ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 17 September 2023
Pendidikan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Oleh:
Clara Moningka
Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya
*Naskah ini dipaparkan pada Seminar Nasional Psikologi Melintas Masa: Menelusuri Pemikiran Pendiri Pendidikan Psikologi di Indonesia Prof. Dr. R. Slamet Iman Santoso. Diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan, 28 Maret 2019.
Ketika Prof. Dr. Slamet Iman Santoso menulis mengenai social research dan bagaimana pendidik atau mahasiswa dapat mengikuti kemajuan dan perkembangan jaman, beliau sepertinya sudah menyadari bahwa para pendidik dan calon sarjana diharapkan dapat memberikan sumbangan pada masyarakat, termasuk mengembangkan keilmuwan, dan mengikuti tuntutan jaman. Saat ini pendidikan kita dihadapkan pada tantangan menyambut revolusi industri 4.0. Apa sih sebenarnya revolusi industri 4.0. Mengapa kita perlu tahu dan perlu mengikutinya? Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Profesi Klaus Schwab; seorang ekonom Jerman. Konsep ini dikemukakan dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution”. Klaus menjelaskan bahwa terdapat empat tahap revolusi industri yang pada setiap tahapannya dapat mengubah hidup dan cara kerja manusia.
Revolusi Industri sendiri dimulai pada abad ke 18. Periode ini merupakan Revolusi Industri 1.0. Pada saat itu terjadi perubahan besar pertanian, industri, transportasi, dan teknologi. Perubahan ini berdampak pada konsisi sosial, ekonomi dan budaya di seluruh dunia. Pada revolusi ini tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah mesin uap. Revolusi ini berhasil meningkatkan keadaan ekonomi dunia. Revolusi industri 2.0, dikenal sebagai Revolusi Teknologi, dimana industri berkembang dengan pesat. Revolusi ini terjadi pada akhir abad 19. Penemuan baru dalam bidang teknologi memicu penemuan lain seperti telepon oleh Alexander Graham Bell, pesawat terbang, pembangkit tenaga listril, dan lain sebagainya.
Fase selanjutnya adalah kemuculan teknologi digital. Fase ini merupakan revolusi industri 3.0. Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya Revolusi Indusri 3.0. Revolusi ini juga dianggap sebagai bentuk perluasan kapitalisme dan bentuk adapatasi terhadap perubahan ruang dan waktu (Harvey dalam Patterson, 2014). Pada revolusi ini, teknologi termasuk telekomunikasi dan transportasi memperkecil jarak antar manusia. Dengan teknologi real time, perekonomian dapat berjalan selama 24 jam, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Thomas Friedman, dalam bukunya “The world is flat” menggambarkan bahwa dunia adalah lapangan bermain, dan semua orang atau kompetitor memiliki kesempatan yang sama untuk bermain. Ia kiga mengemukakan beberapa hal yang membuat dunia menjadi “datar” seperti munculnya Netscape, metode outsourcing, supply chaining, mesin pencari dan lain sebagainya (Friedman, 2005).
Pada fase berikutnya merupakan fase disrupsi teknologi, yaitu revolusi industri 4.0 yang kita alami. Disrupsi teknologi sendiri merupakan perubahan yang membuat produk, pelayanan atau suatu proses yang sudah ada sebelumnya menjadi tidak efektif (Millar, Lockett, & Ladd, 2017). Implikasi dari disrupsi ini adalah diskontinuitas dari teknologi sebelumnya. Kita dapat melihat bagaimana Air Bnb mengalahkan hotel papan atas dan teknologi transportasi on-line meresahkan transportasi konvensional. Dalam hal ini yang cepat mengikuti perkembangan jaman dan tanggap terhadap keadaan sosial menjadi pemangsa; bukan yang besar memangsa yang kecil semata. Apa yang harusnya sudah kita persiapkan memasuki era ini?
