ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 14 Juli 2023

 

Bandwagon Effect: “Latah” Terhadap Tren Kekinian

 

Oleh:

Veruszhka & Dina Nazriani

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Perkembangan global memengaruhi berbagai aspek kehidupan, salah satunya bidang ekonomi yang mengalami transisi secara luas dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menjalankan aktivitas bisnis. Indonesia telah mengalami transformasi dalam mendigitalisasi perekonomian, yang ditunjukkan dengan peningkatan dari tahun ke tahun dalam hal jumlah penjual maupun pembeli dalam melakukan transaksi secara online. Pemilik toko belanja online dapat memanfaatkan peluang pasar berupa e- commerce untuk memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk secara langsung.

 

Selain hal tersebut, peran media massa turut memengaruhi bagaimana pembentukan perilaku konsumen, seperti maraknya peran influencers untuk mengemas advertensi secara menarik, dan sebagai perantara dalam menjajakan produk yang ada, dengan harapan dapat memberikan stimulus ke masyarakat secara luas. Di samping itu, potensi besar industri e-commerce yang ada di Indonesia turut dipengaruhi oleh gaya hidup melalui belanja online, terutama oleh generasi Milenial dan generasi Z.

 

Berdasarkan penuturan Kelly (2020), sudah menjadi hal yang umum bagi manusia untuk mengikuti tren, meskipun terkadang dilakukan secara tidak sengaja. Hal ini mengarahkan pada suatu fenomena psikologi yang tengah hadir di kehidupan bermasyarakat kini, yang akrab dikenal dengan bandwagon effect. Bandwagon effect ialah suatu fenomena yang lahir akibat pesatnya perkembangan media sosial. Bandwagon effect diartikan sebagai fenomena atas opini publik yang dapat memengaruhi diri sendiri (Beck, 2015). Artinya, fenomena ini dapat memengaruhi suatu individu agar cenderung mengikuti suatu tren yang sedang meluas di masyarakat, dengan menjangkau gaya, sikap, maupun perilaku individu lain.

 

Dalam teori psikologi massa, dijelaskan bahwa masyarakat cenderung beranggapan bahwa apapun yang dilakukan mayoritas orang akan dianggap benar. Ukuran benar dan salah akan ditimbang berdasarkan banyaknya massa yang mendukung, bukan dari pemikiran kritis dan logis. Sehingga, perlu digarisbawahi jika bandwagon effect lebih bersifat emosional ketimbang rasional. Bandwagon effect dapat memberi dampak serius dalam berbagai aspek kehidupan, contohnya dalam konteks motif konsumsi. Jika individu akhirnya tidak menggunakan logika dalam pertimbangan dan proses pengambilan keputusan, maka gaya hidupnya hanya mengikuti tren semata. Fenomena ini mengakibatkan seseorang berperilaku konsumtif karena selalu membeli barang-barang yang belum tentu sesuai dengan kebutuhannya.

 

Fenomena bandwagon effect dapat dianalisa berdasarkan pendekatan psikologi melalui teori Stimulus Organism Response (SOR). Menurut teori ini, suatu organism (individu), akan menghasilkan perilaku tertentu (response), jika diberi suatu kondisi tertentu (stimulus). Selanjutnya, bandwagon effect erat kaitannya dengan gaya hidup. Gaya hidup terkait dengan bagaimana pengalokasian pendapatan, serta pola konsumsi individu tersebut. Setiadi (2003) mengidentifikasi gaya hidup ke dalam tiga komponen, yaitu:

 

1.    Activities: Terkait bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka.

2.    Interest: Apa yang mereka suka dan dianggap penting dalam lingkungannya.

3.    Opinion: Apa yang mereka pikirkan mengenai diri sendiri serta dunia sekitarnya.

 

Berhadapan dengan komponen activities, hal ini dapat dianalisa berdasarkan indikator perilaku konsumsi oleh Setiadi (2003), yang mengungkap bahwa salah satu faktor yang memengaruhi ialah faktor sosial. Faktor sosial dapat memberikan referensi bagi calon pembeli, misalnya dengan memperlihatkan perilaku maupun gaya hidup, hingga memengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang. Hal ini disebabkan oleh calon pembeli yang hendak “menyesuaikan diri”, sehingga tercipta tekanan tersebut, dan pada akhirnya memengaruhi pemilihan calon pembeli dengan output berupa membeli produk tersebut.

