ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 11 Juni 2023
“Deritaku, Deritamu Juga”
Peran Dinamika Keluarga dan Dukungan Sosial pada Well-Being dan Kepatuhan Individu Pengidap Diabetes Melitus
Oleh:
Presley Reinhard
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Apa itu diabetes melitus?
Diabetes Melitus (DM), atau yang biasa dikenal dengan kencing manis dan penyakit gula, adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dalam urine akibat produksi dan hormon insulin yang tidak berfungsi normal. Gejala yang sering terjadi adalah mudah lapar, sering haus, frekuensi buang air kecil yang tinggi, berat badan yang menurun drastis, dan kadar gula darah berada di atas batas normal. Kadar gula yang terlalu tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, kerusakan saraf (stroke), amputasi, hingga kematian (Tim Budi Medika, 2017).
Di Indonesia, kematian akibat diabetes berjumlah 40,78 per 100.000 nyawa. Jumlah ini menempati peringkat ke-3 dengan persentase 12,7% setelah stroke dan penyakit jantung koroner pada tahun 2019 (WHO, 2019). Menurut International Diabetes Federation (2021), atau yang disingkat IDF, Indonesia juga menempati beringkat ke-5 dari 10 negara di dunia dengan jumlah penderita DM terbanyak, yakni sejumlah 19,5 juta di tahun 2021 dan diprediksi akan mencapai 28,6 juta di tahun 2045. IDF juga menyebutkan bahwa angka tersebut pun belum termasuk populasi yang tidak terdiagnosa, sehingga memungkinkan jika jumlah penderita sebenarnya lebih besar.
Bagaimana peran dinamika keluarga dalam hal ini?
Penting bagi individu pengidap DM untuk mendapat dukungan dari keluarga yang suportif. Ditambah lagi, dukungan keluarga berupa perhatian, kasih sayang, kepedulian, dan cinta, dapat memperkuat fungsi emosional dan fisik individu dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan (Martire et al. dalam Taylor, 2015; Ravi et al., 2018). Bennich et al. (2017) juga menemukan bahwa well-being individu pengidap DM berhubungan dengan keterlibatan keluarga dalam mendukung individu menjalani penyakitnya. Semakin tinggi dukungan keluarga, maka tingkat well-being individu pengidap DM semakin meningkat, dan juga sebaliknya.
Keluarga dapat mengingatkan individu mengenai pengobatan yang harus diambil sebagai bentuk komunikasi (Bennich et al., 2017), dan aktivitas yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan (Taylor, 2015). Misalnya, anak dapat menemani ayahnya yang mengidap DM untuk berolahraga bersama. Namun, terkadang anggota keluarga berpikir bahwa mereka seharusnya mendukung individu untuk tetap semangat. Hal ini justru malah menyebabkan individu merasa tidak dapat membagikan atau menceritakan perasaan negatif dengan orang lain. Dalam kasus seperti ini, individu mungkin membutuhkan dukungan dalam bentuk lain (Taylor, 2015).
Bagaimana peran dukungan sosial dalam hal ini?
Persepsi dukungan sosial memiliki berhubungan signifikan terhadap self-care pada individu pengidap DM. Hubungan ini menjelaskan bahwa perilaku self-care lebih sering dipatuhi ketika memiliki persepsi dukungan sosial lebih besar. Dukungan sosial pada memainkan dua peran penting, yakni meningkatkan perilaku self-care dan kualitas hidup, serta meningkatkan kepatuhan individu DM dengan kondisi stres (Mohebi et al., 2018). Selain itu, Presley et al. (2020) menemukan bahwa individu DM dengan tingkat kepuasan dukungan sosial yang rendah lebih memungkinkan untuk memiliki distres diabetes parah secara signifikan dibandingkan dengan individu DM dengan tingkat kepuasan dukungan sosial yang sedang hingga tinggi. Maka dari itu, penting bagi individu pengidap DM untuk memiliki dukungan sosial yang memadai, atau diberi intervensi dukungan sosial yang relevan.
Jadi, apa yang bisa dilakukan?
Bagi pengidap DM, mereka dapat mendekatkan diri dengan keluarga dan lingkungan sosialnya. Dengan ini, pengidap DM kemungkinan besar akan terbantu dalam hal kepatuhan terhadap obat. Selain itu, tingkat well-being pengidap DM juga dapat meningkat karena individu DM mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat, serta lingkungan yang lebih luas. Jikapun individu pengidap DM memandang bahwa dirinya tidak memiliki keluarga yang suportif maupun lingkungan sosial, masih terdapat support groups atau komunitas DM yang terdapat di media-media sosial seperti Facebook. Lingkungan ini dapat dicari melalui bagian pencarian dengan kata kunci “komunitas diabetes”, “pejuang diabetes”, atau “diabetes support group”.
