ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 15 Agustus 2023

 

Mengubah Strategi: Mengikuti Pola Era Tuna Setelah Era Vuca

 

Oleh:

Muhammad Hadras

Fakultas Psikologi, Universitas Jendral Ahmad Yani

 

Dalam masalah perubahan dunia kerja, istilah VUCA pertama kali diperkenalkan oleh staf Akademi Militer Amerika Serikat (US Army War College) pada akhir 1980-an. Meskipun tidak ada satu individu yang secara spesifik dikreditkan sebagai pencetusnya, konsep VUCA muncul sebagai respons terhadap perubahan yang cepat dan kompleks dalam lingkungan geopolitik setelah runtuhnya Uni Soviet. (Stiehm, 2002 )

 

Konsep VUCA digunakan untuk menggambarkan keadaan dunia yang ditandai oleh Volatilitas (Volatility), Ketidakpastian (Uncertainty), Kompleksitas (Complexity), dan Ambiguitas (Ambiguity). Berikut penjelasan singkat tentang masing-masing elemen VUCA:

 

1.    Volatilitas (Volatility): Mengacu pada kecepatan dan tingkat perubahan yang tak terduga dalam lingkungan. Perubahan dapat terjadi dengan cepat dan secara tidak terduga, dan organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat.

 

2.    Ketidakpastian (Uncertainty): Menggambarkan kurangnya kejelasan dan prediktabilitas dalam lingkungan. Informasi yang tersedia mungkin tidak lengkap atau ambigu, membuat pengambilan keputusan menjadi lebih sulit.

 

3.    Kompleksitas (Complexity): Merujuk pada tingkat kompleksitas yang tinggi dalam sistem dan hubungan antarunsur. Tidak ada solusi sederhana untuk masalah yang dihadapi, dan banyak faktor yang saling berhubungan harus dipertimbangkan.

 

4.    Ambiguitas (Ambiguity): Menggambarkan situasi yang samar dan kurangnya pemahaman yang jelas. Terdapat beragam interpretasi dan sudut pandang yang berbeda, sehingga menciptakan kesulitan dalam mengambil keputusan yang tepat.

 

Dalam era VUCA, organisasi dihadapkan pada tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Mereka perlu menjadi lebih adaptif, responsif, dan inovatif untuk menghadapi perubahan yang cepat dan tidak terduga. Pemimpin dan manajer harus dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang inklusif, berpikir strategis, dan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks (Bennis, 1985).

 

Setelah era VUCA, ada beberapa istilah yang telah muncul untuk menggambarkan kondisi dan tantangan baru yang dihadapi oleh organisasi. Meskipun tidak ada istilah yang secara universal diterima untuk menggantikan VUCA, beberapa konsep yang populer termasuk VUCA Prime, yakni konsep yang menekankan pada kebalikan dari masing masing elemen VUCA, dimana mendorong untuk mencari stabilitas,kejelasan, kesederhanaan, dan klarifikasi dalam menghadapi perubahan. lalu VUCA 2.0, menggambarkan evolusi dari VUCA yang fokus pada adaptasi dan transformasi kemudian ada VUCA 2.0+, yakni menambahkan elemen baru yang dihadapi organisasi yang meliputi tantangan disrupsi, digitalisasi, keberlanjutan dan globalisasi, artinya semua perubahan yang dihasilkan oleh teknologi, pergeseran paradigma bisnis, isu lingkungan akan semakin meningkat antar negara.

 

Kemudian pada kondisi tersebut para ahli merancang strategi sebagai solusi atas tantangan tersebut. Diterangkan bahwa dalam semua hal baik dalam skala besar maupun kecil, logis membutuhkan perencanaan yang matang agar dapat bertahan dan hal lain yang menjadi rumit adalah tidak bisa setiap unsur VUCA diselesaikan dengan cara yang sama, melainkan masing masing unsur butuh taktik dan strategi yang berbeda (Yukl, 2010).

