ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 13 Juli 2023

 

Pola Pikir: Berhenti atau Berkembang?

 

Oleh:

Krishervina Rani Lidiawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Latar belakang

Mampukah kita mengendalikan orang lain? Ada yang menjawab tentu sulit, namun beberapa orang berkata bisa jadi kalau andai orang itu memiliki kekuasaan tetapi tentunya terbatas, karena akan sulit mengendalikan manusia seutuhnya, misalnya bagian proses berpikir seseorang. Benar sekali, pola berpikir seseorang itu dapat di usahakan untuk diubah, dibentuk dan dibenahi hanya tergantung orang itu sendiri. Meski demikian proses berpikir seseorang dipengaruhi banyak hal, baik informasi yang di tangkap oleh panca indra dari yang didengar, dilihat ataupun dari pengalaman-pengalaman sebelumnya terkait pemecahan masalah, dan faktor-faktor lain yang erat membentuk proses berpikir seseorang seperti orang terdekat (orang tua, saudara kandung, pasangan, pacar, sahabat), pendidikan dan faktor lingkungan. Selain itu, proses berpikir seseorang juga di pengaruhi keyakinan dalam diri seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya dan motivasi dalam dirinya (Rhew dkk, 2018).

Berdasarkan Carol Dweck, seorang psikolog dan juga pengajar dari Universitas Standford menjelaskan bahwa pola pikir (mindset) manusia terdiri dari dua yaitu fixed mindset dan growth mindset (Dweck, 2015). Fixed mindset merupakan tipe pola pikir yang percaya bahwa kemampuan seseorang tidak dapat diubah. Pola pikir ini bercirikan mudah menyerah, cenderung menghindari tantangan, kerapkali selalu minta dihargai (dengan usaha minimal) dan mudah berkecil hati jika mendapatkan kritik dari orang lain ataupun gagal. Berkebalikan dengan fixed mindset, growth mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa kemampuan seseorang dapat berubah dan berkembang. Pola pikir ini menghargai proses sehingga individu dengan pola pikir ini tidak takut akan kegagalan, berani mencoba dan menghadapi tantangan serta kesulitan-kesulitan yang menghadang (Claro, Paunesku, & Dweck, 2016).

 

Berbagi cerita, terdapat kasus anak sulung sebut saja KA berusia 49 tahun, ia yang seharusnya menjadi contoh bagi adik-adiknya dan bertanggung-jawab atas keluarga yang dibina, namun pada kenyataannya ia menjadi benalu dan merusak nama baik keluarga besar. Keinginannya ingin dipenuhi tanpa usaha keras dan jika gagal mudah menyerah, sulit untuk berkembang. Saat ini beliau sudah tidak bekerja dan kerapkali meminta uang kepada saudaranya. Jika tidak diberikan uang maka ia kerap mengumpat, mengancam dan tak jarang ingin memutuskan tali saudara. Sudah lebih dari tiga tahun ia tidak memiliki pekerjaan tetap tetapi masih saja menyombongkan diri dihadapan orang lain dan sulit untuk menerima saran atau nasehat bahkan dari ibu kandungnya.

 

Berbeda dengan KA, anak sulung BA berusia 48 tahun sudah bangkrut dari usahanya dan tidak lagi memiliki pekerjaan tetap. Seperti pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, hidup BA yang tidak memiliki penghasilan tetap, asset yang dimilikinya pun semakin sulit karena penyewa rumahnya tidak mau membayar uang sewa sehingga terpaksa BA mencicil rumah dengan bantuan uang dari adiknya. Namun BA merupakan orang yang mau menerima masukkan dari orang lain, berbesar hati menerima keadaan, bekerja semampunya termasuk menjadi tukang ojek online pun pernah ia tekuni. BA pun berjuang untuk memperbaikki keadaan tanpa menyusahkan orang lain, berani mencoba dan menghadapi kegagalan yang berbanding terbalik dengan KA yang lari dari masalah serta memiliki pola pikir yang menetap bukan berkembang. Manakah pribadi yang memiliki pemikiran berkembang? Berdasarkan pemaparan kasus KA dan BA, tentu BA yang memiliki pola pikir berkembang dan memungkinkan untuk menjadi seorang yang lebih sukses di usia yang tidak muda lagi. Adanya keberanian untuk berkembang, berani mencoba dan tidak takut akan kegagalan serta memberikan penilaian positif terhadap umpan balik dari orang lain merupakan beberapa ciri-ciri orang yang memiliki pola berpikir yang berkembang.

 

Bagaimana dengan kondisi anda sekarang? Jika anda sedang menghadapi tantangan dan kesulitan apakah anda senang untuk mencoba untuk menyelesaikan dan menganggap itu sebagai suatu tantangan? Atau sebaliknya, anda takut mencoba hal baru dan takut kegagalan? Jika anda memiliki kesempatan untuk berkembang, lalu mengapa anda harus mempertahankan pola pikir yang bersifat tetap dan berhenti? Adapun beberapa tips yang dapat membantu seseorang mampu mengembangkan pola pikir yang berkembang adalah dengan mengingat bahwa perubahan itu mungkin terjadi, kita perlu belajar menyukai tantangan, dan menikmati proses dalam perjuangan. Karena sesungguhnya tidak ada orang sukses tanpa melewati kesulitan dan memecahkan masalah yang merintangi tujuan. Melewati tantangan dan menyelesaikannya merupakan bukti bahwa anda pemenang dari masalah anda. Jika anda menghindari dan membandingkan diri dengan orang lain, hal itu tidak akan membuat anda berkembang namun jika anda kemudian menjadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi dan insipirasi untuk anda berkembang maka itu adalah pilihan yang tepat bagi yang mau berkembang. Selamat mengembangkan pola pikir anda dan nikmatilah proses mendapatkan saran, kritik dari orang lain. Karena menerima umpan balik dan berpikir apa yang bisa saya perbaikki merupakan langkah awal untuk menjadi pribadi yang berkembang.

 

“Jika manusia tidak pernah salah, maka ada bagian yang hilang dari proses belajar itu sendiri. Namun jika manusia tidak belajar dari kesalahan maka proses pembelajaran menjadi terhenti dan bukan berkembang”– KRL

 

Referensi:

 

Claro, S., Paunesku, D., & Dweck, C. S. (2016). Growth mindset tempers the effects of poverty on academic achievement. Proceedings of the National Academy of Sciences113(31), 8664-8668.

Dweck, C. (2015, September 22). Carol Dweck revisits the 'Growth Mindset'. Education Week. Retrieved  February 1, 2022, https://www.edweek.org/leadership/opinion-carol-dweck-revisits-the-growth- mindset/2015/09?cmp=cpc-goog-ew-growth%20mindset&ccid=growth%20mindset&ccag=.

Rhew, E., Piro, J., Goolkasian, P., & Cosentino, P. (n.d.). (2018). The Effects Of a Growth Mindset on Self-Efficacy and Motivation. Diambil dari: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/2331186X.2018.1492337 [Diakses pada 3 Maret 2023].