Bagi keluarga maupun lingkungan sosial individu pengidap DM, kita perlu membayangkan derita individu DM adalah derita kita juga. Hal ini berarti sadar akan pentingnya mendukung anggota keluarga, sahabat, teman, ataupun kenalan yang mengidap DM. Sebab, hal ini dapat membantu invididu dalam menjaga kestabilan well-being dan meningkatkan kepatuhannya terhadap pengobatan. Dukungan positif tersebut dapat berupa perhatian, kepekaan, kepedulian, kasih sayang, afirmasi, empati, dan waktu bersama. Namun, terkadang individu DM juga perlu didengarkan mengenai keluh kesah terhadap penyakitnya agar perasaan mereka dapat tervalidasi. Maka dari itu, penting bagi para pihak terdekat untuk menyediakan telinga dan kepekaan sehingga individu DM nyaman tanpa harus merasa terhakimi.
Kesimpulan
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemui dan menyebabkan banyak kematian, terutama di Indonesia. Dinamika keluarga dan dukungan sosial memegang peran penting dan well-being dan kepatuhan individu terhadap pengobatannya. Hal ini terbukti dari dampak positif dari memiliki dinamika keluarga yang suportif dan dukungan sosial yang tinggi. Dengan kata lain, individu pengidap DM membutuhkan dukungan dari keluarga, teman, staf medis, dan pihak-pihak kunci lainnya untuk mengelola mental, perawatan diri, dan mengatasi gejala-gejala DM dengan efektif.
Referensi:
Bennich, B. B., Røder, M. E., Overgaard, D., Egerod, I., Munch, L., Knop, F. K., Vilsbøll, T., & Konradsen, H. (2017). Supportive and non-supportive interactions in families with a type 2 diabetes patient: An integrative review. Diabetology &Amp; Metabolic Syndrome, 9(1). https://doi.org/10.1186/s13098-017-0256-7
Department of Data and Analytics World Health Organization. (2019). WHO methods and data sources for global burden of disease estimates 2000-2019 (Report No. WHO/ DDI/DNA/GHE/2020.3). World Health Organization. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/gho-documents/global-health-estimates/ghe2019_daly-methods.pdf?sfvrsn=31b25009_7
International Diabetes Federation. (2021). IDF diabetes atlas (Report No. 10). https://diabetesatlas.org/idfawp/resource-files/2021/07/IDF_Atlas_10th_Edition_2021.pdf
Mohebi, S., Parham, M., Sharifirad, G., Gharlipour, Z., Mohammadbeigi, A., & Rajati, F. (2018). Relationship between perceived social support and self-care behavior in type 2 diabetics: A cross-sectional study. Journal of Education and Health Promotion, 7(1), 48. https://doi.org/10.4103/jehp.jehp_73_17
Presley, C. A., Mondesir, F. L., Juarez, L. D., Agne, A. A., Riggs, K. R., Li, Y., Pisu, M., Levitan, E. B., Bronstein, J. M., & Cherrington, A. L. (2021). Social support and diabetes distress among adults with type 2 diabetes covered by Alabama Medicaid. Diabetic Medicine, 38(4). https://doi.org/10.1111/dme.14503
Ravi, S., Kumar, S., & Gopichandran, V. (2018). Do supportive family behaviors promote diabetes self-management in resource limited urban settings? A cross sectional study. BMC Public Health, 18(1). https://doi.org/10.1186/s12889-018-5766-1
Restrepo, J. E., Bedoya Cardona, E. Y., Cuartas Montoya, G. P., Cassaretto Bardales, M. D. L. M., & Vilela Alemán, Y. P. (2023). Academic stress and adaptation to university life: Mediation of cognitive-emotional regulation and social support. Anales De Psicología, 39(1), 62–71. https://doi.org/10.6018/analesps.472201
Taylor, S. (2015). Health psychology. McGraw-Hill Education.
Taylor, S. (2011). Social support: A review. In H. Friedman (Ed.), The Oxford handbook of health psychology (pp. 189–214). Oxford: Oxford University Press.
Thomas, P. A., Liu, H., & Umberson, D. (2017). Family relationships and Well-Being. Innovation in Aging, 1(3). https://doi.org/10.1093/geroni/igx025
Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai dengan diabetes. Bumi Medika