 

Adapun yang menjadi tolak ukur bandwagon effect menurut Evelina & Pebrianti (2021), yaitu:

1.    Conformity: Adanya kecenderungan individu untuk mengubah persepsi, opini, serta perilaku agar terlihat sesuai dengan norma kelompok.

 

2.    Interpersonal Influence: Adanya kebutuhan untuk mengidentifikasikan diri agar dapat diterima, menyesuaikan diri, serta mempelajari suatu produk berdasarkan mencari informasi ataupun mengamati orang lain. Sehingga, individu merasa selaras dengan harapan dan pandangan orang lain atas penggunaan produknya.

 

3.    Status Seeking: Adanya keinginan untuk menempati kedudukan yang lebih tinggi dalam hierarki sosial, yang berkaitan dengan pencarian status sosial yang lebih tinggi, meningkatkan harga diri, penghargaan, dan rasa hormat. Pada dasarnya, bandwagon effect merupakan jenis groupthink. Jadi, semakin banyak orang yang mengadopsi tren tertentu, maka besar kemungkinan orang lain untuk ikut-ikutan.

 

Ketika terlihat semua orang melakukan sesuatu, tentunya ada tekanan yang luar biasa bagi kita untuk menyesuaikan diri. Boleh sesekali mengikuti tren dalam batasan yang sesuai. Namun, kita perlu mengoreksi pemikiran dan bertindak lebih rasional lagi. Daripada terus mengikuti tren yang tak ada habisnya, mengapa kita tidak menyelaraskan tindakan dengan nilai dan prinsip yang kita pegang teguh?.

 

Menjadi “sama” memang enak, tapi yakin kamu mau mengorbankan prinsip dan pendapatmu hanya untuk orang lain? Ingat, jangan sampai jati diri dan prinsipmu terabaikan hanya karena ingin merasa diterima.

 

Referensi:

 

Beck, R. S. (2015). Bandwagon Effect. In The International Encyclopedia of Political Communication,           G.        Mazzoleni                                                                                   (Ed.). https://doi.org/10.1002/9781118541555.wbiepc015

Djuna, K., & Fadillah, A. N. (2022). Pemanfaatan Fenomena The Bandwagon Effect Pada Generasi Muda Indonesia. SANISA: Jurnal Kreativitas Mahasiswa Hukum, 2(1), 18-23.

Evelina, L. W., & Pebrianti, E. D. (2021). Perilaku Konsumtif Bandwagon Effect Followers Instagram Shopee pada Event Flash Sale. Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,     4(2),    99-110. http://dx.doi.org/10.25008/wartaiski.v4i2.127

Kelly, R. C. (2020, Desember 30). Investopedia. (T. I. Team, Producer, & The Investopedia Team) Retrieved Mei 25, 2021, from Investopedia Website: https://www.investopedia.com/terms/b/bandwagon-effect.asp

Nuswantoro, A. R. (2013). Media Massa dalam Situasi Konflik: dari Bandwagon Effect Sampai Peace Narrative. Jurnal Komunikasi, Vol. 1, No. 6, 503-

516. http://dx.doi.org/10.24329/aspikom.v1i6.55

Salengke , H. H. (2019, Februari 19). Milenial Berperan Besar dalam Pertumbuhan Industri E- Commerce. Retrieved from Media Indonesia.com: https://mediaindonesia.com/ekonomi/217850/milenial- berperan-besar-dalam-pertumbuhan- industri-e-commerce

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Srigustini, A., & Aisyah, I. (2021). Pergeseran Perilaku Konsumen Pada Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau Berdasarkan Efek Bandwagon, Snob dan Veblen. Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi, 11(1), 92-102. https://doi.org/10.24036/011121710

Tarwati, K., & Danismaya, I., & Safariyah, E. (2022). Analisis Bias Kognitif Masyarakat Terhadap InformasiHoax Tentang Covid-19. Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah, Vol. 9, No. 1, 73-81.

Yakin, M. F. A. (2016). Jurnal Perilaku Konsumen dalam Berbelanja Pakaian Wanita di Pasar Pagi Samarinda. Ekonomia, 3–14.