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Kita kerap kecewa ketika diberitakan bahwa aka nada gelombang tenaga kerja asing entah dari China atau dari negara lain. Berbagai tudingan dilontarkan kepada pemerintah mengenai hal tersebut. Mengapa kita perlu risau kalau kualitas kita memang baik, bila kompetensi Sumber Daya Manusia kita memang bagus? Dalam hal ini kita perlu bercermin bagaimana kualitas sumber daya manusia kita? Apakah pendidikan kita sudah cukup mumpuni membekali keterampilan kerja dan keterampilan hidup; termasuk kesiapan kita berkompetisi. Dari pengalaman sebagai dosen yang paling memperihatinkan saat ini adalah bagaimana generasi muda mulai melupakan proses dan esensi dari apa yang dilakukannya. Kuliah atau melanjutkan pendidikan bukan menjadi suatu kesempatan, kemewahan atau privilege sehingga dimanfaatkan dengan baik, namun kewajiban, keharusan, atau memang sudah seharusnya dijalani ketika memiliki somber daya berlebih. Hal inilah yang kemudian membuat ada mahasiswa yang tidak peka terhadap keadaan sosial masyarakat. Dalam hal ini perlu ada peran dari institusi pendidikan dan juga pendidik. Universitas sebagai penyelenggata pendidikan tinggi perlu memfasilitasi mahasiswa dan pendidiknya untuk bisa bersaing dalam dunia kerja. Bagaimana bentuk fasilitasi tersebut dapat diwujudkan dengan praktek kerja di Industri sebelum lulus, membekali dengan keterampilan penggunaan internet dan pengolahan data yang baik. Kurikulum juga harus disesuaikan dengan perkembangan ini.
Selain membekali dengan keterampilan yang memadai, mahasiswa juga perlu dibekali kemampuan soft skills. Integritas, penggunaan data dengan benar, bagaimana melihat kebutuhan masyarakat sangat diperlukan pada era 4.0. Dalam hal ini individu tidak hanya terampil secara akademis dan kerja, namun memiliki watak yang baik dan kompetitif. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy juga telah mengemukakan pentingnya menambahkan lima kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa untuk dapat bersaing dalam era revolusi industri 4.0, yaitu:
1. Kemampuan berpikir kritis.
2. Memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif.
3. Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik.
4. Kemampuan kerjasama
5. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Hal ini pada dasarnya sudah dituangkan Profesor Dr. Slamet Iman Santoso dalam tulsiannya mengenai Peta Umum Masalah Pendidikan: Hubungan Tujuan Nasional (Pendidikan Makro) dan Tujuan Pendidikan Individual (Pendidikan Mikro), bahwa pengembangan pribadi terdiri dari dua pokok dasar yaitu pengembangan pemikiran pengetahuan atau cognitive capacities dan keterampilam. Pokok kedua adalah watak atau akhlak. Prof. SIS jgua mengemukakan bahwa perlu adanya pengembangan pengalaman lewat observasi, pengumpulan data, penggolongan data dan analisis data dengan metode yang tepat. Untuk pengembangan pengalaman dibutuhkan kreativitas dan inovasi dari individu yang bersangkutan. Individu juga harus memiliki modal watak seperti jujur, disiplin, sadar kemampuan dan keterbatasan, dan menghargai diri sendiri. Pokok pikiran ini selaran dengan tuntutan peningkatan kualitas sumber daya manusia saat ini. Bayangkan bagaimana pemikiran beberapa dekade yang lalu ternyata sangat relevan dengan dengan tuntutan jaman. Ironisnya, masih banyak universitas, pendidik, peserta didik yang kalang kabut menghadapi era 4.0 ini.