 

Sebutlah Volatilitas diselesaikan dengan agility yakni organisasi mesti mampu mengubah cara kerja dan pola piker maju untuk dapat mengikuti zaman tanpa harus kehilangan identitas perubahan tidak ditolak tapi diterima agar mampu beriringan dengan tujuan yang jelas dan realistis. Kemudian antisipasi ketidakpastian dengan informasi yang cukup, cari sebanyak banyaknya informasi untuk mengumpulkan data agar terbentuk sudut pandang baru. selanjutnya atasi kompleksitas dengan restrukturasi, yaitu penyusunan kembali portfolio, keuangan hingga struktur agar komunikasi jauh lebih efektif dan terakhir ambigu bisa dikurangi dengan eksperimen, dengan melakukan restruksturisasi internal agar efektif dalam mengatasi kompleksitas, sehingga mampu menentukan strategi yang paling sesuai.

 

Era TUNA

Pada agustus 2022, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Dalam Negeri menggelar pertemuan dengan aparatur Sipil dalam program jumat pagi. ASN diharapkan  mampu meningkatkan kinerja pada instansi temnpat bekerja. Gelaran seri ke – IV tersebut mengusung tema “model kepemimpinan dalam menghadapi kondisi TUNA (Turbulency, Uncertanty, Novelty dan Ambiguity) secara daring dan diikuti 1.373 partisipan dari berbagai instansi. Disamplaikan bahwa situasi yang tidak menentu tersebut perlu disikapi dengan sosok pemimpin yang mampu efektif mengatasi kondisi TUNA, dimana situasi lingkungan yang hadir dengan perubahan yang sangat cepat, rumit, penuh dengan pembaharuan baru, dan membingungkan. Figur pemimpin perlu terus mengembangkan diri dan memiliki karakteristik kompetensi sehingga mampu berkontribusi membangun ASN menuju Indonesia emas 2045 (MRP, 2022).

 

Tahun 2016 saat tekanan TUNA membuat industri panik, yang sebelumnya “lurus” berubah jadi “bengkok” para eksekutif merespon dengan memprediksi masa depan, bergulat dengan sinyal peringatan dini, mengidentifikasi tren baik pasar maupun tehnologi (Gordon, 2016).

 

Berbagai program pada berbagai jalur sudah ditawarkan sayangnya respon para pengembang program bangsa ini sedikit pasif dalam reaksi pada prediksi perubahan tersebut. Diketahui bahwa perencanaan dalam tiap skenario adalah metode pencarian arah dan pembentukan strategi agar mampu mendefinisikan keadaan. Ingin menghindari kerapuhan masa depan tapi bertindak pasif adalah tindakan imajinatif. Butuh pemahaman yang lebih sitemik tentang pertanyaan mengapa sesuatu terjadi dan terhubung satu sama lain. Harus menggelorakan “percakapan strategis” yang memungkinkan para pemimpin dan para ahli mampu mempertimbangkan ide ide yang tidak akrab bagi mereka dan untuk setuju atau bahkan tidak setuju satu sama lain dengan sikap lapang dada.

 

Namun faktanya sebelum adanya perlakuan pada tiap era nyatanya era sudah berubah lagi, dan itu artinya sebaik baiknya sebuah rencana selalu ada kendala-kendala yang umumnya tidak dapat dihindari. Inti dari semua itu agar dapat menyelesaikan persoalan secara ideal maka tuntutannya adalah dibutuhkan pemahaman sekaligus kesadaran untuk tetap mengedepankan kebersamaan dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Wallahu a’lam.

                                                            

Referensi:

 

Bennis, W. G. (1985). Leaders: The strategies for taking charge. New York: Harper & Row.

Gordon, A. V. (2016, 04 06). You Say VUCA, I Say TUNA: How Oxford Helps Leaders Face The Complex And Uncertain Future. Washington,US: https://www.forbes.com/sites/adamgordon/2016/04/06/oxford/?sh=5c3b2a24314a.

MRP. (2022, 08 26). Kemendagri: Fokuskan Penerapan Pola Kepemimpinan yang Efektif Hadapi Era TUNA. https://bpsdm.kemendagri.go.id/berita/page/616.

Stiehm, J. H. ( 2002 ). The U.S. Army War College: Military education in a democracy. . Philadelphia: Temple University Press.

Yukl, G. (2010). Leadership in organizations (7th ed.) . New Jersey, USA: Pearson Prentice Hall.