ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 15 Agustus 2023
Psikoterapi Tawakal AI (Artificial Intelligence) untuk Meningkatkan Resiliensi dalam Menghadapi Dampak Negatif Modernisasi
Oleh:
Fian Rizkyan Surya Pambuka
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Manusia dan Tehnologi Modern
Dari manusia untuk manusia. Begitu kiranya kemajuan tehnologi yang telah dibuat manusia dan semakin berkembang saat ini. Dilatarbelakangi oleh kebutuhan perkembangan zaman, manusia mengembangkan tehnologi untuk memudahkan dalam bidang ekonomi, industri, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Digdayanya tehnologi tidak selalu berjalan lurus dengan sikap atau kondisi psikis setiap individu. Seperti pisau bermata dua kemudahan yang tehnologi sediakan untuk manusia, masih memiliki sisi negatif yang dapat menjadi masalah untuk individu.
Dampak negatif tehnologi pada sisi pekerjaan misalnya seperti hilangnya pekerjaan yang telah tergantikan oleh mesin (Ratnaya 2011). Pada sisi psikologis tehnologi dapat membuat suasana hati yang buruk dan sikap anti sosial akibat banyaknya hate speech atau sikap intoleransi di media sosial. Maraknya hate speech dan intoleransi di media sosial dapat memperburuk kondisi psikis seperti trauma, stres, dan lain sebagainya bagi individu yang memiliki ketahanan diri rendah (Saha, Chandrasekharan, and De Choudhury 2019).
Kemampuan individu dalam beradaptasi secara baik dengan kondisi yang buruk atau menekan disebut dengan resiliensi. Resiliensi juga disebut juga kondisi individu saat mampu bangkit dari tekanan yang mengancam kesehatan psikologis. Salah satu cara menciptakan resiliensi yang baik adalah dengan meningkatkan self-esteem (Aza, Atmoko, and Hitipeuw 2019). Dalam spiritualitas Islam, salah satu sikap yang dapat meningkatkan resiliensi adalah dengan sikap tawakal. Menurut (Saputra, Faruqi, and Kurniawan 2022) semakin tinggi sikap tawakal, maka semakin tinggi tingkat resiliensi individu.
Tawakal Berbasis AI (artificial intelligence)
Menurut Ibnu Taimiyah Tawakal merupakan kewajiban kepada Allah dalam masalah rezeki. Kaerena sesungguhnya apapun yang diterima manusia baik berupa makanan dan pakaian hakikatnya dari Allah (Taimiyah 2018). Menurut Harun Nasution Tawakal merupakan kondisi menyerah kepada qada san putusan dari Allah (Nasution 2014). Tawakal berarti menyerahkan urusan kepada Allah dan mempercayakan seluruhnya pada yang diserahi serta tidak mencurigainya (Bakri 2020).
Tawakal dapat menjadi konsep modal dan proses dalam psikoterapi yang baik untuk kesehatan psikologis individu. Tawakal sebagai proses artinya proses tahapan seseorang memperoleh sikap tawakal dapat meningkatkan ketrampilan individu dalam mengatasi problem yang dialami hingga mencapai sikap tawakal. Kemudian sikap tawakal menjadi modal ketika sikap sudah terbentuk maka sikap tersebut akan menjadi modalitas menghindarkan diri dari gangguan yang sebelumnya pernah dialami (Bakri and Saifuddin 2019).
Kembali bicara tentang tehnologi. Salah satu dampak positifnya, tehnologi dapat menjadi mitra dalam psikoterapi. Sebuah penelitian oleh Mello et al., (2019) menyatakan bahwa sekarang tehnologi AI (artificial intelligence) bisa dimanfaatkan dalam proses psikoterapi. Tehnologi AI yang dapat membantu adalah CAI (Conversational Artificial Intelligence) dimana tehnologi ini adalah berupa chatbot yang dapat disetting dalam memberikan jawaban. Melalui tehnologi CAI, tawakal dapat disetting sebagai tema dalam chatbot, untuk mengingatkan individu pentingnya sikap memasrahkan wewenang kepada Tuhan dalam menenuntukan hasil.