Profesor Dr. Slamet Iman Santoso pernah menuliskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia harus disesuaikan dengan keadaan sosial kultural dan dapat meningkatkan sistem ekonomi dan sosial (Santoso, 1979). Dalam hal ini pendidikan kita sebenarnya sudah dapat mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menghadapi era disruptif ini. Banyak anak muda yang inovatif dan kemudian mempergunakan kesempatan ini untuk mengembangkan bisnis kecilnya menjadi bisnis raksasa, seperti tokopedia, bukalapak, dan lain sebagainya. Individu ini pada dasarnya tanggap terhadap keadaan ekonomi, sosial dan teknologi dan kemudian mempergunakan kesempatan untuk meningkatkan ekonomi. Ada baiknya mereka juga mereka melakukan antisipas terhadap keadaan beberapa tahun bahkan beberapa puluh tahun ke depan dan tetap menjadi pembelajar seumur hidup. Generasi muda seperti ini yang diharapkan oleh Prof. Dr. SIS, dan bukan hanya berkeluh kesah dan gentar terhadap kompetitor; termasuk tenaga kerja asing.
Bagaimana Peran Pemerintah Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0?
Tanggap dengan kondisi yang ada, pemerintah sendiri telah mengembangkan road map dan strategi menerapkan revolusi industri 4.0, dengan nama “Making Indonesia 4.0”. Road map ini memberikan arah pergerakan industri Indonesia di masa depan. Presiden Jokowi mengemukakan perlunya melakukan antisipasi revolusi industri, yang saat ini tengah berjalan karena dampaknya yang begitu besar. Lembaga riset McKinsey melaporkan bahwa pada 2015, dampak revolusi industri 4.0 akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19. Jokowi mengemuakkan saat pembukaan Industrial Summit, bahwa Kecepatan perubahan akan 10 kali dan dampaknya 300 kali lebih luas. Menjadikan road map Making Indonesia 4.0 adalah agenda utama (Widodo, 2018). Industri 4.0 di Indonesia akan dimulai dengan pengembangan lima sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik. Sektor tersebut dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar (Widyastuti, 2018).
Refleksi Bagi Pendidikan Kita
Revolusi atau perubahan bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Pemikiran revolusioner Prof. Dr. Slamet Iman Santoso pada waktu itu bisa saja dianggap terlalu tinggi ekspektansinya. Tetapi ternyata ide sangat relevan dengan perkembangan saat ini. Bagi kita pengelola institusi, pendidik, dan peserta didik keadaan ini seharusnya membuat kita melakukan refleksi. Bagi pengelola institusi, apakah kita sudah mempersiapkan diri kita untuk mengelola institusi dengan kompeten dan memikirkan masa depan anak didik kita, termasuk pendidiknya dan mempersiapkan mereka untuk dapat berkompetisi dengan baik, atau masih berfokus pada keuntungan semata? Bagi pendidik, apakah kita juga membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan? Aoakah kita juga tanggap terhadap kemajuan dan menjadi pembelajar seumur hidup; memberikan kasus aktual, menjadi role model yang baik bagi anak didik kita. Di sisi lain sebagai peserta didik, sebagai mahasiswa, sadarkah saya bahwa pendidikan adalah kemewahan dan perlu saya manfaatkan dengan baik untuk mempu berkompetisi di dunia kerja. Akhir kata, revolusi sudah sudah terjadi, pemerintah bahkan sudah membuat road map dan bersiap berkompetisi. Siapkah kita?
Referensi:
Friedman, T. L. (2005). The world is flat. FSG Publishing
Millar, C., Lockett, M. & Ladd, T. (2017). Disruption: Technology, innovation and society. Technological Forecasting and Social Change. 129. 10.1016/j.techfore.2017.10.020.
Paterson, J. L. (2014). David Harvey’s geography. New York: Routledge.
Santoso, S. I. (1979). Pembinaan watak tugas utama pendidikan.
Widyastuti, A. Y. (2018). Presiden Jokowi Luncurkan Roadmap Revolusi Industri 4.0. Diunggah dari https://bisnis.tempo.co/read/1076107/presiden-jokowi-luncurkan-roadmap-revolusi-industri-4-0/full&view=ok