang hayat.

 

Seperti apa filosofi Stoik?

Filosofi Stoik merupakan sebuah filsafat kuno yang lahir di zaman Yunani dari para filosof tersohor, yakni Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Filosofi Stoik memiliki fokus terhadap pengembangan pola pikir dan perilaku yang bijaksana untuk diaplikasikan dalam kehidupan (Al-Bariq, & Ichwan, 2023). Pemikiran yang dimaksud adalah berupa kefokusan pada segala sesuatu yang hanya dapat dikendalikan oleh diri, dan memperbesar penerimaan yang sifatnya tidak dapat diubah. Beberapa waktu sebelumnya penulis buku “How to be a Stoic” yakni Pigliucci (2017) juga menyebutkan bahwa dari filosofi Stoik terangkumlah bahwa sejumlah hal ada dalam kendali kita, selebihnya tidak. Hal ini lahir dari pemahaman terhadap pernyataan filosof Epictetus yang menyebutkan bahwa kita harus benar-benar dapat memanfaatkan sebaik mungkin apa saja yang ada dalam kekuasaan kita, dan selebihnya kita serahkan pada alam.

 

Berdasarkan uraian tersebut, maka beberapa hal yang menjadi prinsip utama filosofi Stoik agar dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan ketangguhan mental yang dimiliki adalah:

 

1.    Kendali Emosi

Stoik memberikan pemahaman bahwa kitalah yang memegang kendali pada emosi yang kita punya. Merujuk hal ini, maka mahasiswa digiring untuk dapat mengelola stres, kecemasan, dan rasa frustasi yang kerap hadir selama menjalani masa studi.

 

2.    Penerimaan.

Menerima segala sesuatu yang menjadi kenyataan, baik keberhasilan maupun kegagalan merupakan hal yang diajarkan oleh Stoik. Sikap menerima kenyataan ini membantu mahasiswa untuk tidak terlalu khawatir terhadap hal yang tidak pasti yang lahir dari stres akademik.

 

3.    Fokus pada tindakan.

Hal ini berarti mahasiswa digiring oleh Stoik untu fokus pada usaha belajar yang baik. Sebab hal tersebutlah yang dalam kendali dan merupakan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa.

 

4.    Belajar dari rintangan

Stoik mengajarkan mahasiswa untuk menjadikan segala rintangan yang ada selama masa studi sebagai peluan menuju sukses dalam pendidikan.

 

Selain prinsip utama tersebut, terdapat pula hal-hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat mengembangkan ketangguhan mental yang dimiliki dengan tetap mengacu pada filosofi Stoik, yakni dengan cara:

 

a.    Melakukan refleksi diri. Hal ini dapat membuat mahasiswa merenung secara mendalam terhadap pengalaman, yang kemudian muncul emosi yang beragam. Saat inilah stoik mengambil peranan, bagaimana mahasiswa dapat menggunakan prinsip stoik untuk menyikapi hal tersebut.

 

b.    Journaling.

Menuliskan perasaan dan pikiran dapat membantu mahasiswa memahami diri dan sampai pada taraf pengendalian diri yang stabil.

 

c.    Mengambil pelajaran dari para filosof Stoik dengan membaca hasil buah pikiran yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.

 

Menggunakan filosofi Stoik, bukan artinya pengabaian terhadap berbagai emosi pada diri. Filosofi stoik justru mengajarkan mahasiswa agar lebih mengedepankan emosi positif dan menekan pertumbuhan emosi negatif, agar ketangguhan mental dapat terus bersemayam pada diri mahasiswa yang terus saja menghadapi tantangan selama studi. Mahasiswa yang mampu menerapkan filosofi Stoik memiliki peluang yang lebih baik menuju keberhasilan akademik dan ketangguhan mental yang baik. Melalui prinsip-prinsip filosofi Stoik, mahasiswa dapat memegang kendali emosi diri, menerima apa-apa yang diluar kendali diri dengan sikap yang bijaksana, fokus pada segala tindakan yang bisa dilakukan, dan belajar dari rintangan yang dihadapi. Hal ini menjadi dasar yang kuat menjumpai masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, menggali konsep Stoik secara mendalam akan dapat membuat mahasiswa mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi, dengan menjadikan filosofi Stoik sebagai alat dan bahkan teman yang membersamai dalam perjalanan menyelesaikan perjalanan studi yang lebih baik.

 

Referensi:

 

Al-Bariq, A. & Ichwan, T. N. (2023). Stoikisme dalam Kehidupan Bermahasiswa: Menghadapi Tantangan dan Menemukan Ketenangan. Jurnal Ilmu Sosial, Humanioran dan Seni (JISHS), 1(3): 401-402.  https://doi.org/10.47233/jishs.v1i3.793

Dwiva, N. K.. (2023, 8 Juni). Menjelajahi Tantangan dan Keseruan Kehidupan Mahasiswa. Hipwee. https://www.hipwee.com/narasi/menjelajahi-tantangan-dan-keseruan-kehidupan-mahasiswa/

Lin, Y., Mutz, J, Clough, P. J. & Papageorgiou K. A. (2017). Mental Toughness and Individual Differences in Learning, Educational and Work Performance, Psychological Well-being, and Personality: A Systematic Review. Frontiers in Psychology. (8):1345. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.01345

Pigliucci, M. (2017). How to be a Stoic: Using Ancient Philosophy to Live a Modern Life (Widodo, A.T.K, Pengalih Bahasa). Gramedia Pustaka Utama.