Kemudian memberikan gambaran life model sikap pasrah (tawakal) terhadap kondisi psikis. Contoh, saat individu kehilangan pekerjaan karena mesin menggantikan pekerjaannya, CAI dapat diakses untuk menjadi teman chatbot dengan jawaban bertemakan tawakal. Sehingga, individu tidak langsung menghakimi orang lain atau dirinya sendiri. Selain itu CAI juga dapat disetting dengan menampilkan life model dimana individu dapat belajar dari gambaran fakta sebelumnya bahwa orang yang kehilangan pekerjaan belum tentu tidak berhasil di masa depan.
Meskipun AI belum bisa berperan baik karena banyak sisi kemanusiaan yang tidak bisa diimplementasikan, akantetapi Mello et al., (2019) menyebutkan bahwa AI bisa membantu terapis dalam proses psikoterapinya. Penelitian oleh Putri & Riyono, (2022) menggambarkan kelebihan dan kekurangan AI jika digunakan dalam upaya pencegahan bunuh diri. Hasilnya AI tidak bisa melaksanakan psikoterapi secara penuh, akantetapi membantu beberapa sisinya saja.
Maka dapat disimpulkan bahwa psikoterapi tawakal yang dikembangkan dalam AI bisa menjadi upaya dalam meningkatkan resiliensi individu dan bukan mengobati psikis individu yang sebelumnya sudah mengalami ganguan. Apabila resiliensi individu baik, maka individu mampu beradaptasi dalam menghadapi tantangan dari dampak negatif modernisasi. Sehingga individu tidak rentan terkena gangguan psikologis, dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Referensi:
Aza, Ihdan Nizar, Adi Atmoko, and Imanuel Hitipeuw. 2019. “Kontribusi Dukungan Sosial , Self-Esteem , Dan Resiliensi Terhadap Stres Akademik Siswa SMA.” Jurnal Pendidilkan 4(4):491–98.
Bakri, Syamsul. 2020. Akhlaq Tasawuf Dimensi Spiritual Dalam Kesejarahan Islam. Sukoharjo: EFUDEPRESS.
Bakri, Syamsul, and Ahmad Saifuddin. 2019. Sufi Healing Integrasi Tasawuf Dan Psikologi Dalam Penyembuhan Psikis Dan Fisik. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Mello, Flávio Luis De, Sebastião Alves De Souza, and Daniel Saul Levine. 2019. “Psychotherapy and Artificial Intelligence : A Proposal for Alignment.” Hyphotesis and Theory 10(February):1–9. doi: 10.3389/fpsyg.2019.00263.
Nasution, Harun. 2014. Falsafat Dan Misistisme Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Putri, Fayza Nayla Riyana, and Joko Riyono. 2022. “Teknologi Artificial Intellegence Dalam Upaya Pencegahan Bunuh Diri.” Metrik Serjal Humaniora Dan Sains 3(1):10–18.
Ratnaya, I. Gede. 2011. “Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Informatika Dan Komunikasi Dan Cara Antisifasinya.” Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 8(1):17–28. doi: 10.23887/jptk.v8i1.2890.
Saha, Koustuv, Eshwar Chandrasekharan, and Munmun De Choudhury. 2019. “Prevalence and Psychological Effects of Hateful Speech in Online College Communities.” WebSci 2019 - Proceedings of the 11th ACM Conference on Web Science 255–64. doi: 10.1145/3292522.3326032.
Saputra, Aryan Muhaimin, Abdullah Faruqi, and Irwan Nuryana Kurniawan. 2022. “Tawakal Kepada Allah Memprediksi Resiliensi Akademik Pada Pembelajaran Online.” Jurnal Psikologi Islam Dan Budaya 5(1):1–10.
Taimiyah, Ibnu (terj. M. Rasikh dan Muslim Arif). 2018. Tazkiyatun Nafs. Jakarta: Darus Sunnah Press.